Pages

Subscribe:
/
  • Domus Pacis

    Domus Pacis atau Rumah Damai berada di Puren, Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta. Di rumah ini sedang dikembangkan pastoral ketuaan. "Tua tak mungkin terlambat datangnya, namun renta bisa ditunda hadirnya"

  • Indahnya di usia tua

    Tua namun tak renta, sakit tak sengsara, Mati masuk surga

  • Tua Yang Bijaksana

    Menjadi Tua itu kepastian, namun tua yang bijaksana itu suatu perjuangan.

Friday, February 28, 2014

MY FAST


Sabda Hidup


Sabtu, 01 Maret 2014
Hari Biasa
warna liturgi Hijau
Bacaan:
Yak. 5:13-20; Mzm. 141:1-2,3,8; Mrk. 10:13-16

Markus 10:13-16:
13 Lalu orang membawa anak-anak kecil kepada Yesus, supaya Ia menjamah mereka; akan tetapi murid-murid-Nya memarahi orang-orang itu. 14 Ketika Yesus melihat hal itu, Ia marah dan berkata kepada mereka: "Biarkan anak-anak itu datang kepada-Ku, jangan menghalang-halangi mereka, sebab orang-orang yang seperti itulah yang empunya Kerajaan Allah. 15 Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa tidak menyambut Kerajaan Allah seperti seorang anak kecil, ia tidak akan masuk ke dalamnya." 16 Lalu Ia memeluk anak-anak itu dan sambil meletakkan tangan-Nya atas mereka Ia memberkati mereka.

Renungan:
Dunia anak itu memang menyenangkan. Kita bisa melihat mereka berlari dengan ceria, memanjat tanpa takut, berbicara tanpa kebohongan, bertengkar dan segera berdamai, manja tanpa rasa malu dsb. Indah. Sangat menggembirakan hati ketika menyaksikannya.  Ceria dan penuh tanda kehidupan.
Menimbang segelintir pengalaman itu layaklah kalau Yesus membiarkan anak-anak datang kepadaNya. Bahkan Ia pun menyatakan, "sebab orang-orang yang seperti itulah yang empunya Kerajaan Allah" Mrk 10:14. Sikap, kata dan ketulusan mereka menjadi tanda Kerajaan Allah.
Dalam kesempatan ini saya hanya bisa mengatakan bahwa sebagai orang dewasa kita jangan menghalang-halangi anak-anak datang kepada Tuhan. Malah sebaliknya kita perlu menyediakan aneka macam hal pendukung perjumpaan mereka dengan Tuhan. Selain itu bolehlah saya sampaikan: jangan kehilangan kesempatanmu untuk bersama-sama dengan anak-anak anda.

Kontemplasi:
Duduklah dengan tenang. Amatilah anak-anak yang ada di sekitarmu. Lalu renungkan Injil Mrk. 10:13-16.

Refleksi:
Siapakah anak bagimu?

Doa:
Tuhan semoga aku mempunyai jiwa yang tebuka pada kehadiranMu dalam diri anak-anakku.Amin.

Perutusan:
Aku akan menyambut kehadiran anak (-anak) dengan tangan terbuka dan hati yang lapang.

Thursday, February 27, 2014

PEMILU

TENTANG KAPEL DOMUS


"Ramaaaa .... Niki kanca-kanca ajeng ningali kawontenan kapel Domus" (Ramaaaa .... Ini teman-teman akan melihat keadaan kapel Domus) kata Bu Titik yang kini menjadi pengurus Kapel Domus Pacis. Pagi itu sekitar jam 06.15 Kamis 27 Februari 2014 Bu Titik datang di kamar Rama Bambang bersama Bu Lely, Bu Kartini, dan satu ibu lain. "Saya sekarang sudah tidak ngurus perlengkapan liturgi di Paroki Pringwulung. Maka akan membantu untuk Domus Pacis" kata Bu Kartini yang disambung Bu Lely "Rama menginginkan apa, kami akan membantu." Rama Bambang menjawab dengan ceria "Saiki sing ngurus Bu Titik. Manut wae ro beliaune" (Sekarang yang mengurus Bu Titik. Ikut dia saja). "Wah, rama punya banyak payung, ta?" kata Bu Kartini tiba-tiba. Kebetulan ada 3 buah payung. Dua di antaranya adalah milik tamu Domus yang tertinggal. "Pengin, pa? Nek pengin kae njupuka. Ana beberapa cilik lan gedhe" (Ingin punyakah? Kalau ingin, ambil itu. Ada beberapa kecil dan besar) kata Rama Bambang sambil menunjuk rak buku di dekat jendela. Tiga ibu yang bersama Bu Titik ambil satu-satu.

Sekitar jam 11.00 Bu Titik datang lagi. Memberi informasi kalau untuk kapel Domus akan dibuatkan gorden. Bu Lely juga akan mencarikan tambahan kasula. "Kula rumiyin dangu ngurus perlengkapan liturgi ing paroki. Rikala jaman Rama Suka, kula nyuwun pamit amargi kathah ingkang kedah kula layani pijet ceragam. Ingkang nggantos Bu Kartini. Sakmenika Bu Kartini ugi sampun dipun gantos. Bu Lely biasa madosaken donator" (Dulu saya lama mengurus perlengkapan liturgi di paroki. Pada zaman Rama suka, saya minta pamit karena melayani banyak orang yang meminta pijat ceragam. Saya diganti oleh Bu Kartini. Sekarang bu Kartini sudah diganti. Bu Lely biasa mencarikan donator) kata Bu Titik. Tampaknya kapel Domus memang akan makin cantik.

Lamunan Pekan Biasa VII



Jumat, 28 Februari 2014

Markus 10:1-12

10:1 Dari situ Yesus berangkat ke daerah Yudea dan ke daerah seberang sungai Yordan dan di situ pun orang banyak datang mengerumuni Dia; dan seperti biasa Ia mengajar mereka pula.
10:2 Maka datanglah orang-orang Farisi, dan untuk mencobai Yesus mereka bertanya kepada-Nya: "Apakah seorang suami diperbolehkan menceraikan isterinya?"
10:3 Tetapi jawab-Nya kepada mereka: "Apa perintah Musa kepada kamu?"
10:4 Jawab mereka: "Musa memberi izin untuk menceraikannya dengan membuat surat cerai."
10:5 Lalu kata Yesus kepada mereka: "Justru karena ketegaran hatimulah maka Musa menuliskan perintah ini untuk kamu.
10:6 Sebab pada awal dunia, Allah menjadikan mereka laki-laki dan perempuan,
10:7 sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya,
10:8 sehingga keduanya itu menjadi satu daging. Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu.
10:9 Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia."
10:10 Ketika mereka sudah di rumah, murid-murid itu bertanya pula kepada Yesus tentang hal itu.
10:11 Lalu kata-Nya kepada mereka: "Barangsiapa menceraikan isterinya lalu kawin dengan perempuan lain, ia hidup dalam perzinahan terhadap isterinya itu.
10:12 Dan jika si isteri menceraikan suaminya dan kawin dengan laki-laki lain, ia berbuat zinah."

Butir-butir Permenungan
  • Tampaknya, di era global perkawinan makin menjadi peristiwa yang mendapatkan penghargaan yang besar sebagai peresmian keinginan bersatu antara laki-laki dan perempuan sehingga dapat menjadi upacara besar dengan beaya tinggi. Karena begitu menjadi even penting sekali untuk perkawinan juga dapat tersedia even organizer (EO).
  • Tampaknya, karena makin mekarnya individualisme, di era global ketidakcocokan pribadi antara suami isteri mudah terjadi perpisahan sehingga jumlah perceraian pun makin besar. Terhadap soal perceraian pun di dalam agama, bahkan agama Katolik, dapat terjadi dengan mempergunakan celah tata hukum perkawinannya.
  • Tetapi BISIK LUHUR berkata bahwa orang yang sudah menjalani kehidupan berkeluarga meletakkan hubungan suami isteri bukan untuk menjalankan kehendak individual masing-masing dan bukan melandaskan hidup berkeluarganya pada perasaan keinginan orang. Dalam yang ilahi orang berkeluarga membiarkan diri tenggelam dalam aura gema suara relung hati sehingga apapun yang dialami akan makin meneguhkan dan memesrakan hubungan suami isteri.
Ah, kalau nyatanya sudah tidak cocok ya tak usah dipaksakan tak pisah.

Wednesday, February 26, 2014

PROGRAM BARU MULAI


Rabu 26 Februari 2014 jam 15.40 Rama Bambang datang di rumah Ibu Darman di Kepuh yang termasuk Wilayah Ngireng-ireng, Paroki Ganjuran. Bapak-bapak dan ibu-ibu termasuk satu perempuan lajang sudah siap menanti. Sebenarnya Mbak Kartini ketika berhubungan dengan Rama Bambang lewat SMS bilang kalau pertemuan akan dilaksanakan di gendung gereja Ngireng-ireng. Tetapi Rama Bambang menolak. Peserta tak boleh ikuti oleh banyak sekali umat katolik. Kalau ada banyak "Dadekke beberapa kelompok lan gantian kanggonan. Kan pertemuanne jenenge jagongan?" (Jadikan beberapa kelompok dan bergantian rumah untuk tempat pertemuan. Bukankah pertemuan ini bernama jagongan yang berarti duduk omong-omong santai) kata Rama Bambang dalam SMS. Pertemuan di rumah Bu Darman yang dimulai jam 16.00 ini diikuti oleh 28 orang yang berasal dari: Lingkungan Lingkungan Cangkring 5 perempuan dan 5 laki-laki; Lingkungan Kepuh 10 perempuan; Lingkungan Tempel 1 perempuan. Dua puluh lima orang berusia di atas 40 tahun orang bahkan mayoritas di atas 50 tahun. Tiga orang terdiri dari suami-istri usia 35an tahun dan 1 orang perempuan lajang usia 39 tahun. Sementara itu satu orang ibu Rini dari Sleman ikut Rama Bambang untuk melihat pertemuan karena juga memiliki niat sama mengadakan program ini.

Pertemuan itu bagi Komunitas Rama Domus Pacis menjadi yang pertama kali terjadi atas program baru dalam rangka Pendampingan Iman kaum Tua (PIKATU). Selain program Novena Ekaristi Seminar, pada tahun 2014 Komunitas Rama Domus Pacis menawarkan program Jagongan Jadi Kaum Tua Pewarta. Dengan istilah jagongan (dudu-duduk omong-omong santai) diharapkan terjadi kelompok-kelompok kecil yang mengembangkan diri menjadi kaum tua yang dapat menjadi saksi dan pewarta iman sesuai dengan perkembangan situasi hidupnya. Karena ditekankan hubungan personal satu sama lain, tempat pertemuan diharapkan bergantian rumah di antara para peserta. Program ini menjadi ajang berbicara tentang imannya berdasarkan hidup dewasa atau tua dengan berpegang pada pokok-pokok iman yang ada dalam doa "Aku Percaya" yang ada dalam Katekismus Gereja Katolik. Di dalam kata-kata pembuka Rama Bambang berkata "Kebetulan Keuskupan ndadekke taun 2014 Tahun Formatio Iman. Niki dadi taun miwiti gerakan pembinaan iman terus-terusan saking balita nganti usia lanjut. Ing ngriki diharapke umat isa beriman cerdas, tangguh, misioner" (Kebutulan Keuskupan Agung Semarang menjadikan tahun 2014 sebagai Tahun Formatio Iman. Ini menjadi tahun permulaan gerakan pembinaan iman berkelanjutan dari usia dini sampai lanjut usia. Di sini diharapkan umat menghayati iman yang cerdas, tangguh, dan misioner).

Proses pertemuan di rumah Bu Darman dimulai dengan omong-omong dalam 5 kelompok kecil. Para peserta berbicara tentang pengalaman sebagai orang tua di dalam keluarga, tempat cari nafkah, dan dalam pergaulan dengan masyarakat kiri kanan termasuk umat Lingkungan. Kemudian masing-masing kelompok menyampaikan hasil sharing dan Rama Bambang membuat rangkuman dan menunjukkan hal yang menonjol menjadi pengalaman umum. Sesudah itu Rama Bambang mengajak mendalami kalimat iman "Aku percaya akan Allah Bapa yang mahakuasa pencipta langit dan bumi" dengan berpegang pada Katekismus Gereja Katolik nomor 238 dan 239. Ternyata para peserta dapat secara langsung bertanya dan menanggapi sambil menikmati minuman dan snak yang tersedia. Pada jam 18.15 pertemuan ditutup dengan menyantap gado-gado.

Karena program ini direncanakan terjadi dalam 12 kali pertemuan, maka Rama Bambang mengajak membuat kesepakatan untuk hari berikutnya. Ternyata para peserta bersepakat untuk kembali pada hari Rabu Keempat bukan Maret tanggal 26. "Papane teng ngriki malih nggih saget" (Tempat pertemuan terjadi lagi di sini, saya akan menerima) kata Bu Darman ketika berbicara tentang tempat yang disahut oleh Rama Bambang "Ning mbokmenawa enten sing ngersaaken nampi?" (Tetapi barangkali ada yang ingin mendapatkan kesemopatan menerima kita?). Ternyata Pak Jono dari Lingkungan Turi menunjukkan jari dengan wajah cerianya. Maka besok tanggal 26 Maret 2014 rumah Pak Jono akan jadi tempat pertemuan. "Pertemuannya gayeng ya?" kata Bu Rini ketika pulang. Ibu ini tampaknya juga jadi makin terdorong untuk mengajak kaum tua di Wilayah Sleman, Paroki Medari. "Ning aja lali matur Rama Paroki sik" (Tapi jangan lupa memberi tahu Rama Paroki lebih dahulu) kata Rama Bambang yang di tengah pertemuan juga mengecek apakah Ngireng-ireng sudah memberi tahu Rama Paroki Ganjuran atau belum.

Sabda Hidup


Kamis, 27 Februari 2014
Gabriel dari Bunda Berdukacita
warna liturgi Hijau
Bacaan:
Yak. 5:1-6; Mzm. 49:14-15ab,15cd-16,17-18,19-20; Mrk. 9:41-50

Markus 9:41-50:
41 Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa memberi kamu minum secangkir air oleh karena kamu adalah pengikut Kristus, ia tidak akan kehilangan upahnya." 42 "Barangsiapa menyesatkan salah satu dari anak-anak kecil yang percaya ini, lebih baik baginya jika sebuah batu kilangan diikatkan pada lehernya lalu ia dibuang ke dalam laut. 43 Dan jika tanganmu menyesatkan engkau, penggallah, karena lebih baik engkau masuk ke dalam hidup dengan tangan kudung dari pada dengan utuh kedua tanganmu dibuang ke dalam neraka, ke dalam api yang tak terpadamkan; 44 (di tempat itu ulatnya tidak akan mati, dan apinya tidak akan padam.) 45 Dan jika kakimu menyesatkan engkau, penggallah, karena lebih baik engkau masuk ke dalam hidup dengan timpang, dari pada dengan utuh kedua kakimu dicampakkan ke dalam neraka; 46 (di tempat itu ulatnya tidak akan mati, dan apinya tidak akan padam.) 47 Dan jika matamu menyesatkan engkau, cungkillah, karena lebih baik engkau masuk ke dalam Kerajaan Allah dengan bermata satu dari pada dengan bermata dua dicampakkan ke dalam neraka, 48 di mana ulat-ulat bangkai tidak mati dan api tidak padam. 49 Karena setiap orang akan digarami dengan api. 50 Garam memang baik, tetapi jika garam menjadi hambar, dengan apakah kamu mengasinkannya? Hendaklah kamu selalu mempunyai garam dalam dirimu dan selalu hidup berdamai yang seorang dengan yang lain."

Renungan:
Beruntung. Setiap orang bisa mengalami keberuntungan dalam hidupnya. Ada orang yang tiba-tiba beruntung mendapat hadiah uang dalam jumlah yang besar, barang mewah atau pun pekerjaan yang baik. Namun kadang orang tidak siap menerima dan mengelola buah keberuntungan itu. Segala hadiah yang diterimanya bisa habis begitu saja tanpa bekas yang jelas karena ketidakcermatan dan ketidaktekunan menjaganya.
Kita juga beruntung mengimani Yesus Kristus. Bahkan mereka yang tahu kita mengimaniNya dan menolong kita pun akan mendapatkan berkatNya. "Sesungguhnya barangsiapa memberi kamu minum secangkir air oleh karena kamu adalah pengikut Kristus, ia tidak akan kehilangan upahnya" (Mrk 9:41). Namun keberuntungan ini pun rapuh kala kita tidak menjaga dan merawatnya. Ia bisa saja berlalu begitu saja dan diambil kembali oleh Tuhan. Maka kita perlu menjaganya dengan tekun, bahkan menjaga hidup selaras dengan rahmat Tuhan itu secara sungguh-sungguh dan optimal (bc Mrk 9:42-50).
Keberuntungan memang menggembirakan siapa pun. Namun ketekunan hidup akan menciptakan keberuntungan-keberuntungan yang terprediksi dan akan jauh lebih berdaya daripada keberuntungan dadakan.

Kontemplasi:
Pejamkan sejenak matamu. Rasakan aliran nafasmu. Rasakan kehadiran Kristus dalam perjalanan sejarah hidupmu. Tengoklah buah-buah imanmu kepada Kristus yang telah kauperjuangkan dengan tekun selama ini sekaligus tantangan untuk setia padaNya.

Refleksi:
Apa buah-buah ketekunan imanmu pada Kristus?

Doa:
Tuhan terima kasih atas segala rahmatMu. Semoga aku mampu bertekun menjaga segala rahmatMu sehingga aku tetap bisa menjadi garam yang mengasinkan, bukan hambar. Amin.

Perutusan:
Aku akan bertekun hidup dalam rahmatNya.

Tuesday, February 25, 2014

PENTING SADAR SUDAH TUA


"Rama, nanti acara pertama perkenalan peserta. Kemudian kami akan memperkenalkan kelompok dan kegiatannya. Kami juga minta sumbang saran dari para Rama Domus Pacis. Lalu misa dan kami sudah menyiapkan panduannya" kata Bu Woro yang tampaknya menjadi tokoh yang menonjol. Kata-kata ini ditujukan kepada Rama Bambang sebelum acara dimulai. Tetapi sesudah sounsystem dihidupkan, Rama Bambang dengan mikrofon mengajak para peserta menyanyikan Dalam Yesus Kita Bersaudara yang kemudian kata-katanya diubah-ubah disertai gerakan-gerakan yang membuat para ibu merasa senang. Oh, ya, ketika acara dimulai yang hadir ada 26 orang yang kesemuanya adalah ibu-ibu mayoritas tua. Sesudah lagu selesai, Rama Bambang mengajak saling menyebut nama satu persatu termasuk Rama Harto, Rama Yadi, dan Rama Bambang sendiri. Penyebutan nama mempergunakan lagu Kodhok Ngorek. Sehabis perkenalan satu persatu Rama Bambang menyerahkan mikrofon kepada Bu Woro.

Bu Woro memperkenalkan kelompok sebagai paguyuban pendukung panggilan imam, suster, dan bruder di Paroki Pugeran yang pada mula pertama didirikan oleh Rama Mikael Sugito. Tetapi kelompok yang hadir di Domus Pacis hari itu adalah bagian yang berasal dari Wilayah Gereja Brayat Minulya (GBM) Wirobrajan. Bu Woro mengenalkan pengurus satu persatu. Ternyata ketuanya bukan Bu Woro. Beliau juga mengatakan perjalanan kehidupan kelompok yang mengalami perubahan-perubahan kebijakan dari para rama paroki sesuai dengan pergantian pastor kepala. Kegiatan-kegiatan juga diperkenalkan termasuk misa arwah setiap November di makam para rama di Kentungan dan yang kemudian berubah jadi ibadat.

Sesudah itu Rama Yadi, setelah mengenalkan sekilas Domus Pacis dan rama-ramanya, memberikan tanggapan. Rama Yadi memberikan tekanan agar tidak perlu berjuang untuk menonjol. Jalani saja kegiatan dengan tenang. Rama Bambang menambah pentingnya kesadaran bahwa kini sudah tua bahkan mayoritas lanjut usia. Dengan merujuk ke konsep Ki Hadjar Dewantoro, Rama Bambang mengatakan bahwa ketokohan dapat terjadi di muka, di tengah, dan di belakang. Untuk kaum tua 60an tahun ke atas harus sadar bahwa kalau di muka sudah dapat mengganggu karena kini kaum muda hebat-hebat. Dalam hal berkegiatan, kalau sudah ada kelompok lain yang membuat kegiatan sama bahkan bertempat sama, lebih baik mendukungnya dengan ikut menggerakkan kehadiran. Hal ini dikaitkan dengan misalnya Misa November di makam para rama di Kentungan. Kini para rama UNIO Keuskupan Semarang dan Seminari Tinggi Kentungan masing-masing sudah mengadakan Misa Arwah di makam itu setiap November. Maka baik kalau kelompok ini tut wuri handayani, ikut mendukung dengan hadir. Sebagaimana para rama tua di Domus Pacis, bagaimanapun berhadapan dengan kegiatan-kegiatan umum Gereja "Wis ekspaiyed" (Sudah expired atau kedalu warsa) kata Rama Bambang yang menambahkan "Ning kanthi gelem melu utawa katut kanthi gambira, ora-orane kelangan pamor. Malah saya ditresnai akeh wong termasuk sing enom-enom" (Tetapi dengan bersedia ikut dengan gembira, ternyata tak kehilangan pamor. Malah banyak yang mencintai termasuk yang muda-muda).

Ketika Rama Bambang masih berbicara datanglah dua bapak dan satu ibu yang ternyata para pengurus harian Gereja Brayat Minulya (GBM) Wirobrajan. Rama Yadi memimpin Misa sebagai bagian akhir dari kunjungan. Sesudah misa bapak ketua dewan GBM menyampaikan sambutannya. Kunjungan ini diakhiri dengan makan siang bersama. Ketika pulang masing-masing membawa pulang snak yang dikemas dalam dos. Konsumsi disediakan oleh Bu Tatik dari Ambarrukmo yang dibantu oleh Bu Sri. Beliau selalu membantu penyediaan konnsumsi dengan murah tetapi para banyak tamu yang tampak puas. Bu Rini membantu menjualkan produksi Komsos Keuskupan Agung Semarang yang keuntungannya untuk tambahan kas Komunitas rama Domus Pacis.

Surat Gembala praPaskah Keuskupan Agung Semarang 2014

Lamunan Pekan Biasa VII



Rabu, 26 Februari 2014

Markus 9:38-40

9:38 Kata Yohanes kepada Yesus: "Guru, kami lihat seorang yang bukan pengikut kita mengusir setan demi nama-Mu, lalu kami cegah orang itu, karena ia bukan pengikut kita."
9:39 Tetapi kata Yesus: "Jangan kamu cegah dia! Sebab tidak seorang pun yang telah mengadakan mujizat demi nama-Ku, dapat seketika itu juga mengumpat Aku.
9:40 Barangsiapa tidak melawan kita, ia ada di pihak kita.

Butir-butir Permenungan
  • Tampaknya, pada zaman kini orang harus hidup dalam dunia persaingan untuk meraih kesejahteraan hidup. Tuntutan kemampuan mandiri membuat orang harus menjaga, melindungi, dan mengembangkan diri jangan sampai tenggelam karena keunggulan dan masyhurnya pihak lain.
  • Tampaknya, terhadap orang-orang atau kelompok-kelompok yang memiliki usaha yang sama orang harus sangat waspada dan harus berjuang mengalahkannya. Untuk menghindari pihak lain menjiplak nama untuk mendapatkan banyak peminat atau pasaran, orang dapat melindungi diri dengan mencari hak paten sehingga dapat menuntut ganti rugi pada si penjiplak.
  • Tetapi BISIK LUHUR berkata bahwa pejuang kesejahteraan umum tidak akan merasa terganggu kalau ada pejuang lain yang memiliki usaha sama bahkan memanfaatkan kemasyhurannya. Dalam yang ilahi karena kemesraannya dengan gema relung hati orang akan merasakan aura persahabatan dengan siapapun yang tidak menegatifir.
Ah, itu adalah sikap yang amat merugikan diri sendiri.

Monday, February 24, 2014

CARI PERSEWAAN PIRING


"Yen pados sambutan sewan piring, sendhok, gelas teng pundi nggih?" (Kalau mencari pinjam sewa piring, sendok, gelas, di mana ya?) tanya Rama Bambang ketika ikut kumpul misa Lingkungan Fransiskus Asisi, Puren 24 Februari 2014 malam dalam rangka berjumpa dengan Rama Paroki. Terhadap pertanyaan itu ternyata para ibu tampak agak kebingungan dan ketika Rama Bambang meminta salah satu untuk mengurus mendapatkan jawaban "Kula cobi nggih, rama" (Saya coba mencari ya, rama). Ternyata Mas Handoko yang duduk di dekat Rama Bambang berkata dengan mantap "Butuh pinten, ta? Sesuk kula uruske" (Butuh berapa? Besuk saya urus). Rama Bambang mengatakan butuh 300. Sebetulnya ada beberapa yang bersedia meminjami. Tetapi bila berasal dari macam-macam, muncul pemikiran nantinya dapat menimbulkan masalah kekeliruan dalam pengembalian. Dan ternyata Mas Handoko orang terbuka untuk mencari yang lebih murah. Ketika dia membawa tarif dari satu perusahaan persewaan, Mas Handoko minta Rama Bambang bertanya ke tempat lain. Dari sini muncul perbandingan harga dan kerepotan harus kembali bersih.

Kebutuhan di atas berkaitan dengan persiapan penyediaan konsumsi untuk Novena Ekaristi Seminar tahap pertama 2 Maret 2014. Barangkali ada pendaftar yang ternyata batal datang, tetapi yang jelas jumlahnya ada 285 orang pendaftar. Pak Kadi yang akan menjadi pembicara juga akan memberikan tulisan. Ini pun harus diperbanyak. Di dalam pertemuan Lingkungan itu pun Rama Bambang juga menyerahkan uang sumbangan kepada Mas Kus untuk pinjam tambahan 100 kursi dari RT dan juga untuk minta bantuan tambahan penyediaan minuman teh. Urusan penyediaan snak dan makan dipegang oleh Bu Painem dan Bu Rini dari Sleman. Ini berkaitan dengan yang biasa mengurus makan dan snak, yaitu Bu Tatik dari Ambarrukmo, sedang ikut sibuk salah satu relawati Domus Pacis yang sedang memiliki hajat menikahkan anaknya. Jumlah pendaftar yang melebihi jumlah terbanyak pada tahun 2013 barangkali karena ini merupakan yang pertama dalam tahun 2014. Tetapi yang biasa ikut memang selalu di atas 140 orang. Matrik di bawah menunjukkan asal dan jumlah pendaftar untuk 2 Maret 2014.

ASAL PESERTA
JUMLAH
RAYON KOTA KEVIKEPAN DIY
119 ORANG
01.  Paroki Pringwulung
87 orang
02.  Lingkungan Sendowo, Kotabaru
5 orang
03.  Lingkungan Nicolas, Bintaran
2 orang
04.  Paroki Administratif Pringgolayan
12 orang
05.  Paroki Pugeran
4 orang
06.  Paroki Kumetiran, Kuncen
1 orang
07.  Paroki Baciro
6 orang
08.  Paroki Gamping
2 orang
RAYON SLEMAN KEVIKEPAN DIY
90 ORANG
09.  Paroki Minomartani
10 orang
10.  Paroki Babadan
13 orang
11.  Paroki Babarsari
13 orang
12.  Paroki Medari
38 orang
13.  Paroki Mlati
7 orang
14.  Paroki Kalasan
3 orang
15.  Wanita Katolik RI Depok
6 orang
RAYON BANTUL KEVIKAPAN DIY
11 ORANG
16.  Wilayah Imogiri, Paroki Bantul
7 orang
17.  Lingkungan Kepuh, Paroki Ganjuran
4 orang
KEVIKEPAN SURAKARTA
55 ORANG
18.  Wanita Katolik RI Banjarsari, Sala
2 orang
19.  Paroki Wedi
25 orang
20.  Paroki Administratif Bayat
10 orang
21.  Paroki Klaten
4 orang
22.  Paroki Gondang
14 orang
KEVIKEPAN KEDU
10 ORANG
23.  Paroki Ignatius Magelang
7 orang
24.  Paroki Banyutemumpang, Wilayah Blabag
3 orang
JUMLAH
285 orang