Pages

Subscribe:
/
  • Domus Pacis

    Domus Pacis atau Rumah Damai berada di Puren, Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta. Di rumah ini sedang dikembangkan pastoral ketuaan. "Tua tak mungkin terlambat datangnya, namun renta bisa ditunda hadirnya"

  • Indahnya di usia tua

    Tua namun tak renta, sakit tak sengsara, Mati masuk surga

  • Tua Yang Bijaksana

    Menjadi Tua itu kepastian, namun tua yang bijaksana itu suatu perjuangan.

Wednesday, October 15, 2014

DERITA ADALAH JALAN BIMBINGAN ALLAH


Kelompok kelima untuk program Jagongan Iman adalah kelompok dari Paroki Gondang. Dengan program ini kelompok kaum tua mendalami iman dengan landasan Syahadat Katolik untuk menjadi pewarta dalam hidup hariannya. Pertemuan pertama kelompok Gondang terjadi pada Jumat 10 Oktober 2014 di rumah Ibu Karmini, Kwiran jam 15.00-17.00. Pertemuan hari itu diikuti 9 orang (8 ibu dan 1 bapak) yang adalah anggota Legio Maria dan  pada umumnya biasa ikut Novena Ekaristi Seminar di Domus Pacis. Sembilan orang itu adalah:
  • Ibu Martina Agustini (dari Lingkungan Paulus)
  • Ibu Elisabet Sri Karsini (dari Lingkungan Paulus)
  • Ibu Maria Magdalena Jumiyem Sunardi (dari Lingkungan Yohanes Rasul)
  • Ibu Theresia Sri Sudarni (dari Lingkungan Santo Yusup)
  • Ibu Anastasia Suprapti (dari Lingkungan Santo Yusup)
  • Bapak Fransiscus Xaverius Slamet Raharjo (dari Lingkungan Santo Ignatius)
  • Ibu Maria Goreti Sri Lestari (dari Lingkungan Santa Caecilia)
  • Ibu Yustini Karmini (dari Lingkungan Santa Caecilia)
  • Ibu Marita Mulyati Daliyo (dari Lingkungan Santa Caecilia).
Sesudah omong-omong dalam dua kelompok tentang "Dari pokok 'Aku percaya akan Allah, Bapa yang Mahakuasa, Pencipta langit dan bumi', pegangan pokok apa yang dapat kita pakai untuk hidup sehari-hari dalam keluarga dan pergaulan dengan tetangga?", para peserta menyampaikan sharingnya satu per satu. Dari pembicaraan itu Rama Bambang menemukan 3 hal mencolok yang terutama terjadi dalam keluarga:
  1. Pengalaman derita dihayati sebagai pencobaan dari Tuhan sebagaimana terjadi dalam keluarga.
  2. Segala derita itu dipahami sebagai kenyataan untuk menjalani kehendak Allah yang mencintai dan memberikan karunia yang saatnya kerap tidak diketahui.
  3. Semua itu menghadirkan kesadaran sebagai titah (ciptaan) yang digulawenthah (diasuh atau dibimbing) oleh Tuhan.
Dengan terang Katekismus Gereja Katolik (KGK) no. 239, pokok pertama syhadat ini menyajikan:
  1. Allah dipahami sebagai orang tua yang menyajikan 2 aspek: 1) Awal segala sesuatu termasuk semua peristiwa hidup; 2) Berkuasa yang menghadirkan kepedulian kasih.
  2. Orang tua menjadi wakil Allah yang pertama untuk menghadirkan generasi baru (anak-anak), tetapi untuk selanjutnya tergantung sikap hidupnya sehingga orang tua pun dapat ternoda citra kebapakan atau keibuannya.
  3. Allah memang dapat digambarkan seperti orang tua, tetapi tidak ada orang tua seperti Allah sehingga Allah menjadi pegangan untuk penghayatan dalam peristiwa apapun.

0 comments:

Post a Comment