Pages

Subscribe:
/
  • Domus Pacis

    Domus Pacis atau Rumah Damai berada di Puren, Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta. Di rumah ini sedang dikembangkan pastoral ketuaan. "Tua tak mungkin terlambat datangnya, namun renta bisa ditunda hadirnya"

  • Indahnya di usia tua

    Tua namun tak renta, sakit tak sengsara, Mati masuk surga

  • Tua Yang Bijaksana

    Menjadi Tua itu kepastian, namun tua yang bijaksana itu suatu perjuangan.

Wednesday, April 30, 2014

NASIB LANSIA DI INDONESIA

dari http://sosbud.kompasiana.com
30 November 2011

Menurut data WHO usia 60 tahun adalah batasan usia minimal bagi seseorang untuk disebut sebagai seorang yang berusia lanjut (baca: lansia). Bagi  saya pribadi, orang-orang yang sudah masuk dalam tahapan lansia secara sehat dan normal itu merupakan prestasi tersendiri buat mereka karena  mengingat ada begitu banyak faktor yang bisa menghambat seseorang untuk masuk dalam ‘zona’ usia lansia secara sehat dan normal. Sehat dan normal itu dalam arti sehat fisik dan tidak mengalami gangguan dalam pikiran. Saya mengutip sebuah teori perkembangan psikososial dari Eric Erickson, seseorang pada usia lanjut Ego Integrity seharusnya sudah terbentuk. Sebaliknya, bila ia merasa gagal di masa lalu, ia akan merasa kecewa. Kekecewaan inilah yang akan membuat orang tidak siap dengan masa lansianya.


Ada ilmu sosial tentang lansia (age stratification) yang memiliki teori sebagai berikut: setiap tingkatan usia mempunyai peran dan ekspektasi berbeda. Sambil menanggapi setiap perubahan lingkungan, orang harus berubah menuju ke tingkat usia yang lebih lanjut. Bagi orang yang bekerja, ketika sudah berumur 60 tahun biasanya dia diwajibkan untuk pensiun. Ada orang yang menolak pensiun, ada orang yang menyambut baik pensiun. Ada orang yang tidak bahagia pada masa pensiun dan ada yang menikmati masa pensiun.


Sekarang bagaimana dengan lansia yang tinggal di Indonesia dan dikatakan masih kental dengan budaya timur. Bagi masyarakat timur ada pesan tak tertulis yang harus diingat bahwa Lansia harus dihormati karena pengetahuan dan pengalamannya. Lihatlah tokoh-tokoh yang ada di cerita Tiongkok maupun India. Mereka merupakan tokoh berwibawa dan dianggap bijaksana dalam hidup bermasyarakat. Beberapa tokoh nasional di negara ini adalah mereka yang berusia lansia namun memiliki figur yang kuat dalam masyarakat dan dianggap sebagai pemelihara kesatuan.



Ada budaya Jawa bahwa peran lansia dinyatakan dalam 3 ur:

- Tutur : pengetahuan. Orang lansia digambarkan sebagai orang yang penuh dengan pengetahuan dan tahu segala macam asam garam kehidupan

- Wuwur: Uang. Mereka yang sudah lansia tidak lagi memperhitungkan masalah uang. Uang bagi mereka hanya sebagai sarana bukan tujuan yang harus dicari. Aktualisasi diri sebagai lansia yang ari bijaksana itu menjadi harapan mereka

- Sembur: Moral. Dengan banyak kejadian yang telah dialami mereka, banyak cerita moral yang bisa dipetik serta dibagikan kepada kaum muda. Mereka adalah gudang pengalaman moral.



Selain itu norma dan nilai sosial di Indonesia yang memiliki nilai tradisonal kuat masih menempatkan lansia pada kedudukan yang lebih tinggi, sebagai sumber nasehat dan restu, sangat dihormati dalam upacara maupun dalam kehidupan sehari-hari. Namun seiring dengan kemajuan jaman dan teknologi, norma dan nilai ini mulai luntur sehingga orang lansia tidak lagi dianggap sebagai sumber informasi dan rasa hormat terhadap mereka juga semakin terkikis.



Ada lima tipe psikologik lansia yang saya kutip dari pernyataan dr Satya Joewana Sp KJ.

1. Tipe Konstruktif: Tipe ini adalah tipe lansia yang mempunyai integritas baik, dapat menikmati hidup, toleransi tinggi, humoristic, fleksibel dan tahu diri.

2. Tipe Ketergantungan: Diterima dalam masyarakat tetapi pasif, tidak berambisi, masih tahu diri, tak mempunyai inisiatif, senang dengan pensiun, banyak makan dan minum, tak suka kerja, dan senang diajak berlibur

3. Tipe defensif: menolak bantuan, emosional, memegang teguh pada kebiasaannya, kompulsif, takut menjadi tua, dan tak menyukai masa pensiun

4. Tipe bermusuhan: Menganggap orang lain yang menyebabkan kegagalan, banyak mengeluh, agresif, curiga, takut mati, iri pada yang muda, senang mengadu untung pada pekerjaan-pekerjaan.

5. Tipe membenci/menyalahkan diri: Kritis terhadap diri sendiri, tak punya ambisi, penurunan kondisi sosio-ekonomik, perkawinan yang tak bahagia, tetapi menerima terhadap proses menua dan tidak iri terhadap yang muda, dan kematian sebagai kejadian yang membebaskan dari penderitaan.



Bagi sebagian pengamat sosial, lansia adalah golongan minoritas dan rentan mengalami diskriminasi serta kekerasan. Isolasi sosial dan gangguan mental (seperti Dementia atau penyakit Alzheimer’s) merupakan dua faktor yang dapat membuat orang tua lebih rentan terhadap kekerasan. Lansia dianggap terlalu lamban, daya reaksinya lambat, kesigapan bertindak dan cara berpikir menjadi lamban. Inilah yang menyuburkan kesan bahwa lansia adalah beban masyarakat.


Lansia seperti orang dewasa lainnya bila bisa menerima dirinya dengan baik, tahu posisinya dan mampu berkomunikasi dengan lingkungan, akan dapat menjalani kehidupan di usia senja dengan baik. Mereka juga dapat mengaktualisasikan diri dengan menyalurkan bakat dan ide, serta mengamalkan pengalamannya kepada orang lain. Mereka bisa menjadi penasihat handal dalam perusahaan dan walau kekuatan fisik mereka berkurang tapi mereka dewasa dalam berpikir dan bertindak.

Artikel ini tidak bermaksud untuk mengagungkan orang lansia. Tulisan ini hanya ingin mengajak setiap pembaca bahwa lansia juga memiliki peran yang strategis dalam bermasyarakat termasuk dalam keluarga. Sebagai orang yang lebih muda alangkah baiknya kita menghormati mereka sebagai pribadi yang membutuhkan perhatian lebih namun tidak berlebihan. Itu bisa dimulai dari diri kita sendiri. Suatu saat nanti kita akan menjadi sama seperti mereka, menjadi lansia. Tentunya kita menginginkan supaya setiap anak, menantu dan cucu-cucu bisa menghormati dan keberadaan kita sebagai lansia. Peliharalah lansia dengan baik dan biarkan mereka berperan di dalam masyarakat sesuai dengan kemampuan mereka.


Sumber: materi pembelajaran national counseling dan healing conference

Sabda Hidup

Kamis, 01 Mei 2014
St.Yusuf Pekerja
warna liturgi Putih
Bacaan
Kis. 5:27-33; Mzm. 34:2,9,17-18,19-20; Yoh. 3:31-36

Yohanes 3:31-36:
31 Siapa yang datang dari atas adalah di atas semuanya; siapa yang berasal dari bumi, termasuk pada bumi dan berkata-kata dalam bahasa bumi. Siapa yang datang dari sorga adalah di atas semuanya. 32 Ia memberi kesaksian tentang apa yang dilihat-Nya dan yang didengar-Nya, tetapi tak seorangpun yang menerima kesaksian-Nya itu. 33 Siapa yang menerima kesaksian-Nya itu, ia mengaku, bahwa Allah adalah benar. 34 Sebab siapa yang diutus Allah, Dialah yang menyampaikan firman Allah, karena Allah mengaruniakan Roh-Nya dengan tidak terbatas. 35 Bapa mengasihi Anak dan telah menyerahkan segala sesuatu kepada-Nya. 36 Barangsiapa percaya kepada Anak, ia beroleh hidup yang kekal, tetapi barangsiapa tidak taat kepada Anak, ia tidak akan melihat hidup, melainkan murka Allah tetap ada di atasnya."

Renungan:
Ketika membaca "Siapa yang datang dari sorga adalah di atas semuanya" (Yoh 3:31) saya teringat kala ada seorang bapak bercerita pengalamannya ketika mati suri. Semua yang berkerumun di sekitar bapak itu mendengarkan dengan antusias. Di antara mereka aku pun membayangkan apa yang dikisahkan bapak itu. Segala yang dikisahkan terasa indah. Dia bisa melihat semua walau semua yang dia liat tidak mampu melihatnya. Yang di sorga memang di atas semuanya.
Ketika terkenang kisah itu kita akan gampang mengerti kenapa Yesus bisa tahu banyak hal. Ia tahu banyak hal karena Ia berasal dari Bapa dan Bapa telah menyerahkan segalanya kepadaNya. "Bapa mengasihi Anak dan telah menyerahkan segala sesuatu kepada-Nya" (Yoh 3:35). Pada Yesus segala sesuatu diserahkan. Dia adalah yang utama dari segala sesuatu.
Kita yang mengimani Dia layak bersyukur. Percaya padaNya dan mengikuti jalanNya merupakan jaminan keselamatan. Aneka keindahan akan terlihat dengan jelas walau yang dialami suatu derita yang terasa melelahkan. Kehidupan kekal pun akan diterima (bdk Yoh 3:36). 

Kontemplasi:

Bayangkan satu dua pengalaman beratnya menjadi murid Kristus namun semua terasa ringan dan indah karena cintaNya.

Refleksi:
Tulislah hal-hal indah mengimani Yesus Kristus.

Doa:
Ya Tuhan, Engkau tahu segalanya. Engkau mengenal kami dan berbahasa kasih dalam diri PuteraMu yang mampu kutangkap. Semoga aku pun kepercayaanku dan pengenalanku akan pengajaranMu pun makin mendalam. Amin.

Perutusan:
Aku percaya pada kesaksianNya.

Tuesday, April 29, 2014

KIDUL BANTENG, LOR BANTENG



Sesudah sekitar 2 bulan 3 orang pendamping menyiapkan Paskahan di Domus Pacis, Minggu 27 April 2014 sejak pagi jam 08.00 ada anak-anak berdatangan. Bahkan 3 orang pendamping itu sudah datang sejak sebelum jam 07.00 untuk ikut menyiapkan tikar, meja dan perlengkapan lainnya. Pendampingan Iman Anak (PIA) Paroki Banteng hari ini mengadakan Perayaan Paskah sambil berkunjung ke para rama Domus Pacis. Seratus tiga belas orang datang terdiri dari mayoritas anak setingkat TK dan SD ditambah para pendamping (PIA) dan juga beberapa orang tua atau keluarga pengantar. Pelaksanaan dilakukan di ruang pertemuan luar gedung induk Domus Pacis yang multi fungsi termasuk untuk garasi dan tempat parkir. Bila digunakan untuk pertemuan, semua mobil dipindahkan ke tempat lain di kompleks Domus Pacis. Walaupun ada 185 buah kursi tersedia, para pendamping PIA minta lesehan (duduk bawah) dengan tikar di lantai. Sebenarnya mereka bersedia membawa tikar sendiri, tetapi kebetulan Domus Pacis memiliki banyak tikar panjang sehingga para pendamping tinggal menata saja. Acara dibuka dengan misa. Sedianya ada 3 orang Rama Domus Pacis yang akan memimpin, yaitu Rama yadi, Rama Harto, dan Rama Bambang. Tetapi karena mendadak tekanan darahnya meninggi, maka Rama Yadi mengirim SMS ke Rama Bambang mengatakan pamit dan akan tiduran. Rama Agoeng juga ada, tetapi beliau menempatkan diri untuk ikut mengambil gambar-gambar lewat kameranya.

Acara misa sungguh menjadi meriah dan membuat suasana menyenangkan dan menggairahkan. Teks nyanyian difotocopi dan semua bisa memegangnya. Kor anak-anak sungguh disiapkan dan seorang pemuda mengiringi dengan keyboard dengan bagusnya. Pembaca Kitab Suci dan doa umat juga amat siap. Bacaan Injil menjadi pegangan homili yang dikemas oleh Rama Bambang menjadi pendampingan kateketis. Di dalam "homili kateketis" 1 jam lebih ini juga diisi dengan sharing rama. Di dalam rencananya, pendamping PIA menuliskan sharing rama menjadi salah satu acara di luar misa. Tetapi Rama Bambang meminta untuk dimasukkan dalam homili. Pembacaan Injil yang dipoles secara dramatis dengan gesture dan nyanyian serta yel-yel membuat anak-anak kecil pun tak beranjak meninggalkan misa.

Sesudah misa anak-anak menikmati snak yang disediakan oleh pendamping dan minuman yang disediakan oleh Domus Pacis. Sambil menikmati konsumsi kecil tampil 2 macam atraksi anak, yaitu gerak-lagu dan lagu-lagu kor yang sungguh apik. Acara berikutnya adalah lomba mencari telor paskah. Sesudah pengantar penjelasan dari pendamping, semua anak diminta berfoto bersama Rama Bambang yang dari situ memberi komando pencarian telur paskah dimulai. Sesudah pencarian telur paskah selesai, acara makan siang yang disiapkan oleh Tim Relawati Domus yang dikoordinasi oleh Mbak Tatik dari Ambarrukmo. Barangkali suasana kebersamaan yang menyenangkan, persediaan makan dengan sayur dan lauknya hampir habis walau disediakan lebih dari pesanan. Bahkan sayur brongkos tahu yang ditaburi cabai utuh pun banyak disantap anak-anak dengan lahapnya. Pembagian hadiah dan bingkisan-bingkisan dijadikan acara penutup. Acara selesai pada hampir jam 01.00 siang.

Pada malam hari Mbak Tari berkata kepada Rama Bambang bahwa Rama Harto berkata "Mau aku isa gayeng, ya?" (Tadi saya dapat tampil meriah, ya?). Pada saat sharing rama dalam homili, Rama Bambang memang menampilkan Rama Harto. Rama Harto memulai dengan mengenalkan nama lengkap dan tanggal lahir serta tanggal tahbisannya. Ketika Rama Harto berkata "Saya berasal dari Bangirejo, Paroki Jetis", Rama Bambang berteriak yang ditujukan kepada anak-anak "Ngerti Jetis?" (Tahu Jetis?). Banyak anak berseru "Tidak tahuuuu." Rama Bambang pun berkata "Kuwi kidul Banteng" (Itu sebelah selatan Banteng). Rama Harto meneruskan "Saya sesudah lulus SMA masuk seminari 1 tahun di Realino dan 1 tahun di Mertoyudan." "Ngerti Realino neng Mrican?" (Tahu Realino di Mrican) yang disambut kebanyakan anak "Tidak tahuuu". Rama Bambang pun berkata "Kuwi kidul Banteng" (Itu sebelah selatan Banteng). "Ngerti Mertoyudan?" (Tahu Mertoyudan?) .... "Tidak Tahuuuu" ..... "Kuwi lor Banteng" (Itu sebelah utara Banteng). Setiap kali Rama Harto menunjuk tempat, Rama Bambang bertanya pada anak-anak yang selalu dijawab oleh kebanyakan dengan kata "Tidak tahu" dan Rama Bambang selalu menjelaskan "Kuwi kidul Banteng" (Itu sebelah selatan Banteng) atau "Kuwi lor Banteng" (Itu sebelah utara Banteng). Ini membuat para pendamping dan keluarga pengantar tertawa terbahak-bahak bahkan Rama Harto pun tertawa terkikik-kikik yang membuat matanya berair dan tremornya makin menjadi-jadi. Paling-paling Rama Bambang menambah dengan kata "Menggok" (Belok) seperti ketika Rama Harto menunjuk Nanggulan dan Semarang. Bahkan ketika Rama Harto mengatakan "Pematang Siantar di Sumatera", Rama Bambang berkata "Kuwi lor Banteng menggok" (Itu sebelah utara Banteng belok). Acara dengan Rama Harto memang menghadirkan kemeriahan khusus. Ketika pembagian hadiah, karena ada kuis, Rama Harto juga diminta untuk memberi pertanyaan. Ternyata yang diucapkan oleh Rama Harto selalu mengundang tertawa.

Lamunan Pekan Paskah II



Lamunan Pekan Paskah II
Rabu, 30 April 2014

Yohanes 3:16-21

3:16 Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.
3:17 Sebab Allah mengutus Anak-Nya ke dalam dunia bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya oleh Dia.
3:18 Barangsiapa percaya kepada-Nya, ia tidak akan dihukum; barangsiapa tidak percaya, ia telah berada di bawah hukuman, sebab ia tidak percaya dalam nama Anak Tunggal Allah.
3:19 Dan inilah hukuman itu: Terang telah datang ke dalam dunia, tetapi manusia lebih menyukai kegelapan dari pada terang, sebab perbuatan-perbuatan mereka jahat.
3:20 Sebab barangsiapa berbuat jahat, membenci terang dan tidak datang kepada terang itu, supaya perbuatan-perbuatannya yang jahat itu tidak nampak;
3:21 tetapi barangsiapa melakukan yang benar, ia datang kepada terang, supaya menjadi nyata, bahwa perbuatan-perbuatannya dilakukan dalam Allah."

Butir-butir Permenungan
  • Tampaknya, semua orang di dunia ini mencari bahkan selalu merindukan hidup yang penuh dengan aura damai sejahtera lahir dan batin. Di dalam kehidupan bersama hal ini dijalani dengan menjaga tingkah laku yang selaras dengan tata hidup bersama karena damai sejahtera terjadi kalau orang tidak melanggar tatanan.
  • Tampaknya, ada gambaran umum bahwa kebahagiaan terjadi terutama kalau orang bisa bertindak baik dan benar sehingga selalu berada dalam kesesuaian dengan tatanan masyarakat dan atau tata hidup keagamaan. Orang biasa menghindarkan diri dari sanksi atau hukuman sosial karena jerat hukum adalah hambatan utama adanya damai sejatera.
  • Tetapi BISIK LUHUR berkata bahwa hukuman sejati dalam diri orang terjadi kalau dia tidak memiliki keterbukaan hidup dan banyak melakukan berbagai perbuatan tertutup. Dalam yang ilahi karena kemesraannya dengan gema relung hati orang orang akan terbuka terhadap diri sendiri, entah baik entah buruk, dan ini membuatnya mampu selalu mengakui diri dalam segala kenyataanya sehingga dalam hidup sehari-hari dapat hadir berbagi damai sejahtera dalam hidup bersama.
Ah, bagaimanapun juga sekalipun keliru harus ada usaha tak tertangkap hukum.

Monday, April 28, 2014

HIDUP LEBIH BERMAKNA DAN KREATIF DI USIA SENJA

dari: pantisurya.wordpress.com/2011/07/11

”Pada usia saya saat ini, saya mengantisipasi agar tidak mengalami kematian psikologis dan kematian sosial. Kematian psikologis berupa kebencian dan kemarahan terhadap diri sendiri karena merasa tidak berguna lagi. Sedangkan kematian sosial adalah perasaan tidak dibutuhkan dan menjadi beban bagi lingkungan sosial di sekitar saya.”

Pernyataan itu diungkapkan psikolog Sartono Mukadis lewat tayangan video yang diputar saat peluncuran Yayasan Kencana, pekan lalu di Jakarta. Yayasan Kencana merupakan komunitas orang berusia 50 tahun ke atas (golden age) untuk menjalani kehidupan lebih bermakna, aktif, kreatif, mandiri, dan bahagia.
Keberadaan lansia memang sering dipersepsikan negatif oleh masyarakat luas. Kaum lansia sering dianggap tidak berdaya, sakit-sakitan, tidak produktif, dan sebagainya. Tak jarang mereka diperlakukan sebagai beban keluarga, masyarakat, hingga negara. Mereka sering tidak disukai serta sering dikucilkan di panti-panti jompo.

Adanya anggapan negatif terhadap para lansia itulah yang membuat beberapa sosiolog, psikolog, dokter ahli saraf, dan ahli gizi mendirikan Komunitas Kencana. Tujuannya tidak lain untuk menetralisasi anggapan negatif itu.

Salah satu pendiri Yayasan Kencana, Jackie Ambadar, memaparkan ketika memasuki usia di atas 30 tahun, tubuh cenderung mengalami perubahan. Perubahan yang terjadi bisa menimbulkan berbagai kelainan hingga berbagai penyakit. Hal ini harus diantisipasi sebelum terjadi.

”Yang sering terjadi pada warga usia kencana adalah soal kesehatan fisik. Ini sering disebabkan masalah psikis, misalnya depresi. Penyebabnya rasa kesepian karena ruang lingkup pergaulan yang menyempit, post-power syndrome, rutinitas kehidupan yang statis dan tidak variatif,” kata Jackie di sela-sela peresmian Komunitas Kencana pekan lalu di Jakarta.

Semua hal itu, lanjutnya, bisa membuat lansia depresi. Maka jangan heran kalau melihat para lansia tampak lesu, tidak bergairah, merasa tidak dihargai, serta merasa tidak bermakna sehingga cepat merasa tua.

Menurut pengusaha ini, seseorang akan terus-menerus merasa muda jika lingkup pergaulannya luas, memiliki banyak teman untuk bertukar pikiran, intelektualitasnya selalu terasah, aktif, dan menjalankan kehidupan dinamis. Kehidupan seperti itu akan menghasilkan perasaan awet muda, gembira, dan sikap positif. Jika seseorang merasa muda, kemungkinan kesehatannya selalu terjaga dengan baik.

Di tempat yang sama, salah satu penggagas Yayasan Kencana dr Adre Mayza menuturkan yayasannya mengembangkan enam dimensi hidup sehat bagi komunitas kencana. Pertama, dimensi fisik berupa kebutuhan akan gaya hidup sehat yang dapat dicapai dengan kegiatan olahraga, mengatur pola makan sehat, serta pemeriksaan kesehatan yang teratur. Kedua, dimensi sosial berupa kebutuhan untuk memiliki hubungan yang sehat dalam komunikasi positif, melalui beragam kegiatan, rekreasi bersama, serta kompetisi.
Ketiga, dimensi emosional, yaitu kebutuhan untuk dapat meningkatkan kemampuan mengelola, menyalurkan, dan mengendalikan emosi yang diasah melalui konsultasi kepada ahli atau teman dekat, terapi, meditasi, serta saling berbagi dalam kelompok.
Keempat, dimensi intelektual untuk mengasah serta meningkatkan kemampuan, pengetahuan, dan keahlian dengan membaca buku. Kelima, vokasional, yaitu kebutuhan aktualisasi diri yang dapat terwujud melalui kegiatan bersifat hobi untuk menyalurkan bakat serta keahlian khusus seperti melukis, berkebun, atau kerajinan tangan. Keenam, dimensi spiritual, yaitu kebutuhan untuk mengisi kebutuhan rohani dalam upaya mendalami makna hidup sesungguhnya.(CR-48/H-1)

sumber: Media Indonesia Online, Rabu, 1 Juni 2004

296 ORANG PENDAFTAR

Pada hari Sabtu 26 April 2014 jumlah pendaftar Novena Ekaristi Seminar tahap ketiga di Domus Pacis ada 204 orang. Dibandingkan tahap pertama pendaftaran hinggal tanggal 12 April 2014, jumlah itu membesar 510,00%. Ternyata sesudah kesempatan terakhir pendaftaran, Rama Bambang masih menerima tambahan 92 orang. Oleh karena itu jumlah pendaftar untuk tahap ketiga tanggal 4 Mei 2014 ada 296 orang. Dibanding jumlah tanggal 26 April ada kenaikan 45,10%. Kalau dibandingkan dengan pendaftaran gelombang pertama kenaikannya amat berlipat, yaitu 740,00%. Tabel di bawah menunjukkan asal dan jumlah peserta.


ASAL PESERTA
JUMLAH
RAYON KOTA KEVIKEPAN DIY
118 ORANG
01.  Paroki Pringwulung
80 orang
02.  Lingkungan Sendowo, Kotabaru
5 orang
03.  Paroki Administratif Pringgolayan
13 orang
04.  Paroki Pugeran
10 orang
05.  Paroki Bintaran, Lingkungan Nicolas
2 orang
06.  Paroki Baciro
8 orang
RAYON SLEMAN KEVIKEPAN DIY
 64 ORANG
07.  Paroki Minomartani
10 orang
08.  Paroki Babadan
6 orang
09.  Paroki Babarsari
12 orang
10.  Paroki Medari
32 orang
11.  Paroki Kalasan
3 orang
12.  Paroki Mlati
1 orang
RAYON BANTUL KEVIKAPAN DIY
24 ORANG
13.  Paroki Bantul
20 orang
14.  Lingkungan Kepuh, Paroki Ganjuran
4 orang
KEVIKEPAN SURAKARTA
85 ORANG
15.  Paroki Wedi
68 orang
16.  Wanita Katolik RI, Banjaransari, Sala
3 orang
17.  Paroki Gondang
14 orang
KEVIKEPAN KEDU
 5 ORANG
18.  Paroki Ignatius Magelang
5 orang
JUMLAH
296 orang