Pages

Subscribe:
/
  • Domus Pacis

    Domus Pacis atau Rumah Damai berada di Puren, Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta. Di rumah ini sedang dikembangkan pastoral ketuaan. "Tua tak mungkin terlambat datangnya, namun renta bisa ditunda hadirnya"

  • Indahnya di usia tua

    Tua namun tak renta, sakit tak sengsara, Mati masuk surga

  • Tua Yang Bijaksana

    Menjadi Tua itu kepastian, namun tua yang bijaksana itu suatu perjuangan.

Saturday, August 31, 2013

MIDODARENI



Tadi malam, Sabtu 31 Agustus 2013, Ruang Pertemuan Santo Barnabas di kompleks Wisma Domus Pacis dipakai untuk midodareni (ibadat menjelang perkawinan). Ini adalah hajatan dari keluarga Bapak Darsono, ketua Lingkungan Fransiscus Assisi Puren, dalam proses perkawinan anaknya, Mantik. Calon pengantin lelaki bernama Wisnu Aji putra keluarga Bapak Kendra dari Palembang. Ternyata Pak Darsono dan Pak Kendra 40 tahun yang lalu sama-sama menjadi siswa calon imam di Seminari Palembang. Maka, selain umat Lingkungan Puren dan Lingkungan Clara yang jadi tetangga dekat, banyak sanak keluarga dari Palembang dan Lampung hadir. Bapak Darsono memang berasal dari Lampung.

Bagi Komunitas Rama Domus Pacis hajatan itu juga menjadi peristiwa khusus. Calon pengantin perempuan, yang sudah 6 bulan bekerja di Lampung, adalah aktivis Komsos Keuskupan yang berbasis di kompleks Wisma Domus Pacis. Inilah yang membuat staf Komsos ikut sibuk menyiapkan sound system termasuk fotograpi. Rama Agoeng, Ketua Komisi Komunikasi Sosial (Komsos) Keuskupan, oleh keluarga diminta untuk memimpin Ibadat Midodareni. Selain Rama Agoeng, ternyata Rama Bambang pun juga dilibatkan dalam hajatan malam midodareni ini. Keluarga dengan persetujuan kakak tertua minta Rama Bambang memberikan sambutan sebagai wakil keluarga. Ternyata kakak tertua, Bapak Purnama, dulu adalah frater (calon imam) mahasiswa adik kelas Rama Bambang di Institut Filsafat Teologi Kentungan.

“Wah, ruang ini bisa dipinjam, ya?” salah satu bapak berkata kepada Rama Bambang di tengah-tengah omong-omong sambil makan sesudah ibadat selesai. “Yes, asal gak bersamaan dengan acara Domus” jawab Rama Bambang. Bapak itu masih menambah pertanyaan “Kalau pinjam membayar berapa?” Terhadap pertanyaan ini Rama Bambang jadi ingat yang ditanyakan oleh Pak Darsono di siang hari “Rama, yen wonten umat nyuwun pirsa amargi badhe nyuwun ngampil, kados pundi prosedur kalebet artanipun?” (Rama, kalau ada umat yang tanya tentang pinjam ruang pertemuan itu, bagaimana prosedur termasuk pembayarannya?).  Maka untuk bapak yang tanya saat makan itu Rama Bambang memberikan jawaban yang sama “Yen wanci dalu kasuwun nyumbang beaya listrik sukarela. Yen mboten ngginaaken lampu, mboten mbayar. Mboten namung kangge tiyang Katolik. Kepentingan kampung lan brayat sanes ugi saget ngangge” (Kalau malam ada sumbangan beaya listrik secara sukarela. Tetapi kalau tidak menggunakan lampu, tidak memakai pembayaran. Ini tak hanya untuk warga Katolik. Kepentingan kampung dan warga lain juga dapat memanfaatkan). “Wah apik tenan, ya?” (Wah, sungguh baik, ya?) celethuk bapak lain. Rama Bambang menyahut “La wong Domus akeh diapiki je. Ana relawan akeh nggo novena, nggo masak, lan saiki nggo gentenan nyopiri mobil Domus” (Domus kan sudah menerima banyak kebaikan. Ada banyak relawan untuk novena, untuk masak, dan kini untuk bergantian menjadi sopir mobil Domus). Ketika menyinggung relawan sopir, bapak-bapak itu tertawa terbahak-bahak karena 3 orang di antaranyalah yang menyatakan diri siap mengantar rama-rama Domus kalau punya keperluan. Sebetulnya di dalam hati Rama Bambang masih berkata “Dha ra ngerti nek ruang pertemuan dan banyak liyane mung neh-nehane umat sing sok kunjungan” (Anda gak tahu aja kalau ruang pertemuan dan banyak hal lain hanyalah dari pemberian umat yang sering berkunjung). Mungkin karena termasuk golongan farisi, Rama Bambang ingat kata-kata "Kamu telah memperolehnya dengan cuma-cuma, karena itu berikanlah pula dengan cuma-cuma." (Mat 10:8). "Tapi pakai listrik kok minta uang?" kata batinnya yang dijawab sendiri "Itu urusan lembaga keuskupan lewat petugas resmi kok." "Lho, lha ruangan Barnabas?" "Itu berasal dari umat lewat Komunitas Rama-Ramanya". Ah malah bingung ha ha ha ......

Sabda Hidup


Minggu, 01 September 2013
Hari Minggu Biasa XXII,
Hari Minggu Kitab Suci Nasional
Warna Liturgi Hijau
Bacaan
Sir. 3:17-18,20,28-29; Mzm. 68:4-5ac,6-7ab,10-11; Ibr. 12:18-19,22-24a; Luk. 14:1.7-14

Lukas 14:1.7-14
14:1 Pada suatu hari Sabat Yesus datang ke rumah salah seorang pemimpin dari orang-orang Farisi untuk makan di situ. Semua yang hadir mengamat-amati Dia dengan saksama.
14:7 Karena Yesus melihat, bahwa tamu-tamu berusaha menduduki tempat-tempat kehormatan, Ia mengatakan perumpamaan ini kepada mereka:
14:8 "Kalau seorang mengundang engkau ke pesta perkawinan, janganlah duduk di tempat kehormatan, sebab mungkin orang itu telah mengundang seorang yang lebih terhormat dari padamu,
14:9 supaya orang itu, yang mengundang engkau dan dia, jangan datang dan berkata kepadamu: Berilah tempat ini kepada orang itu. Lalu engkau dengan malu harus pergi duduk di tempat yang paling rendah.
14:10 Tetapi, apabila engkau diundang, pergilah duduk di tempat yang paling rendah. Mungkin tuan rumah akan datang dan berkata kepadamu: Sahabat, silakan duduk di depan. Dan dengan demikian engkau akan menerima hormat di depan mata semua tamu yang lain.
14:11 Sebab barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan."
14:12 Dan Yesus berkata juga kepada orang yang mengundang Dia: "Apabila engkau mengadakan perjamuan siang atau perjamuan malam, janganlah engkau mengundang sahabat-sahabatmu atau saudara-saudaramu atau kaum keluargamu atau tetangga-tetanggamu yang kaya, karena mereka akan membalasnya dengan mengundang engkau pula dan dengan demikian engkau mendapat balasnya.
14:13 Tetapi apabila engkau mengadakan perjamuan, undanglah orang-orang miskin, orang-orang cacat, orang-orang lumpuh dan orang-orang buta.
14:14 Dan engkau akan berbahagia, karena mereka tidak mempunyai apa-apa untuk membalasnya kepadamu. Sebab engkau akan mendapat balasnya pada hari kebangkitan orang-orang benar."


Renungan
Percaya diri. Ketika membaca perikop Luk. 14:1,7-14, saya terpaku pada kata percaya diri. Memang istilah tersebut tidak mewakili isi bacaan tersebut, namun ia mewakili sikap Yesus.
Kala itu Yesus diundang dalam perjamuan yang diadakan oleh orang Farisi. Umumnya tamu undangan adalah duduk, mendengarkan dan menikmati hidangan maupun pertunjukan-pertunjukkan yang ada. Yesus lain. Ia tidak seperti itu. Ia dengan penuh percaya diri berdiri, berbicara dan menyuguhkan ajaran-ajaran yang mengusik perilaku para pendengarNya.
Spontan saya membandingkan dengan situasi sekarang ini. Pada waktu pertemuan orang pun sering sulit diminta untuk memimpin doa apalagi kalau diminta memberikan kotbah. Ketika ditunjuk kepalanya digelengkan sambil berkata, "kok aku, aku tidak bisa, yang lain saja". Pada waktu sharing pun orang cenderung mendengarkan.
Menjadi murid Kristus mestinya mempunyai kepercayaan diri yang memadai dan selalu siap kapan pun dibutuhkan. Menjadi murid Kristus jangan imbas-imbis, namun percaya diri mengatakan apa yang mesti dikatakan dan melakukan apa yang mesti dikerjakan. Tak ada ketakutan demi menghadirkan Kerajaan Allah.

Kontemplasi
Pejamkan sejenak matamu. Ingatlah suatu peristiwa pertemuan lingkunganmu. Anda diminta memberikan renungan.

Refleksi
Tulislah kuat lemahnya kepercayaan dirimu sebagai murid Kristus.

Doa
Tuhan, semoga aku mempunyai kepercayaan diri menyampaikan kebenaran. Amin.

Perutusan
Aku akan makin percaya diri sebagai murid-murid Tuhan Yesus.

-selamat memasuki bulan Kitab Suci. Jangan lupa meluangkan waktu untuk membaca Kitab Suci.

Friday, August 30, 2013

UNTUNG ADA TAMU TAK DIUNDANG


Kemarin sore sekitar jam 06.15, Jumat 30 Agustus 2013, Rama Agoeng dan Rama Bambang ada dalam perjalanan sampai ringroad utara Yogyakarta. Tiba-tiba HP Raama Bambang berdering dan dari seberang terdengar suara "Rama, le midodareni teng pundi?" (Rama, perayaan midodareni diadakan dimana?). "Panjenengan sinten?" (Anda siapa?) tanya Rama Bambang. "Kula Bowo" (Saya Bowo). "Ooooo, Pak Bowo. Papane teng Domus Pacis" (Oooo, Pak Bowo. Tempatnya di Domus Pacis). "Kok sepi?" "Lho, njenengan teng pundi?" (Dimana Anda kini?). "Kula pun teng Domus Pacis" (Saya sudah di Domus Pacis). "Lho, le midodareni tesih sesuk sore malem Minggu je" (Lho pelaksanaan midodareni kan masih besok sore Sabtu malam). "Wela, niki ngertose sakniki ha ha ha ....." (Wela, ini semua taunya sekarang ha ha ha ....).

"Wah, kor ngge midodareni anake Pak Darsono pun dha teka teng Domus" (Wah, kor untuk midodareni anak Pak Darsono sudang datang di Domus) kata Rama Bambang kepada Rama Agoeng. "Dijak nyarimi mawon" (Diajak makan bersama mie instan saja) usul Rama Agoeng. Kemudian Rama Bambang berkata lewat telepon "Yen ngaten, tetep mawon teng Domus. Kita nyarimi bareng" (Kalau begitu tetap saja di Domus. Kita makan mie bareng-bareng). Ketika Rama Agoeng dan Rama Bambang sampai di Domus Pacis, para anggota kor dari Paroki Mlati memang sudah berada di Domus Pacis. Rama Bambang terus mengajak mereka masuk Domus Pacis. Ternyata 2 orang di antaranya adalah mantan seminaris dulu teman sekelas Rama Agoeng. Para nggota kor kemudian bercengkerama penuh kelakar menjadi tamu Rama Agoeng dan Rama Bambang di Domus Pacis. "Jan-jane Rama Bambang dhek misa neng Jombor ngendika 'suk akhir bulan ketemu midodareni neng Domus'" (Sebetulnya Rama Bambang ketika misa di Lingkungan Jombor berkata 'besok akhir bulan kita jumpa midodareni di Domus) kata salah satu anggota kor yang diiyakan salah satu temannya. Kor ini memang siap mengiringi upacara midodareni (ibadat semalam sebelum upacara nikah) Putri Pak Darsono, Ketua Lingkungan Puren, yang pinjam lokasi Domus Pacis. Rama Bambang mengeluarkan satu dos mie instan dan telor-telor ayam kepada para anggota kor untuk dimasak. Tetapi para anggota kor ternyata minta diri. "Nek ngono kuwi digawa bali wae" (Kalau begitu mie dan telor itu dibawa pulang saja) kata Rama Bambang. Walau pakai menolak, akhirnya mereka mau membawa. Dalam hati Rama Bambang berkata "Puji Tuhaaan", karena kebetulan dia sedang gelisah bagaimana menghabiskan banyak oleh-oleh yang diterima oleh Rama-rama Domus 3 hari lalu. Untunglah ada tamu tak diundang ha ha ha ......

Sabda Hidup


Sabtu 31 Agustus 2013
Hari Biasa
Warna Liturgi Hijau
Bacaan
1Tes. 4:9-11; Mzm. 98:1,7-8,9; Mat. 25:14-30

Matius 25:14-20  
25:14 "Sebab hal Kerajaan Sorga sama seperti seorang yang mau bepergian ke luar negeri, yang memanggil hamba-hambanya dan mempercayakan hartanya kepada mereka.
25:15 Yang seorang diberikannya lima talenta, yang seorang lagi dua dan yang seorang lain lagi satu, masing-masing menurut kesanggupannya, lalu ia berangkat.
25:16 Segera pergilah hamba yang menerima lima talenta itu. Ia menjalankan uang itu lalu beroleh laba lima talenta.
25:17 Hamba yang menerima dua talenta itu pun berbuat demikian juga dan berlaba dua talenta.
25:18 Tetapi hamba yang menerima satu talenta itu pergi dan menggali lobang di dalam tanah lalu menyembunyikan uang tuannya.
25:19 Lama sesudah itu pulanglah tuan hamba-hamba itu lalu mengadakan perhitungan dengan mereka.
25:20 Hamba yang menerima lima talenta itu datang dan ia membawa laba lima talenta, katanya: Tuan, lima talenta tuan percayakan kepadaku; lihat, aku telah beroleh laba lima talenta.
25:21 Maka kata tuannya itu kepadanya: Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia; engkau telah setia dalam perkara kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu.
25:22 Lalu datanglah hamba yang menerima dua talenta itu, katanya: Tuan, dua talenta tuan percayakan kepadaku; lihat, aku telah beroleh laba dua talenta.
25:23 Maka kata tuannya itu kepadanya: Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia, engkau telah setia memikul tanggung jawab dalam perkara yang kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu.
25:24 Kini datanglah juga hamba yang menerima satu talenta itu dan berkata: Tuan, aku tahu bahwa tuan adalah manusia yang kejam yang menuai di tempat di mana tuan tidak menabur dan yang memungut dari tempat di mana tuan tidak menanam.
25:25 Karena itu aku takut dan pergi menyembunyikan talenta tuan itu di dalam tanah: Ini, terimalah kepunyaan tuan!
25:26 Maka jawab tuannya itu: Hai kamu, hamba yang jahat dan malas, jadi kamu sudah tahu, bahwa aku menuai di tempat di mana aku tidak menabur dan memungut dari tempat di mana aku tidak menanam?
25:27 Karena itu sudahlah seharusnya uangku itu kauberikan kepada orang yang menjalankan uang, supaya sekembaliku aku menerimanya serta dengan bunganya.
25:28 Sebab itu ambillah talenta itu dari padanya dan berikanlah kepada orang yang mempunyai sepuluh talenta itu.
25:29 Karena setiap orang yang mempunyai, kepadanya akan diberi, sehingga ia berkelimpahan. Tetapi siapa yang tidak mempunyai, apa pun juga yang ada padanya akan diambil dari padanya.
25:30 Dan campakkanlah hamba yang tidak berguna itu ke dalam kegelapan yang paling gelap. Di sanalah akan terdapat ratap dan kertak gigi."


Renungan
Bakat, modal merupakan titik berangkat seseorang untuk mencapai tahap-tahap kehidupan berikutnya. Namun hal tersebut tidak pernah mencukupi tanpa keuletan pribadi yang mendapatkan anugerah tersebut. Mereka yang tekun dan ulet seringkali lebih bisa meraih hasil yang optimal daripada mereka yang hanya mengandalkan modal atau bakat.
Budi dan Didi (bukan nama sebenarnya) masing-masing mendapatkan warisan sebuah perusahaan yang baik dari orang tuanya. Keduanya mempunyai kecerdasan yang sepadan. Namun keduanya mempunyai cara hidup dan kerja yang berbeda. Didi bergaya hidup mewah dan lebih suka berpesta. Ia lebih banyak memperhatikan penampilan-penampilan wah dari gedung dan perkantoran perusahaannya. Ia sering mengadakan pesta bersama teman-temannya. Berbeda dengan Didi, Budi lebih fokus pada penataan visi, management perusahaan. Ia membangun relasi yang baik dengan karyawan dan bersama mereka mengembangkan kualitas dan aneka inovasi produksi. Dalam beberapa tahun kemudian tampak bahwa perusahaan Budi makin maju. Sebaliknya perusahaan Didi makin mundur.
Ada banyak contoh seperti di atas. Bakat, modal memang merupakan titik pijak yang penting bagi hidup seseorang. Hal-hal tersebut memudahkan seseorang untuk mengawali sesuatu. Namun hidup bukan hanya awalan saja. Hidup itu berjalan terus. Ada tengahan dan akhiran. Hanya mereka yang tekun dan ulet akan mampu melintasi tengahan dan akhir hidupnya dengan baik. Maka marilah dengan segala variasi titik awal yang kita miliki kita tekun dan ulet mengolahnya hingga bisa mencapai titik sampai yang mengagumkan.

Kontemplasi
Duduklah dengan tenang. Masuklah dalam dirimu sendiri. Lihatlah modal dan bakat yang dianugerahkan Tuhan kepadamu. Cermatilah ketekunan yang telah kaujalani selama ini.

Refleksi
Tulislah bakat dan modal yang kaumiliki dan bagaimana kau memanfaatkannya.

Doa
Tuhan semoga aku tekun menghidupkan bakat dan modal yang telah Kauanugerahkan. Amin.

Perutusan

Aku akan belajar dan bekerja selaras dengan kemampuanku.

Thursday, August 29, 2013

Lamunan Pekan Biasa XXI


Jumat, 30 Agustus 2013

Matius 25:1-13

25:1 "Pada waktu itu hal Kerajaan Sorga seumpama sepuluh gadis, yang mengambil pelitanya dan pergi menyongsong mempelai laki-laki.
25:2 Lima di antaranya bodoh dan lima bijaksana.
25:3 Gadis-gadis yang bodoh itu membawa pelitanya, tetapi tidak membawa minyak,
25:4 sedangkan gadis-gadis yang bijaksana itu membawa pelitanya dan juga minyak dalam buli-buli mereka.
25:5 Tetapi karena mempelai itu lama tidak datang-datang juga, mengantuklah mereka semua lalu tertidur.
25:6 Waktu tengah malam terdengarlah suara orang berseru: Mempelai datang! Songsonglah dia!
25:7 Gadis-gadis itu pun bangun semuanya lalu membereskan pelita mereka.
25:8 Gadis-gadis yang bodoh berkata kepada gadis-gadis yang bijaksana: Berikanlah kami sedikit dari minyakmu itu, sebab pelita kami hampir padam.
25:9 Tetapi jawab gadis-gadis yang bijaksana itu: Tidak, nanti tidak cukup untuk kami dan untuk kamu. Lebih baik kamu pergi kepada penjual minyak dan beli di situ.
25:10 Akan tetapi, waktu mereka sedang pergi untuk membelinya, datanglah mempelai itu dan mereka yang telah siap sedia masuk bersama-sama dengan dia ke ruang perjamuan kawin, lalu pintu ditutup.
25:11 Kemudian datang juga gadis-gadis yang lain itu dan berkata: Tuan, tuan, bukakanlah kami pintu!
25:12 Tetapi ia menjawab: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya aku tidak mengenal kamu.
25:13 Karena itu, berjaga-jagalah, sebab kamu tidak tahu akan hari maupun akan saatnya."


Butir-butir Permenungan
  • Katanya, orang di era global dituntut memiliki pandangan hidup yang berorientasi ke masa depan. Apa pun yang dilakukan di masa kini tidak boleh hanya jadi pengulangan bentuk-bentuk dari masa lalu sehingga orang harus siap menghadapi segala yang kini cepat basi dan yang baru bermunculan.
  • Katanya, pada jaman sekarang anak, remaja, dan kaum muda pada umumnya mempersiapkan diri meraih masa depannya dengan menjadi siswa dan mahasiswa. Yang lain mencari dan menunggu panggilan kerja, sementara itu yang bekerja banyak yang menunggu kenaikan gaji dan atau golongan.
  • Tetapi BISIK LUHUR berkata bahwa meskipun orang bersedia menyongsong masa depan, tetapi tidak semuanya akan berhasil dan berbahagia karena hal itu tergantung pada ada atau tidaknya semangat. Dalam yang ilahi orang tidak akan puas dengan kesediaan masa kini tetapi juga membuat kesiapan terhadap berbagai kemungkinan yang tak terduga.
Ah, repot amat! Kalau ada uang semuanya akan beres.

Wednesday, August 28, 2013

MEMBIDIK AKHIRAT?


Pada Selasa sore 27 Agustus 2013 keluarga Ibu Sarwono mengadakan misa bersama para rama Domus Pacis. Ini adalah misa untuk memperingati alm. Bapak Yohanes Hadi Sarwono (10 tahun wafat), alm. Bapak Fransiskus Xaverius Soedarman Samekto (5 tahun wafat), dan alm. Bapak Yosep Kasidu Notomiharso (16 tahun wafat). Misa yang dihadiri lebih dari 25 orang ini diselenggarakan oleh para anak, menantu, dan cucu Ibu Sarwono. Kalau alm. Bapak Sarwono adalah suami, maka alm. Bapak Samekto dan alm. Bapak Kasidu adalah para besan atau orang tua 2 orang menantu. Ketika sekitar jam 17.15 semua sudah siap, Rama Yadi membuka dan memperkenalkan apa itu Domus Pacis dan siapa saja yang menjadi penghuninya. Para rama yang dikenalkan ada 2 orang yang tidak ikut serta, yaitu Rama Harjaya dan Rama Agoeng. Yang ikut misa adalah Rama Yadi, Rama Joko, Rama Tri Wahyono, Rama Harto, dan Rama Bambang. Sesudah Rama Yadi selesai, kemudian tampillah salah satu putra dari Bu Sarwono yang mengenalkan satu persatu yang hadir. Ternyata salah satu yang hadir adalah seorang ibu ketua lingkungan umat Katolik dari salah satu keluarga putra Bu Sarwono. Ibu Ketua Lingkungan inilah yang memimpin nyanyian misa yang diiringi dengan keyboard oleh salah satu cucu perempuan.

Yang memimpin misa peringatan arwah ini adalah Rama Bambang. Ketika sampai pada bagian homili, Rama Bambang mengatakan bahwa dengan misa peringatan seperti ini ada 2 hal yang terjadi. Pertama ada penghayatan pokok iman "persekutuan para kudus", karena dengan yang sudah wafat orang di dunia tetap memiliki relasi. Kedua, dengan peringatan arwah kita diajak menyegarkan keyakinan kita akan adanya kebangkitan badan dan kehidupan kekal. Pada pokoknya ada hidup akhirat. Di sini Rama Bambang meminta para rama lain untuk menyampaikan gambarannya tentang bagaimana akhirat itu.
Rama Yadi menyampaikan pengalamannya merasa sering ada yang menghampiri tetapi tidak tampak. Itu adalah mereka yang sudah mendahului tetapi masih membutuhkan kita. Dengan kisah pengalaman Ibu Shima, Rama Yadi menyampaikan tentang para arwah yang ada di api pencucian. Maka Rama-rama Domus pun setiap selesai makan juga mendoakan mereka yang ada di api pencucian.
Rama Tri Wahyono menyampaikan keyakinannya akan akhirat dengan mengacu pada kisah dalam sebuah film yang ditontonnya hingga jam 3 pagi. Film ini mengisahkan seorang anak gadis 13 tahun yang dibunuh dengan kejam. Tetapi ketika sudah masuk dalam alam lain, gadis itu merasa bahagia sekali dan melupakan siapa pun yang dijumpai (termasuk si pembunuh) tetapi dapat bergaul dengan siapa pun dengan enak, menyenangkan, dan menggairahkan.
Rama Harto berbicara pentingnya mendoakan yang masih hidup tetapi menjelang kematian. Kematian yang tenang penuh keikhlasan adalah kunci kebahagiaan di keabadian.
Rama Bambang menyimpulkan ketiga sharing rama itu. Dan menambahkan bagaimana kita dalam hidup ini juga memperhitungkan diri berjalan menuju Kerajaan Bapa. Kita belajar tetap ingat dan kontak dalam dengan mereka yang sudah mendahului (dari Rama Yadi). Kita berjuang untuk dapat enak dengan siapa pun juga dengan yang mengecewakan dan menyakitkan hati (Rama Tri). Untuk itu kita harus mengutamakan hidup (Rama Harto). Segalanya baik studi, kerja, makan-minum, berhias, dolan dan lain-lain adalah untuk kepentingan hidup, yaitu untuk mengembangkan dan memantapkan diri. Sesudah misa ada makan malam bersama dengan santapan yang disediakan oleh keluarga Ibu Sarwono.

Pagi ini, Rabu 29 Agustus 2013, ketika sedang makan pagi Rama Tri Wahyono yang siap makan terkejut dan berkata "Lho kok segane durung ana?" (Lho, nasinya belum ada?). Beliau sudah akan meletakkan daging ayam di piringnya tetapi ternyata piring masih tanpa nasi. Pramurukti, yang sedang menyuapi Rama Harto, berdiri untuk mengambilkan nasi. "Aku saiki kok akeh lali ya?" (Mengapa aku sekarang banyak lupa?). Rama Yadi menyahut "Jarene wingi sikatan nganggo silet?" (Katanya kemarin gosok gigi pakai silet?). "Iya je" (Benar) kata Rama Tri "Aku nggosok untu jebule nganggo silet" (Aku menggosok gigi, ternyata dengan alat cukur kumis). Rama Bambang berkata "Mbokmenawa kowe wis ngalami akhirat?" (Barangkali kamu sudah menghayati kehidupan akhirat?). "Kok ngono?" (Mengapa begitu?) tanya Rama Tri. "Jaremu neng akhirat ki wong wis dha lali ning dha gathuk bahagia" (Katamu akhirat tempat orang lupa tapi dapat sambung dengan bahagia) jelas Rama Bambang. Rama Tri setuju karena berkata "Iya, nggon lali ning nyenengke" (Iya, tempat pelupa tetapi menyenangkan) yang disambut gelak rama-rama lain.

Lamunan Pesta Wajib


Wafatnya Santo Yohanes Pembaptis, Martir
Kamis, 29 Agustus 2013

Markus 6:17-29

6:17 Sebab memang Herodeslah yang menyuruh orang menangkap Yohanes dan membelenggunya di penjara berhubung dengan peristiwa Herodias, isteri Filipus saudaranya, karena Herodes telah mengambilnya sebagai isteri.
6:18 Karena Yohanes pernah menegor Herodes: "Tidak halal engkau mengambil isteri saudaramu!"
6:19 Karena itu Herodias menaruh dendam pada Yohanes dan bermaksud untuk membunuh dia, tetapi tidak dapat,
6:20 sebab Herodes segan akan Yohanes karena ia tahu, bahwa Yohanes adalah orang yang benar dan suci, jadi ia melindunginya. Tetapi apabila ia mendengarkan Yohanes, hatinya selalu terombang-ambing, namun ia merasa senang juga mendengarkan dia.
6:21 Akhirnya tiba juga kesempatan yang baik bagi Herodias, ketika Herodes pada hari ulang tahunnya mengadakan perjamuan untuk pembesar-pembesarnya, perwira-perwiranya dan orang-orang terkemuka di Galilea.
6:22 Pada waktu itu anak perempuan Herodias tampil lalu menari, dan ia menyukakan hati Herodes dan tamu-tamunya. Raja berkata kepada gadis itu: "Minta dari padaku apa saja yang kauingini, maka akan kuberikan kepadamu!",
6:23 lalu bersumpah kepadanya: "Apa saja yang kauminta akan kuberikan kepadamu, sekalipun setengah dari kerajaanku!"
6:24 Anak itu pergi dan menanyakan ibunya: "Apa yang harus kuminta?" Jawabnya: "Kepala Yohanes Pembaptis!"
6:25 Maka cepat-cepat ia pergi kepada raja dan meminta: "Aku mau, supaya sekarang juga engkau berikan kepadaku kepala Yohanes Pembaptis di sebuah talam!"
6:26 Lalu sangat sedihlah hati raja, tetapi karena sumpahnya dan karena tamu-tamunya ia tidak mau menolaknya.
6:27 Raja segera menyuruh seorang pengawal dengan perintah supaya mengambil kepala Yohanes. Orang itu pergi dan memenggal kepala Yohanes di penjara.
6:28 Ia membawa kepala itu di sebuah talam dan memberikannya kepada gadis itu dan gadis itu memberikannya pula kepada ibunya.
6:29 Ketika murid-murid Yohanes mendengar hal itu mereka datang dan mengambil mayatnya, lalu membaringkannya dalam kuburan.


Butir-butir Permenungan
  • Tampaknya, penguasa dan yang gila kuasa juga orang yang memiliki kelengkapan kemanusiaan. Selain punya berbagai nafsu seperti binatang, bila masih tekun menjalani berbagai praktek keagamaan, seorang penguasa juga mampu bersahabat dengan dengung relung hati sehingga amat menghormati lawannya yang memiliki kebenaran dan keluhuran hidup.
  • Tampaknya, penguasa dan yang gila kuasa yang bersahabat dengan dengung relung hatinya, walau amat kerap membuat goncang hatinya karena mengusik salah dan jahatnya, juga senang mendengar berbagai ucapan benar dan luhur dari lawannya. Dia bahkan melindungi lawannya itu dari bahaya yang muncul dari dendam kesumat orang dekat mitra jahatnya.
  • Tetapi BISIK LUHUR berkata bahwa, sekalipun taat dan tekun dalam hidup keagamaan tetapi bila hidupnya amat menekankan tindakan lahiriah untuk menjaga citra, tampilan, dan gengsi, orang menjadi penolak dengung relung hati yang sebenarnya adalah ucapan-ucapan mesra ilahi. Orang demikian, sekalipun dengan rasa berat, akan mudah menebar kematian.
Ah, tidak mungkin orang tekun agama kok jadi pembunuh!

NANAS


Rama Agoeng mengirim info berikut kepada Rama Bambang lewat BBP Rabu 28 Agustus 2013 :

NANAS : Kalau makan nanas tengahnya dibuang gak?? Jangan dibuang ya,
justru tengahnya bagus banyak seratnya anti CANCER USUS .

Mulai sekarang jangan dibuang ya .
Karena bagian yang biasa kita makan itu adalah umumnya gula .

Yang tengah itu namanya Bromolin .
Itu dirahasiakan pihak medis karena Bromolin membantu penyerapan semua vitamin, mineral dalam badan dan pada pasien kanker Bromolin melunakkan dinding2 sel sehingga obat dapat benar2 tembus ke inti sel .

Terus pemakaian obat2an hanya diperlukan 25% saja dari dosis .

Misalnya : Antibiotik 100mg, kalo makan Bromolin, kita hanya perlu yang dosis 25mg . Kenapa dirahasiakan?
Karena industri obat dunia terancam penjualannya .

Bayangkan saja misalnya dalam 1 pil mereka biasa pakai zat tertentu 100mg,
lalu sekarang hanya pakai 25mg .
Bisa gulung tikar pabriknya.

Semoga berguna .

Jadi, makan nanas, makan juga tengahnya karena disitulah kebaikan utama yang bisa didapatkan dari buah nanas.

Kisah nyata : pengalaman teman ,
ada penyumbatan pembuluh darah banyak luar biasa, sudah pasang ring 7.
Sekarang dia makan Bromolin sama Vitamin c dosis tinggi dan penyumbatannya bersih sendiri .

Dulu setiap 6 bulan dia scan selalu ada yang tersumbat. Sekarang bersih sama sekali dan jadi lancar, tidak ada yang tersumbat. Indahnya berbagi .

Tuesday, August 27, 2013

PESERTA 1 SEPTEMBER


Batas akhir pendaftaran peserta Novena Ekaristi Seminar di Domus Pacis untuk bulan September 2013 sudah lewat. Novena Seminar untuk tahap ke 7 akan dilaksanakan pada 1 September 2013. Tema pembicaraan dalam seminar 2 jam akan berkisar pada Sikap Kaum Tua Menghadapi Kaum Muda (anak, remaja, muda) Masa Kini. Rama Petrus Noegroho Agoeng Sriwidodo, Pr. akan hadir mengetengahkan wawasannya berdasarkan berbagai pengalaman. Rama Agoeng cukup lama menjadi Ketua Komisi K3AS (Karya Kepemudaan Keuskupan Agung Semarang) sebelum menjadi Ketua Komsos KAS (Komunikasi Sosial Keuskupan Agung Semarang). Kini beliau tinggal di Wisma Domus Pacis sebagai anggota pengurus.

Satu hal yang perlu dicatat adalah bahwa untuk tanggal 1 September 2013 ada beberapa kelompok yang biasa menjadi peserta memberi informasi tidak dapat hadir. Para peserta dari Lingkungan Puren (Paroki Pringwulung) dan Wilayah Berbah (Paroki Kalasan) tidak hadir karena harus menghadiri dan ikut terlibat dalam hajatan pernikahan salah satu keluarga. Peserta dari Paroki Muntilan sedang disibukkan oleh urusan sekolah. Sedang peserta dari Paroki Babadan dan Paroki Administratif Bayat harus terlibat dalam acara khusus parokinya. Meskipun demikian, ada 207 orang yang sudah didaftarkan dari 17 kelompok peserta. Ada beberapa warga umat yang menjadi jaringan Komunitas Rama Domus Pacis yang ikut menjadi penghubung antara para peserta dan rama Domus. Jumlah mereka ada 18 orang, yaitu Ibu Mumun (Paroki Pringwulung), Ibu Laksono (Paroki Pringwulung), Bapak Lolit (Paroki Pringwulung), Ibu Dewa (Paroki Pringwulung), Mbak Asih (Paroki Gamping), Ibu Riwi (Paroki Minomartani), Bapak Murhadi (Paroki Babadan), Ibu Nanik (Imogiri, Paroki Bantul), Bapak Mardi (Paroki Baciro), Ibu Indah (Paroki Kotabaru), Ibu Taryo (Paroki Babarsari), Ibu Rini (Paroki Medari), Bapak Miyoto (Paroki Medari), Ibu Sundari (Paroki Administratif Pringgolayan), Mbak Lisa (Paroki Ganjuran), Ibu Medi (Paroki Klaten), Bapak Emil (Paroki Wedi), dan Ibu Theo (Paroki Ignatius Magelang). Tabel di bawah menunjukkan kelompok asal dan jumlah orang pesertanya. Kolom yang ada latar warna biru berasal dari luar Yogyakarta.

 Peserta pendaftar Novena Ekaristi Seminar tahap ke 7 di Domus Pacis 1 September 2013.

ASAL PESERTA
JUMLAH
01.  Paroki Pringwulung
44 orang
02.  Paroki Gamping
2 orang
03.  Paroki Minomartani
12 orang
04.  Wilayah Bangunharjo, Paroki Pugeran
15 orang
05.  Paroki Babadan
5 orang
06.  Wanita Katolik RI Depok
3 orang
07.  Wilayah Imogiri, Paroki Bantul
5 orang
08.  Paroki Baciro
4 orang
09.  Lingkungan Sendowo, Kotabaru
11 orang
10.  Paroki Babarsari
7 orang
11.  Paroki Medari
40 orang
12.  Paroki Administratif Pringgolayan
9 orang
13.  Lingkungan Kepuh, Paroki Ganjuran
4 orang
14.  Paroki Wedi
33 orang
15.  Paroki Klaten
4 orang
16.  Paroki Jombor
2 orang
17.  Paroki Ignatius Magelang
7 orang
JUMLAH
 207 orang

SEPUTAR RAHASIA KEMATIAN



Ini adalah tulisan Rama Muji S yang diambil dari FB Pak Didy

Rahasia kematian hari-hari ini menyapaku, amat menggugat dalam tanya dan memaksa merenunginya dalam rahasia agung Si Empunya kehidupan Tuhan Allah kita. Betapa tidak, seorang sahabat yang menjadi ibu keluarga bagi suami yang diplomat dengan dua putri dan satu putranya, dipanggil Tuhan begitu lekas dalam hitungan mingguan mendekati satu bulan karena kanker getah bening.
Anak-anak itu satu per satu disapa dididik dengan mandiri oleh sang ibu; dikenalkan dengan makanan kesukaan masing-masing dan disiapkan dengan perkembangan pendidikan watak yang mandiri. Mereka juga menyayangi adik serta menghormati dan cinta ke orang tua dengan dialog-dialog terbuka membahas masalah dari yang sepele sampai yang berat.
Bila diekstremkan, seluruh waktu si ibu diberikan pada keluarga dan anak-anak, mulai dari mengantar dan menjemput sekolah sampai menemani menjadi guru. Anak yang paling kecil dan duduk di bangku TK menjelang SD, meski lebih pintar berbahasa Inggris, tetap diajari bahasa Indonesia.
Maka ketika tiap kali menjadi tamu mereka di luar negeri, saya menemukan rumah dengan oase segar rohani. Karena tiap kali diundang oleh mereka untuk misa ibadah bersama, dilanjutkan dengan makan penuh syukur.
Namun, itulah tadi, sang ibu sampai tidak memperhatikan dirinya sendiri. Suara bagus dan koor serta solislah satu-satunya ruang ia memuji Yang Ilahi dengan suara amat merdu. Ini menjadi sanctuary bagi spiritualitasnya dengan tangan jemari menderaskan Rosario doa untuk Bunda Maria agar menuju Yesus Tuhan; menjadi curahan hati dan rasa perasa yang hanya ia sendiri yang tahu di saat akhirnya ia tahu kanker getah bening akut menjalarinya.
Dalam hening di misa requiem kematian, di RS Panti Rapih, Yogyakarta, ia tampaknya minta ke Tuhan untuk hari pemakamannya pada Minggu, 12 Mei 2013. Betapa dahsyat “banyak kebetulan-kebetulan yang merupakan tanda-tanda dari langit” karena udara cerah sekali hari itu.   “Kebetulan” rekan-rekan suami yang di Departemen Luar Negeri berkumpul di Yogya, ada yang mantu sehingga kebanyakan mereka bisa hadir di sekitar peti pembaringannya yang wajahnya semakin siang semakin “tersenyum” seakan-akan memberi tahu untuk tidak bersedih.
Wajah itu semakin “tersenyum” saat penantian putrinya yang ditunggu dari Kanada mendekati kedatangannya. Ada kebetulan aneh pula saat Sabtu-nya, jadi sehari sebelum di Yogya Panti Rapih, ada pertemuan reuni eks siswi-siswi SMP Santa Maria, teman-teman SMP-nya dahulu.   Menjamah misteri kematian, terasakanlah misteri “kehadiran” atau presence dan “ketidakhadiran” atau absence.
Mengapa ia dipanggil dari antara kami justru saat ia selalu mengusahakan agar kami semua sehat dan tidak sakit? Ia bersikap seperti Bunda Maria yang selalu menyimpan semuanya dengan diam mengheningkannya dalam doa dalam cakap-cakap dengan Tuhan sendiri.
Hari-hari ini pasti ketidakhadiran dirasakan sekali oleh anak-anak tercinta dan suami serta kami yang ditinggalkan. Being absent physically, pengalaman merasai absennya dalam sapa-sapa yang biasanya dirasakan oleh si kecil bungsu, si nomor dua lelaki dan si sulung yang ketika sudah datang dari terbang jauh ke tanah air lalu merangkul adik-adiknya dan bersama sang ayah menciumi ibu terus dengan bahasa hening mencekam Tuhan menghadapnya.
Terasa sekali bagaimana dalam kitab suci Yesus yang menangisi kematian sahabat-Nya Lazarus di depan saudari-saudarinya Lazarus, yaitu Maria dan Marta.   Suasana serupa hanya bisa ditangkap maknanya dalam iman akan kebangkitan manakala Yesus menyatakan “saudaramu akan bangkit”. Jadi yang absen adalah sosok fisik dan yang hadir adalah “ruh” yang didoakan semua dalam misa kudus untuk diampuni kesalahan dan diterima di pangkuan Allah di Surga.
Dalam kematian yang “merenggut” seperti memutuskan langkah sesungguhnya justru ditunjukkanlah bahwa semua ada waktunya. Semua dibuat indah menurut kehendak-Nya (bukan kehendak kami manusia dan bukan pula tafsir waktu kami!) dibuat indah pada waktunya.
Di sinilah terjawab bahwa kebetulan-kebetulan tadi menyatu di depan misteri kematian, hening merenungi selesainya tugasmu sebagai ibu yang hadir di dunia untuk anak-anakmu dan suami.
Namun pada saat yang sama, engkau “hadir” kembali dengan pendampingmu, doamu, penyertaanmu lebih dekat dengan Tuhan kita. Kini anak-anak dan kami dengan berbahasa doa terus kauantarkan ke Tuhan dan bisa kami mintai tolong bahkan dalam suka dan duka hidup melaksanakan tugas panggilan ini sampai nanti pada saatnya kita masing-masing juga pasti akan kembali ke rumah Bapa tanpa tahu kapan itu terjadi.
Karena itu kematianmu menjadi jalan iman menuju kebangkitan seperti janji Yesus yang setelah mati disalib. Dia pergi ke rumah Bapa menyediakan tempat bagi kita semua.
Karena itu pula meski kami sedih, namun engkau terus hadir spiritually karena kami boleh meneladanmu dalam menjadi butir gabah yang mengorbankan diri untuk mencintai keluargamu, jatuh ke tanah dan mengelupas agar tumbuh padi-padi baru, ya anak-anakmu, suami dan kami semua yang dengan “mata iman baru” disadarkan di depan kematian bahwa kami terus sedang dalam perjalanan atau ziarah.
Ziarahmu dengan suami dan anak-anak sebagai tim perjalanan tugas benar-benar kau hayati dari negara yang satu ke negara yang lain dan kini pasti pula “secara ruh” hadirmu akan menyertai suami, anak-anak dan mereka yang menyertaimu untuk terus berziarah dan bepergian nanti ke tujuan akhir kembali ke rumah Bapa.
Doakan kami, doakan agar tempat di surga selalu ada untuk kami karena Yesus pergi ke Bapa bersamamu untuk menyediakan tempat di rumah Bapa. Selamat jalan dan selamat bertemu Bapa di Surga Icus.