Pages

Subscribe:
/
  • Domus Pacis

    Domus Pacis atau Rumah Damai berada di Puren, Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta. Di rumah ini sedang dikembangkan pastoral ketuaan. "Tua tak mungkin terlambat datangnya, namun renta bisa ditunda hadirnya"

  • Indahnya di usia tua

    Tua namun tak renta, sakit tak sengsara, Mati masuk surga

  • Tua Yang Bijaksana

    Menjadi Tua itu kepastian, namun tua yang bijaksana itu suatu perjuangan.

Thursday, February 28, 2013

OLEH-OLEH RAMA AGOENG

http://3.bp.blogspot.com/-rUOoKgcg-XU/US7bRYYKEPI/AAAAAAAAACU/H6FH2wfSQwg/s200/_MG_2134.JPG 
Namanya Rama Petrus Noegroho Agoeng Sriwidodo, Pr. Biasa dipanggil dengan nama Rama Agoeng. Usianya 41 tahun sejak 29 Oktober 2012. Beliau adalah penghuni termuda dalam Komunitas Rama Domus Pacis. Bandingkan saja: Rama Yadi 75 hampir 76; Rama Harjaya 68 hampir 69; saya 62; Rama Suharto Widodo 57; Rama Tri Wahyono 55 tahun dan Rama Joko 52. 

Rama Agoeng tak hanya masih muda. Beliau dalam tugasnya amat sangat enerjik. Melanglang antar keuskupan bahkan sudah banyak negara didatangi. Kenalannya amat banyak. Tetapi bila pas berada di kantor Komsos, komitmen pada kepentingan Domus Pacis dan perhatiannya kepada para rama Domus amat sangat mendalam. Beliau juga terlibat dalam perawatan dan pengembangan bangunan. Partisipasi pengembangan pastoral Pendampingan Iman Kaum Tua (PIKATU) Domus pun juga amat mengagumkan. Dalam keterbatasan kesempatan berada di Domus, beliau tetap menjadi pengembang besar dalam Komunitas Rama Domus. Memang, orang dapat mengatakan itu semua karena Rama Agoeng adalah pengurus Domus. Tetapi beliau hanya pengurus yang ditunjuk oleh UNIO Rama Praja KAS (Keuskupan Agung Semarang). Ada dua rama lain yang menjadi pengurus dengan SK Keuskupan. Tetapi bagaimanapun juga Rama Agoeng yang paling banyak terlibat dalam Komunitas Rama Domus. 

Tak jarang Rama Agoeng membawa oleh-oleh untuk rama Domus. Dalam beroleh-oleh, beliau memberikan sesuai dengan kebutuhan rama. Oleh-oleh jaket hanya diberikan kepada Rama Yadi dan saya karena biasa pergi bermotor. Sehingga Rama Yadi dan saya memiliki beberapa jaket dari Rama Agoeng. Bahkan pagi ini, Kamis 28 Februari 2013, beliau mengoleh-olehi saya fen tanpa baling-baling. Para rama Domus merasakan betapa besar signifikansi dan relevansi keberadaan Rama Agoeng. Biarlah dalam sebulan tak lebih 15 hari beliau tak pergi. Biarlah dalam 15 hari tak pergi, tak lebih dari 40 jam diberikan kepada kami. Tetapi kesedikitan itu kalau dilandasi kualitas komitmen yang mendalam, bagi kaum tua dan atau yang sakitan memberikan  

DINAMIKA RAMA HARTA


Sering kali dikatakan bahwa kalau orang sudah tua dan atau sakit-sakitan, orang sudah tak dapat dituntut untuk berkembang secara dinamis. Orang hanya akan tergantung dan hanya minta pelayanan. Tetapi keterbukaan hati sesuai dengan situasi hidup tak akan menghambat pengembangan diri seseorang. Rama Harta dari Domus Pacis dapat menjadi contoh.

http://2.bp.blogspot.com/-7tu2CmK_lr8/US630OHD-CI/AAAAAAAAACE/Qc28w5ZcfMk/s200/_MG_3891.JPG 

Rama Fransiscus Sales Suharta Widada, Pr. Inilah nama beliau. Dari segi lama tahbisan, beliau termasuk senior karena sudah beberapa tahun lalu merayakan Pesta Perak. Memang, Rama Harta belum termasuk rama pensiun karena usia belum 65 tahun. Tetapi kondisi beliau membuatnya tidak bisa menanggung beban pastoral resmi dari Keuskupan Agung Semarang. Maka beliau termasuk penghuni Domus Pacis Puren. Bahkan kini ke sana-sini termasuk di rumah beliau biasa ada di kursi roda. Makan pun ada yang menyuapi.

Pada tahun pertama tinggal di Domus, walau harus dijemput dan dituntun, Rama Harta biasa ikut kumpulan rutin Lingkungan Puren. Dari sinilah beliau mampu menghimpun warga untuk membentuk Presidium Legio Maria yang kemudian juga diikuti oleh umat lain di Paroki Pringwulung. Kehadiran beliau di Domus juga membuat Domus banyak dikunjungi orang baik Katolik maupun beriman lain untuk berkonsultasi dan atau minta doa intensi khusus. Dari sinilah beliau menghimpun umat untuk mendirikan Persekutuan Doa Karismatik. Mulai dengan tahun 2012 persekutuan ini berpindah tempat karena peserta berasal dari lokasi yang jauh dari Domus Pacis. Ternyata kondisi fisik lemah dengan volume bicara yang terkesan "bisik-bisik" tidak menghalangi Rama Harta masih melakukan partisipasi karya pastoral. Tak sedikit orang termasuk remaja yang tertarik menjadi Katolik karena melihat Rama Harta dan kemudian menjadi katekumen beliau hingga dipermandikan.

Dulu, ketika model kehidupan rama-rama Domus masih terpisah di kamar masing-masing dan tidak ada makan bersama, Rama Hartalah yang memiliki makanan dan fasilitas paling banyak. Dalam pendalaman iman prapaskah 27 Februari 2013 saya mengatakan pada beliau "Dulu rama-rama Domus mencap Rama Harta sebagai sosok yang pelit." Dengan berkembangnya kehidupan Komunitas Rama Domus Pacis, peran Rama Harta ternyata amat signifikan. Perhatian beliau dalam perawatan dan pengembangan gedung Domus tak dapat dikatakan kecil. Perkembangan karya pastoral Pendampingan Iman Kaum Tua (PIKATU) juga besar. Walau dengan suara terbata-bata dan lemah, Rama Harta dalam sharing termasuk menarik perhatian rombongan-rombongan pengunjung Domus. Rama Harta termasuk dapat mendatangkan dana besar untuk kepentingan Domus. Sekarang beliau kerap menyajikan snak dan lauk yang diperolah dari tamunya. Ini amat bermakna untuk tambahan konsumsi para rama Domus. Kepada para karyawan pun kini beliau termasuk murah hati. Beliau pun mampu mengikuti putusan dan kesepakatan komunitas. Tamu-tamu yang dulu berdatangan tanpa memperhitungan saat dari pagi sebelum makan pagi hingga lebih dari jam 11 malam, kini dapat diatur dengan jam tamu. Beliau jadi rajin mengikuti acara Domus Pacis baik di dalam maupun keluar rumah. Beliau yang dulu selalu takut bepergian bareng karena keringat mudah membuat pakaian basah dan takut jatuh, kini selalu bersemangat pergi bersama. Bahkan bila kami belum atau lupa menentukan bulan depan akan ke mana (karena Komunitas Rama Domus memiliki acara rutin kunjungan pastoran sebulan sekali), Rama Harta selalu mengingatkan dengan bertanya "Besok kemana kunjungannya?" Ternyata KONDISI TUA DAN FISIK LEMAH TAK MENGHALANGI PRIBADI TETAP DINAMIS.

Renungan Senin 25 Februari 2013


Sabda Hidup
Senin, 25 Februari 2013
Hari Biasa Pekan II Prapaskah
Warna Liturgi Ungu

Bacaan Hari Ini
Dan. 9:4b-10; Mzm. 79:8,9,11,13; Luk. 6:36-38

Renungan
Suatu kali seorang anak bercakap-cakap dengan ayahnya, "Pak tadi bu guru bilang kalau aku dapat beasiswa."
"Wowww bagus tu, trus gimana?" tanya bapaknya.
Dengan agak pelan sang anak berkata, "Tapi maaf ya Pak, beasiswanya kuberikan pada temenku."
Bapaknya heran dan agak gela, "Lo kok gitu?"
Si anak, "Soalnya kasihan Pak, sepatu aja sampai sekarang gak ganti. Aku yakin ayah bisa membiayai sekolahku, tapi belum tentu ayahnya bisa. Kasihan banget kok Yah."
Yesus mengundang kita untuk bermurah hati. Ay 36 "Hendaklah kamu murah hati, sama seperti Bapamu adalah murah hati." Kita pun diundang untuk tidak menghakimi dan selalu rela memberi. Bermurah hati rasaku bukan suatu tindakan karitatif yang asal berbagi. Bermurah hati merupakan suatu sikap diri. Sikap yang mempunyai daya spontan berbagi sesuai dengan kemampuannya. Mereka yang melakukannya bukan sekedar karena dorongan emosi untuk murah hati, namun juga diikuti suatu pertimbangan cepat-dan-masak. Sehingga bermurah hati bisa segera mewujud namun tetap dalam pertimbangan rasional. Si anak di cerita tadi bermurah hati pada temannya yang membutuhkan dengan memberikan beasiswanya, karena dia yakin ayahnya lebih bisa menjamin pendidikannya.

Kontemplasi
Bayangkan ada orang yang datang padamu lalu tiba-tiba menawarkan tanahnya. Ketika kau lagi di makam kuno mau nyekar MamaPung ada anak kecil minta2 duit. Setelah dikasih 20 orang yang lain pun datang dan meminta. Kemurahan hati kayak apa yang perlu kita ciptakan dalam suasana-suasana seperu itu?

Refleksi
Tulislah pengalamanmu dalam bermurah hati.

Doa
Tuhan, semoga aku menjadi pribadi yang murah hati, tidak mudah menghakimi orang lain dan menolong siapa pun yang membutuhkan.

Perutusan
Aku akan menolong seseorang yang menurutku sungguh-sungguh membutuhkan pertolongan.