Pages

Subscribe:
/
  • Domus Pacis

    Domus Pacis atau Rumah Damai berada di Puren, Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta. Di rumah ini sedang dikembangkan pastoral ketuaan. "Tua tak mungkin terlambat datangnya, namun renta bisa ditunda hadirnya"

  • Indahnya di usia tua

    Tua namun tak renta, sakit tak sengsara, Mati masuk surga

  • Tua Yang Bijaksana

    Menjadi Tua itu kepastian, namun tua yang bijaksana itu suatu perjuangan.

Saturday, May 31, 2014

MANTAN UMAT RAMA HARJAYA



Pada hari Rabu 28 Mei 2014 pada jam 18.59 Rama Bambang, yang ada dalam perjalanan ke Klaten, mengirim SMS ke Rama Yadi "Rama, benjang sekitar jam 10-11 wonten kunjungan. Saking Lingkungan Sesilia, Paroki Gondang" (Rama, besok sekitar ajam 10.00-11.00 akan ada kunjungan dari Lingkungan Sesilia, Paroki Gondang). Rama Yadi pun menjawab "Trims infonya" yang langsung ditanggapi oleh Rama Bambang "Sami2 rama" (Sama-sama, rama). Dialog SMS ini terjadi sesudah Rama Bambang menerima telepon dari Pak Ratno salah satu tokoh umat Lingkungan Sesilia, Gondang. Informasi Pak Ratno bagi Rama Bambang mengingatkan kabar dari Bu Daliyo yang pada tanggal 4 Mei 2014, ketika menjadi peserta Novena Ekaristi Seminar di Domus Pacis, bahwa umat Lingkungannya akan mengunjungi rama-rama di Domus Pacis.

Rombongan Sesilia Gondang datang pada Kamis 29 Mei 2014 ketika jarum jam menunjuk jam 11.00 lebih. Mereka berjumlah 19 orang terdiri dari mayoritas bapak dan ibu usia di atas 50 tahun bahkan beberapa sudah masuk lansia. Rama Yadi, Rama Harto, Rama Tri Wahyono, Rama Agoeng dan Rama Bambang menyambut rombongan dan ikut duduk bersama. Sesudah Bu Kirjo, Ketua Lingkungan, menyampaikan maksud dan kunjungan, Rama Yadi dan Rama Harto bergantian memperkenalkan rama-rama Domus Pacis, kamar-kamarnya, dan kegiatan-kegiatannya. Beberapa orang yag ikut rombongan ternyata juga biasa menjadi peserta Novena Ekaristi Seminar. Rama Agoeng yang diberi kesempatan memberikan sambutan ternyata hanya berkata "Silahkan berbincang-bincang dengan para rama." Pertemuan ini menjadi bergairah menyanyikan lagu Selamat Ulang Tahun sesudah Rama Bambang berkata "Dinten ini Rama Yadi ulang tahun. Ping pinten, rama?" (Hari ini Rama Yadi berulang tahun. Berapa tahun, rama?) yang disahut oleh Rama Yadi "Tujuh puluh tujuh." Rombongan juga menyerahkan bingkisan oleh-oleh beras dan snak.

Rama Bambang kemudian mengajak para tamu untuk masuk ke kamar Rama Harjaya. Kebanyakan dari mereka sudah mengenal Rama Harjaya. Rama Harjaya pernah berkarya di Paroki Wedi tatkala Gondang masih menjadi Wilayah dan belum jadi Paroki. Di dalam kamar Rama Harjaya yang terbaring tiduran, Rama Bambang menjelaskan kondisi beliau masa kini. Rama Harjaya memang sudah kehilangan segala memorinya. Walaupun secara fisik sehat, segalanya harus dilayani oleh pramurukti. Para tamu kemudian mengadakan doa bersama untuk Rama Harjaya di kamarnya.

Sabda Hidup

Minggu, 01 Mei 2014
HARI MINGGU PASKAH VII
Hari Minggu Komunikasi Sedunia
warna liturgi Putih
Bacaan
Kis. 1:12-14; Mzm. 27:1,4,7-8a;  1Ptr. 4:13-16;  Yoh. 17:1-11a

Yohanes 17:1-11a:
1 Demikianlah kata Yesus. Lalu Ia menengadah ke langit dan berkata: "Bapa, telah tiba saatnya; permuliakanlah Anak-Mu, supaya Anak-Mu mempermuliakan Engkau. 2 Sama seperti Engkau telah memberikan kepada-Nya kuasa atas segala yang hidup, demikian pula Ia akan memberikan hidup yang kekal kepada semua yang telah Engkau berikan kepada-Nya. 3 Inilah hidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau, satu-satunya Allah yang benar, dan mengenal Yesus Kristus yang telah Engkau utus. 4 Aku telah mempermuliakan Engkau di bumi dengan jalan menyelesaikan pekerjaan yang Engkau berikan kepada-Ku untuk melakukannya. 5 Oleh sebab itu, ya Bapa, permuliakanlah Aku pada-Mu sendiri dengan kemuliaan yang Kumiliki di hadirat-Mu sebelum dunia ada. 6 Aku telah menyatakan nama-Mu kepada semua orang, yang Engkau berikan kepada-Ku dari dunia. Mereka itu milik-Mu dan Engkau telah memberikan mereka kepada-Ku dan mereka telah menuruti firman-Mu. 7 Sekarang mereka tahu, bahwa semua yang Engkau berikan kepada-Ku itu berasal dari pada-Mu. 8 Sebab segala firman yang Engkau sampaikan kepada-Ku telah Kusampaikan kepada mereka dan mereka telah menerimanya. Mereka tahu benar-benar, bahwa Aku datang dari pada-Mu, dan mereka percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku. 9 Aku berdoa untuk mereka. Bukan untuk dunia Aku berdoa, tetapi untuk mereka, yang telah Engkau berikan kepada-Ku, sebab mereka adalah milik-Mu 10 dan segala milik-Ku adalah milik-Mu dan milik-Mu adalah milik-Ku, dan Aku telah dipermuliakan di dalam mereka. 11 Dan Aku tidak ada lagi di dalam dunia, tetapi mereka masih ada di dalam dunia, dan Aku datang kepada-Mu. Ya Bapa yang kudus, peliharalah mereka dalam nama-Mu, yaitu nama-Mu yang telah Engkau berikan kepada-Ku, supaya mereka menjadi satu sama seperti Kita.

Renungan:
Hari ini kita merayakan hari Komunikasi Sosial Sedunia. Selamat kepada kita semua yang selalu membangun komunikasi dan secara khusus selamat kepada semua yang berkarya di bidang komunikasi. Semoga komunikasi yang kita bangun semakin mendekatkan yang jauh dan mengakrabkan yang dekat.
Bapa Suci Paus Fransiskus mengajak kita bersama agar memanfaatkan dan mengisi perkembangan komunikasi sekarang ini sebagai langkah untuk menghidupkan solidaritas. Teladan orang Samaria yang baik hati bisa menjadi jalan kita untuk mudah tergerak kepada mereka yang membutuhkan pertolongan. Rintihan yang sakit menyapa hati orang Samaria.
Allah sendiri mengutus PuteraNya ke dunia agar komunikasi dengan umat manusia terjalin dengan baik. KehadiranNya menyapa segala lapisan masyarakat dengan bahasa yang mampu ditangkap oleh manusia.
Mari kita terus berkomunikasi dan makin hari makin terampil berkomunikasi agar dunia sungguh makin mendekati gambaran kehadian Kerajaan Allah.
Salam komunikasi.
 
Kontemplasi:
Duduklah dengan tenang. Lihatlah kembali komunikasi yang selama ini anda bangun, perjumpaan-perjumpaam dengan sekitarmu dan daya komunikasi itu bagi kehidupanmu bersama dengan yang lain.

Refleksi:
Tulislah sumbanganmu dalam membangun komunikasi yang sehat.

Doa:
Tuhan terima kasih berkenan menyapa dan hadir dalam kehidupan kami. Semoga aku pun mempunyai hati yang ringan untuk hadir di lingkungan sekitar kami. Amin.

Perutusan:
Aku akan aktif membangun komunikasi dengan lingkungan sekitarku.

Friday, May 30, 2014

SURAT ENSIKLIK TERANG IMAN (9)

Berikut ini adalah terjemahan yang tidak resmi (unofficial translation) dari ensiklik Paus Fransiskus yang berjudul Lumen Fidei (Terang Iman). Jika anda ingin mengutip terjemahan ensiklik ini, mohon mencantumkan www.katolisitas.org sebagai sumbernya, sehingga kalau ada masukan dapat diberitahukan kepada kami.
AN  UNOFFICIAL INDONESIAN TRANSLATION OF THE ENCYCLICAL LUMEN FIDEI (The Light of Faith)
@COPYRIGHT 2014 – KATOLISITAS


Surat Ensiklik
TERANG IMAN

dari Sri Paus
FRANSISKUS
Kepada Para Uskup Imam dan Diakon
Kaum Religius dan Umat Awam
Tentang IMAN



Pengetahuan kebenaran dan kasih

26. Ini menjadi masalahnya, dapatkah iman Kristiani memberikan sebuah pelayanan untuk kepentingan bersama berkaitan dengan cara yang benar untuk memahami kebenaran? Untuk menjawab pertanyaan ini, kita perlu merenungkan jenis pengetahuan yang terlibat dalam iman. Berikut sebuah perkataan Santo Paulus yang dapat membantu kita: “Seseorang percaya dengan hatinya” (Rom 10:10). Dalam Alkitab, hati adalah inti dari pribadi manusia itu, di mana semua dimensinya yang berbeda bersinggungan: tubuh dan jiwa, interioritas dan keterbukaan terhadap dunia dan orang lain, kecerdasan, kemauan dan ungkapan kasih. Jika hati mampu memegang semua dimensi ini bersama-sama, itu adalah karena kita menjadi terbuka kepada kebenaran dan kasih, di mana kita membiarkan keduanya menyentuh kita dan dengan mendalam mengubah kita. Iman mengubah keseluruhan pribadi seseorang tepatnya dalam artian bahwa ia menjadi terbuka terhadap kasih. Melalui perpaduan iman dan kasih ini kita dapat melihat jenis pengetahuan yang dibawa oleh iman, kekuatannya untuk meyakinkan dan kemampuannya untuk menerangi langkah-langkah kita. Iman mengetahui, karena iman terikat kepada kasih, sebab kasih itu sendiri membawa pencerahan. Pengertian iman lahir ketika kita menerima cinta kasih Allah yang begitu besar yang mengubah kita dari dalam dan memungkinkan kita untuk melihat realitas dengan mata yang baru.

27. Penjelasan tentang hubungan antara iman dan kepastian yang diajukan oleh filsuf Ludwig Wittgenstein cukup dikenal dengan baik. Bagi Wittgenstein, percaya dapat dibandingkan dengan pengalaman jatuh cinta: itu adalah sesuatu yang subjektif yang tidak dapat diusulkan sebagai sebuah kebenaran yang valid bagi semua orang.[19] Memang, kebanyakan orang dewasa ini tidak akan menganggap cinta kasih berhubungan dengan kebenaran dalam cara apapun. Cinta kasih dipandang sebagai pengalaman yang diasosiasikan dengan dunia emosi sesaat, tidak lagi dengan kebenaran.

Tapi apakah ini adalah sebuah penjabaran yang memadai tentang kasih? Kasih tidak dapat direduksi menjadi sebuah emosi yang singkat. Benar, kasih terkait dengan pengaruh emosi kita, tetapi untuk membukanya kepada orang yang dikasihi dan dengan demikian menjadi pemicu jalur yang menjauh dari keterpusatan kepada diri sendiri dan mengarah kepada orang lain, dalam upaya untuk membangun sebuah hubungan yang abadi; kasih bertujuan kepada persatuan dengan sang kekasih. Di sini kita mulai melihat bagaimana kasih mensyaratkan kebenaran. Hanya dalam artian bahwa kasih didasarkan pada kebenaran, kasih dapat bertahan dari waktu ke waktu, dan dapat melampaui saat yang bergulir dan menjadi cukup kuat untuk menopang sebuah perjalanan bersama. Jika kasih tidak terikat pada kebenaran, ia menjadi korban emosi-emosi yang berubah-ubah dan tidak dapat bertahan dalam ujian waktu. Kasih sejati, di sisi lain, menyatukan semua elemen pribadi kita dan menjadi sebuah terang baru yang menunjukkan jalan kepada sebuah kehidupan yang besar dan lengkap. Tanpa kebenaran, kasih tidak mampu membentuk sebuah ikatan kuat; ia tidak dapat membebaskan ego kita yang terisolasi atau membebaskannya dari momen yang cepat berlalu, agar menciptakan kehidupan dan menghasilkan buah.

Jika kasih membutuhkan kebenaran, kebenaran juga membutuhkan kasih. Kasih dan kebenaran tidak dapat dipisahkan. Tanpa kasih, kebenaran menjadi dingin, impersonal (bukan bersifat pribadi) dan menindas kehidupan manusia sehari- hari. Kebenaran yang kita cari, kebenaran yang memberikan makna pada perjalanan kita sepanjang kehidupan, menerangi kita setiap kali kita disentuh oleh kasih. Seseorang yang mengasihi menyadari bahwa kasih adalah sebuah pengalaman akan kebenaran, bahwa kasih membuka mata kita untuk melihat realitas dengan cara yang baru, dalam persatuan dengan sang kekasih. Dalam pengertian ini, Santo Gregorius Agung dapat menulis bahwa “amor ipse notitia est“, kasih itu sendiri adalah sejenis pengetahuan yang dimiliki logikanya sendiri.[20] Ini merupakan sebuah cara relasional yang memandang dunia, yang kemudian menjadi sebuah bentuk pengetahuan bersama, visi melalui mata orang lain dan sebuah visi bersama dari semua yang ada. Santo William dari Thierry, pada abad pertengahan, mengikuti tradisi ini ketika dia memberikan komentar pada ayat Kidung Agung di mana sang kekasih berkata kepada kekasihnya, “Matamu bagaikan merpati” (Kid 1:15).[21] Dua mata itu, kata William, adalah akal budi dan kasih yang dipenuhi oleh iman, yang kemudian menjadi satu dalam pendekatan kepada kontemplasi Allah, ketika pemahaman kita menjadi “sebuah pemahaman tentang kasih yang dicerahkan [oleh pandangan pengetahuan dan spiritual]“.[22]

28. Penemuan kasih ini sebagai sumber ilmu pengetahuan, yang merupakan bagian dari pengalaman primordial [terdapat sejak awal mula dahulu]dari setiap pria dan wanita, menemukan ekspresi otoritatif dalam pemahaman tentang iman secara alkitabiah. Dalam menikmati kasih yang dengannya Allah telah memilih mereka dan membuat mereka menjadi sebuah bangsa, Israel sampai pada pemahaman tentang keseluruhan kesatuan rencana ilahi itu. Pengetahuan iman, karena lahir dari kasih perjanjian Allah, adalah pengetahuan yang menerangi sebuah jalan dalam sejarah. Itulah sebabnya, dalam Alkitab, kebenaran dan kesetiaan berjalan bersama-sama: Allah yang benar adalah Allah kesetiaan yang menepati janji-janji-Nya dan membuatnya mungkin, tepat pada waktunya, sebuah pemahaman yang lebih dalam akan rencana-Nya. Melalui pengalaman para nabi, dalam kepedihan hati dari pengasingan dan dengan pengharapan akan kembalinya ke kota suci secara pasti, Israel sampai pada penglihatan bahwa “kebenaran” ilahi ini telah melampaui batas-batas sejarah bangsa itu sendiri, untuk merangkul keseluruhan sejarah dunia, yang dimulai dengan penciptaan. Pengetahuan- iman tidak hanya memperjelas nasib dari satu bangsa tertentu, tetapi seluruh sejarah dari dunia yang diciptakan, dari asal-usulnya sampai kepada penyempurnaannya.

Sabda Hidup

Sabtu, 31 Mei 2014
Pesta SP Maria Mengunjungi Elisabet
warna liturgi Putih
Bacaan
Zef. 3:14-18a atau Rm. 12:9-16b; MT Yes. 12:2-3,4-bcd,5-6; Luk. 1:39-56

Lukas 1:39-56:
39 Beberapa waktu kemudian berangkatlah Maria dan langsung berjalan ke pegunungan menuju sebuah kota di Yehuda. 40 Di situ ia masuk ke rumah Zakharia dan memberi salam kepada Elisabet. 41 Dan ketika Elisabet mendengar salam Maria, melonjaklah anak yang di dalam rahimnya dan Elisabetpun penuh dengan Roh Kudus, 42 lalu berseru dengan suara nyaring: "Diberkatilah engkau di antara semua perempuan dan diberkatilah buah rahimmu. 43 Siapakah aku ini sampai ibu Tuhanku datang mengunjungi aku? 44 Sebab sesungguhnya, ketika salammu sampai kepada telingaku, anak yang di dalam rahimku melonjak kegirangan. 45 Dan berbahagialah ia, yang telah percaya, sebab apa yang dikatakan kepadanya dari Tuhan, akan terlaksana." 46 Lalu kata Maria: "Jiwaku memuliakan Tuhan, 47 dan hatiku bergembira karena Allah, Juruselamatku, 48 sebab Ia telah memperhatikan kerendahan hamba-Nya. Sesungguhnya, mulai dari sekarang segala keturunan akan menyebut aku berbahagia, 49 karena Yang Mahakuasa telah melakukan perbuatan-perbuatan besar kepadaku dan nama-Nya adalah kudus. 50 Dan rahmat-Nya turun-temurun atas orang yang takut akan Dia. 51 Ia memperlihatkan kuasa-Nya dengan perbuatan tangan-Nya dan mencerai-beraikan orang-orang yang congkak hatinya; 52 Ia menurunkan orang-orang yang berkuasa dari takhtanya dan meninggikan orang-orang yang rendah; 53 Ia melimpahkan segala yang baik kepada orang yang lapar, dan menyuruh orang yang kaya pergi dengan tangan hampa; 54 Ia menolong Israel, hamba-Nya, karena Ia mengingat rahmat-Nya, 55 seperti yang dijanjikan-Nya kepada nenek moyang kita, kepada Abraham dan keturunannya untuk selama-lamanya." 56 Dan Maria tinggal kira-kira tiga bulan lamanya bersama dengan Elisabet, lalu pulang kembali ke rumahnya.

Renungan:
Di Paroki Klaten ada kegiatan yang disebut KKDP (Kunjungan Kekeluargaan Dewan Paroki). Dewan (tentu dg Ramanya) mengunjungi umat. Selain kunjungan itu, dulu, ada komunitas yang disebut Luwak. Luwak singkatan dari Leladi Umat Wewaton Asihing Katresnan (melayani umat atas dasar cinta kasih). Kelompok Luwak menjadi kelompok yang mengabdikan diri bagi pelayanan iman umat. Karena beranggotakan orang-orang yang sudah bekerja maka gerakan mereka sering berlangsung pada malam hari, seperti Luwak yang keluar di malam hari. Tidak sedikit jiwa-jiwa dikembalikan atau disatukan dengan Kristus karena kunjungan dua macam gerakan ini.
Kunjungan sesuatu yang sederhana namun menggerakkan dan membawa perubahan. Rm Bambang Soetrisno Pr rajin mengunjugi umat di sekitar Domus Pacis (DP). Kehadirannya di antara umat menggerakkan banyak relawan membantu aneka kehidupan di DP. Hal ini ternyata hidup di masa ibu Maria. Kunjungan ibu Maria kepada ibu Elisabeth sungguh dirasakan sebagai tindakan istimewa, "Siapakah aku ini sampai ibu Tuhanku datang mengunjungi aku?" (Luk 1:43). Maka marilah kita melakukan hal yang sederhana karena hal sederhana ini (=kunjungan) sungguh menggerakkan hati banyak orang pada kebaikan.
 
Kontemplasi:
Pejamkan matamu sejenak. Bayangkan ibu Maria datang mengunjungimu, menyapamu dan memberi salam kepadamu.

Refleksi:
Tulislah pengalamanmu ketika saling mengunjungi sesamamu.

Doa:
Ibu Maria dan ibu Elisabeth, perjumpaanmu sungguh saling menggerakkan peneguhan. Semoga aku pun mempunyai semangat kesederhanaan ibu Maria untuk mengunjungi sesamaku dan menggerakkan hidup mereka. Amin.

Perutusan:Aku akan menyapa mereka yang lama tak kusapa.

Thursday, May 29, 2014

DUA ROMBONGAN


Pada Selasa 27 Mei 2014 Domus Pacis mendapatkan dua rombongan tamu: Umat Lingkungan Bangirejo, Paroki Jetis dan Umat Lingkungan Barnabas, Paroki Administratif Pringgolayan. "Wingi dumpyuk. Sing siji nembe omong-omong teng ruang pertemuan, sijine teka" (Kemarin bertumpuk. Yang satu sedang menjalani dialog, yang satunya datang) kata Rama Yadi ketika makan pagi Rabu 28 Mei 2014. Rama Bambang, yang pada waktu itu pergi, bertanya "Pundi sing dateng riyin?" (Mana yang datang lebih dahulu?) yang dijawab oleh Rama Yadi "Saking Pringgolayan" (Dari Pringgolayan). Dalam hati Rama Bambang tertawa karena dalam pembicaraan beberapa hari sebelumnya menurut perjanjian jam yang dari Jetis akan datang lebih awal.

Dari foto-foto yang ada Rama Bambang melihat ada gambar semacam kerja bakti. "Sing kerja bakti ki seka ngendi, ya?" (Yang kerja bakti ini rombongan yang mana, ya?) katanya dalam hati pada Selasa. Ketika hal ini ditanyakan pada makan pagi Rabu, Rama Yadi berkata "Saking Pringgolayan. Dhek rombongan Jetis teka, bar salam-salaman, terus kula serahke Rama Harto. Sing Pringgolayan dha metu nonton-nonton kebon lan dha reresik. Ning sing Jetis sing teka keri le bali ndhisiki" (Dari Pringgolayan. Ketika rombongan Jetis datang, sesudah menyalami, saya minta Rama Harto yang menanggapi. Rombongan Pringgolayan keluar melihat-lihat kebun dan membersihkan yang kotor. Tetapi rombongan Jetis, yang datang lebih kemudian, pulang lebih dahulu). "Kula njelaske kahanan Domus termasuk kegiatan-kegiatane umpamane novena" (Saya menjelaskan keadaan Domus termasuk kegiatan-kegiatannya seperti Novena Ekaristi Seminar) Rama Harto berkata. Ternyata dalam kunjungan itu rombongan dari Pringgolayan membawa konsumsi sendiri dan makan siang bersama dengan rama-rama.

Lamunan Pekan Paskah VI

Jumat, 30 Mei 2014

Yohanes 16:20-23a

16:20 Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya kamu akan menangis dan meratap, tetapi dunia akan bergembira; kamu akan berdukacita, tetapi dukacitamu akan berubah menjadi sukacita.
16:21 Seorang perempuan berdukacita pada saat ia melahirkan, tetapi sesudah ia melahirkan anaknya, ia tidak ingat lagi akan penderitaannya, karena kegembiraan bahwa seorang manusia telah dilahirkan ke dunia.
16:22 Demikian juga kamu sekarang diliputi dukacita, tetapi Aku akan melihat kamu lagi dan hatimu akan bergembira dan tidak ada seorang pun yang dapat merampas kegembiraanmu itu dari padamu.
16:23 Dan pada hari itu kamu tidak akan menanyakan apa-apa kepada-Ku.

Butir-butir Permenungan
  • Tampaknya, yang disebut pejuang dan atau pahlawan biasa dikaitkan dengan suasana susah payah. Seorang pejuang dan atau pahlawan biasa dikaitkan dengan perlawanan terhadap kelompok jahat dan keras.
  • Tampaknya, sebaik dan sebenar apapun yang dibuat, pejuang dan teman-temannya akan mendapatkan perlawanan dan ancaman. Orang-orang dan kelompok orang yang penuh nafsu kuasa dan bermental materialistik akan menjadi penentang dan penghalang.
  • Tetapi BISIK LUHUR berkata bahwa segala susah dan duka memang menjadi bagian hidup dari kaum pejuang kebaikan dan kebenaran. Dalam yang ilahi karena kemesraannya dengan gema relung hati orang akan tetap memperjuangkan yang baik dan benar karena yakin bahwa dukacitanya hanyalah bungkus sukacita sejati yang tak dapat musnah.
Ah, susah ya susah. Maka harus disingkiri.

Wednesday, May 28, 2014

SURAT GEMBALA KONFERENSI WALIGEREJA INDONESIA MENYAMBUT PEMILIHAN PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN, 9 JULI 2014

 
PILIHLAH SECARA BERTANGGUNGJAWAB,
BERLANDASKAN SUARA HATI
 
 
Segenap Umat Katolik Indonesia yang terkasih,
 
Kita bersyukur karena salah satu tahap penting dalam Pemilihan Umum 2014 yaitu pemilihan anggota legislatif telah selesai dengan aman. Kita akan memasuki tahap berikutnya yang sangat penting dan menentukan perjalanan bangsa kita ke depan. Pada tanggal 9 Juli 2014 kita akan kembali memilih Presiden dan Wakil Presiden yang akan memimpin bangsa kita selama lima tahun ke depan. Marilah Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden ini kita jadikan kesempatan untuk memperkokoh bangunan demokrasi serta sarana bagi kita untuk ambil bagian dalam membangun dan mengembangkan negeri tercinta kita agar menjadi damai dan sejahtera sesuai dengan cita-cita kemerdekaan bangsa kita.
 
Ke depan bangsa kita akan menghadapi tantangan-tantangan berat yang harus diatasi di bawah kepemimpinan Presiden dan Wakil Presiden yang baru, misalnya masalah kemiskinan dan kesenjangan sosial, pendidikan, pengangguran, tenaga kerja Indonesia di luar negeri. Masalah dan tantangan lain yang tidak kalah penting adalah korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan, kerusakan lingkungan hidup dan upaya untuk mengembangkan sikap toleran,  inklusif dan plural demi terciptanya suasana rukun dan damai dalam masyarakat. Tantangan-tantangan yang berat ini harus diatasi dengan sekuat tenaga dan tanpa henti. Kita semua berharap semoga di bawah kepemimpinan Presiden dan Wakil Presiden yang akan terpilih, bangsa Indonesia mampu menghadapi, mengatasi dan menyelesaikan masalah-masalah itu.
 
Kami mendorong agar pada saat pemilihan mendatang umat memilih sosok yang mempunyai integritas moral. Kita perlu mengetahui rekam jejak para calon Presiden dan Wakil Presiden, khususnya mengamati apakah mereka sungguh-sungguh mempunyai watak pemimpin yang melayani dan yang memperjuangkan nilai-nilai sesuai dengan Ajaran Sosial Gereja: menghormati kehidupan dan martabat manusia, memperjuangkan kebaikan bersama, mendorong dan menghayati semangat solidaritas dan subsidiaritas serta memberi perhatian lebih kepada warga negara yang kurang beruntung. Kita sungguh mengharapkan pemimpin yang gigih memelihara, mempertahankan dan mengamalkan Pancasila. Oleh karena itu kenalilah sungguh-sungguh para calon sebelum menjatuhkan pilihan.
 
Agar pemilihan Presiden dan Wakil Presiden bisa berjalan dengan langsung, umum, bebas dan rahasia serta berkualitas, kita harus mau terlibat. Oleh karena itu kalau saudara dan saudari memiliki kesempatan dan kemampuan, sungguh mulia jika Anda bersedia ikut menjaga agar tidak terjadi kecurangan pada tahap-tahap pemilihan. Hal ini perlu kita lakukan melulu sebagai wujud tanggungjawab kita, bukan karena tidak percaya kepada kinerja penyelenggara Pemilu.
 
Kami juga menghimbau agar umat katolik yang terlibat dalam kampanye mengusahakan agar kampanye berjalan dengan santun dan beretika, tidak menggunakan kampanye hitam dan tidak menggunakan isu-isu  SARA (suku, agama, ras, dan antargolongan). Khususnya kami berharap agar media massa menjalankan jurnalisme damai dan berimbang. Pemberitaan media massa hendaknya mendukung terciptanya damai, kerukunan serta persaudaraan, mencerdaskan dan tidak melakukan penyesatan terhadap publik, sebaliknya menjadi corong kebaikan dan kebenaran.
 
Marilah kita berupaya sungguh-sungguh untuk mempertimbangkan dan menentukan pilihan dengan hati dan pikiran yang jernih. Konferensi Waligereja Indonesia menyerukan agar saudara-saudari menggunakan hak untuk memilih dan jangan tidak ikut memilih. Hendaknya pilihan Anda tidak dipengaruhi oleh uang atau imbalan-imbalan lainnya. Sikap demikian merupakan perwujudan ajaran Gereja yang menyatakan, “Hendaknya semua warga negara menyadari hak maupun kewajibannya untuk secara bebas menggunakan hak suara mereka guna meningkatkan kesejahteraan umum” (Gaudium et Spes 75).
 
Pada akhirnya, marilah kita dukung dan kita berikan loyalitas kita kepada siapa pun yang akan terpilih sebagai Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia periode 2014 – 2019. Segala perbedaan pendapat dan pilihan politik, hendaknya berhenti saat Presiden dan Wakil Presiden terpilih dilantik pada bulan Oktober 2014. Kita menempatkan diri sebagai warga negara yang baik, menjadi seratus prosen Katolik dan seratus prosen Indonesia, karena kita adalah bagian sepenuhnya dari bangsa kita, yang ingin menyatu dalam kegembiraan dan harapan, dalam keprihatinan dan kecemasan bangsa kita (bdk. Gaudium et Spes 1).
 
Marilah kita mengiringi proses pelaksanaan pemilihan Presiden dan Wakil Presiden dengan memohon berkat dari Tuhan, agar semua berlangsung dengan damai 
sertaberkualitas dan dengan demikian terpilihlah pemimpin yang tepat bagi bangsa Indonesia. Semoga Bunda Maria, Ibu segala bangsa, senantiasa melindungi bangsa dan negara kita dengan doa-doanya.
 
Jakarta, 
26 Mei 2014
 
P R E S I D I U M
KONFERENSI WALIGEREJA INDONESIA,
 
Mgr. Ignatius Suharyo
K e t u a
  Mgr. Johanes Pujasumarta
Sekretaris Jenderal
    
Sumber: www.mirifica.net

Sabda Hidup


Kamis, 29 Mei 2014
HARI RAYA KENAIKAN TUHAN
warna liturgi Putih
Bacaan
Kis. 1:1-11; Mzm. 47:2-3,6-7,8-9; Ef. 1:17-23;  Mat. 28:16-20

Matius 28:16-20:
16 Dan kesebelas murid itu berangkat ke Galilea, ke bukit yang telah ditunjukkan Yesus kepada mereka. 17 Ketika melihat Dia mereka menyembah-Nya, tetapi beberapa orang ragu-ragu. 18 Yesus mendekati mereka dan berkata: "Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi. 19 Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, 20 dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman."


Renungan:
Hari ini kita merayakan Hari Raya Kenaikan Tuhan Yesus. Ia pergi naik surga meninggalkan para muridNya. Sebelum pergi Yesus mengutus para murid untuk membaptis semua bangsa dan mengajari mereka sebagai murid Kristus. Ia pun selalu menyertai mereka. Yesus memberikan pesan itu karena, "Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi". (Mat 28:18). Para murid pun merasakan penyertaan Yesus dan mereka menjadi saksi-saksi yang gagah berani. Yesus menepati janjiNya.
Dua penampilan di Pekan Parade Teater yaitu "Kembange Ngimpi" dari Paroki Sumber dan "Lali" dari ketoprak Paroki Jombor mengisahkan kisah yang berbeda dengan kisah Yesus. Di sana dikisahkan sang ayah mengingkari janjinya untuk setia pada keluarga ketika sudah mendapatkan kedudukan dan kekayaan. Mereka melupakan apa yang telah dimiliki bahkan menyia-nyiakan segala cinta, perhatian dan harapan yang dimiliki keluarganya. Namun demikian keluarganya tetap setia dan berkenan mengampuninya kala sang ayah bertobat. Kesetiaan keluarga ini mampu mengubah duka menjadi sukacita.
Kita mempunyai Allah yang setia yang tidak akan pernah melepaskan kita menjadi anak yatim. Kita mempunyai kemungkinan mendapat kasih yang besar. Tidak ada tuntutan besar untuk menerima anugerah tersebut kecuali terbuka menerima dan menjalankan ajaranNya. Ketika kita melakukan itu kita pun menerima rahmat yang luar biasa dari kemurahan hati Allah itu sendiri. Duka kita akan diubah menjadi sukacita hidup karena kita anak-anakNya.
 
Kontemplasi:
Pejamkan matamu. Ingatlah detik-detik rahmat yang kauterima karena kasih dan kemurahan Allah.

Refleksi:
Tulislah apa makna sakramen baptis yang telah kauterima.

Doa:

Ya Yesus terima kasih atas kesetiaanMu menyertai perjalanan hidup kami. Semoga semakin banyak orang bersatu dalam rengkuhan kasih karena mengimaniMu. Amin.

Perutusan:
Aku akan memaknai kembali baptis yang kuterima dan berbagi pada mereka yang berminat menjadi muridNya.

Tuesday, May 27, 2014

MEMASUKI MASA LANSIA DENGAN BAHAGIA

“Masa hidup kami hanya tujuh puluh tahun, dan jika kami kuat, delapan puluh tahun, dan kebanggaannya adalah kesukaran dan penderitaan; sebab berlalunya buru-buru, dan kami melayang lenyap.” (Mzm 90: 10).

Mazmur di atas merupakan kutipan yang diambil oleh almarhum Paus Yohanes Paulus II saat beliau menulis surat untuk lansia. Tujuh puluh tahun merupakan usia lanjut ketika kata-kata itu dituliskan dalam mazmur  dan tidak banyak orang yang usianya melebihi tujuh puluh tahun. Dewasa ini, ilmu kedokteran sudah maju dan keadaan sosial ekonomi sudah membaik, maka usia harapan hidup pun semakin meningkat di banyak bagian dunia. Namun, benar juga bahwa tahun-tahun berlalu dengan cepat dan anugerah hidup, meskipun mengandung segala macam jerih payah dan derita, sangat indah dan berharga sehingga tidak selayaknya kita merasa jemu.

Makna dan Nilai Usia tua

Dewasa ini orang hidup lebih lama dan lebih sehat daripada masa lalu. Berkat pendidikan mereka yang lebih tinggi mereka dapat mengembangkan segala bakat-bakat dan minat-minat. Usia tua tidak lagi berarti ketergantungan pada orang lain atau berkurangnya mutu hidup. Seringkali muncul anggapan bahwa usia tua dipandang sebagai masa kemunduran, masa kelemahan manusia dan sosial. Ada sebagian orang-orang yang lanjut usia memandang usia tua sebagai pengalaman yang traumatis serta bereaksi terhadap usia tua mereka dengan sikap-sikap kepasrahan yang pasif, pemberontakan, penolakan dan keputusasaan. Pandangan seperti itu tentu tidak sepenuhnya benar. Ada orang-orang berusia lanjut yang mampu melihat arti penting usia tua dalam konteks eksistensi manusia dan yang menghadapi usia tua tidak hanya dengan ceria dan bermartabat, tetapi juga sebagai masa hidup yang memberi mereka kesempatan-kesempatan untuk tumbuh berkembang dan bertekad berbakti.

Mutu usia tua seseorang bergantung terutama pada kemampuannya untuk memahami maknanya dan menghargai nilainya, baik pada tingkat manusiawi semata-mata maupun pada tingkat iman. Oleh sebab itu, kita harus meletakkan usia tua dalam konteks penyelenggaraan Allah sendiri yang adalah kasih. Setiap orang harus menyambutnya sebagai tahap dalam perjalanan yang digunakan oleh Kristus untuk menuntun kita ke rumah Bapa (lih. Yoh 14:2). Hanya dengan diterangi iman dan diperkuat oleh pengharapan yang tidak akan sia-sia (lih Rm 5:5), kita akan mampu menyambut usia tua dengan cara-cara yang benar kristiani, baik sebagai anugerah maupun tugas.

Kehadiran para lansia harus diakui sebagai anugerah. Bagaimana pun kekehadiran para lansia tetap memberikan sumbangan bagi generasi zaman ini untuk menemukan kembali makna utama hidup. Berkat pengalamannya para lansia mampu menjadikan masyarakat dan kebudayaan lebih manusiawi dan sangat berharga. Berikut merupakan karisma-karisma khas usia tua, yaitu: 1) Sikap tanpa pamrih. Kebudayaan zaman ini mengukur nilai tindakan-tindakan seseorang menurut kriteria-kriteria efisiensi dan kesuksesan dengan mengabaikan sikap tanpa pamrih: memberi sesuatu tanpa mengharapkan balasan. Para lansia dapat mengingatkan masyarakat yang terlalu sibuk akan perlunya meretas rintangan-rintangan dari sikap acuh tak acuh yang memerosotkan. 2) Ingatan. Generasi muda sedang kehilangan kesadaran bersejarah dan akibatnya kesadaran akan jati diri mereka sendiri. Masyarakat yang mengabaikan masa lalu lebih mudah beresiko mengulangi kesalahan-kesalahannya. Hal ini antara lain disebabkan oleh sistem kehidupan yang telah menyingkirkan dan mengasingkan kaum lansia. 3) Pengalaman. Dewasa ini orang hidup dalam dunia yang rupanya telah menggantikan nilai pengalaman kaum lansia sepanjang hidup mereka dengan ilmu dan teknologi. Kedua hal tersebut tidak boleh menghalangi para lansia, sebab bagaimanapun juga mereka masih memiliki banyak hal untuk dikatakan kepada generasi muda dan dibagikan kepada mereka. 4) Kebergantungan satu sama lain. Orang-orang lanjut usia, dalam usaha mereka mencari kawan, menantang masyarakat yang kerap kali meninggalkan mereka yang lebih lemah. Kaum lansia mengingatkan kita akan kodrat sosial manusia dan perlunya memperbaiki tata susun hubungan antar pribadi dan sosial. 5) Visi hidup yang lebih lengkap. Usia lansia merupakan usia kesederhanaan dan kontemplasi. Nilai-nilai afektif, moral dan religius yang hidup dalam diri kaum lansia merupakan sumber daya yang sangat diperlukan untuk memupuk keselarasan masyarakat, keharmonisan keluarga dan keserasian individu. Nilai-nilai ini mencakup kesadaran yang bertanggungjawab, iman akan Allah, persahabatan, sikap tidak memihak pada kekuasaan, pertimbangan, kebijaksanaan, kesabaran dan keyakinan batin yang dalam akan perlunya menghormati alam ciptaan dan memupuk kedamaian.  

Masalah utama yang dihadapi lansia: Marginalisasi

Satu masalah yang barangkali melebihi masalah-masalah lain yang melukai martabat para lansia adalah marginalisasi. Banyak faktor yang membuat banyak lansia tersisih dalam masyarakat dan kehidupan sipil: ketersingkiran dari tanggung jawab pada tingkat kelembagaan dan kelemahan-kelemahan sosial yang diakibatkannya; kemiskinan atau berkurangnya secara drastis pendapatan serta sumber-sumber daya finansial yang diperlukan untuk menjamin standar hidup yang layak; dan semakin tersingkirnya kaum lansia dari keluarga dan lingkungan sosial mereka sendiri.

Selain faktor-faktor di atas, faktor yang paling menyedihkan dari marginalisasi ini adalah berkurangnya hubungan-hubungan manusiawi. Para lansia menderita tidak hanya karena tidak dapat berkontak dengan orang lain, tetapi juga karena merasa ditinggalkan, kesepian dan terpencil. Para lansia mengalami suatu rasa tidak berdaya karena tidak dapat mengubah situasi mereka sendiri sebagai akibat ketidakmampuan mereka untuk ambil bagian dalam pengambilan keputusan yang menyangkut mereka baik sebagai pribadi maupun sebagai warga negara. Akibatnya, mereka kehilangan rasa kebersamaan dengan masyarakat tempat mereka berada sebagai anggota.

Peran serta lansia dalam kerasulan Gereja

Tidak dapat dipungkiri bahwa lansia masih dapat ikut berperan serta dalam kerasulan Gereja. Oleh sebab itu persekutuan gerejawi dipanggil untuk menanggapi partisipasi para lansia dalam Gereja dengan mempertimbangkan “karunia” mereka sebagai saksi tradisi iman (Mzm 44:2; Kel 12:26-27), sebagai guru kebijaksanaan hidup (Sir 6:34; 8:11-12), dan sebagai pekerja amal kasih. Berikut berbagai bidang yang terbuka untuk kesaksian lansia dalam Gereja:
  1. Kegiatan amal kasih
Banyak di antara para lansia yang masih mempunyai kekuatan fisik, mental dan sipiritual yang cukup untuk membaktikan waktu dan bakat mereka sendiri dengan penuh kemurahan hati kepada berbagai kegiatan dan program pelayanan sukarela.
  1. Kerasulan
Para lansia dapat memberikan sumbangan yang besar kepada pewartaan Injil sebagai katekese dan hidup rohani.
  1. Liturgi
Banyak para lansia sudah secara efektif memberikan sumbangan kepada pelayanan di tempat-tempat ibadat. Mereka dapat dilibatkan dalam pelayanan liturgi, serta bentuk-bentuk devosi yang lain.
  1. Perkumpulan dan gerakan gerejawi
Sesudah Konsili Vatikan II, kaum lansia mulai menunjukkan minat yang lebih kuat pada persekutuan iman mereka. Perkumpulan dan gerakan gerejawi yang semakin tumbuh sungguh memperkaya Gereja. Hal ini dikarenakan adanya suatu bentuk partisipasi lintas generasi.
  1. Keluarga
Keluarga dan masyarakat dapat memetik banyak manfaat dari penilaian kembali peran kaum lansia dalam pendidikan. Hal ini dikarenakan kaum lansia merupakan “ingatan sejarah” bagi generasi muda. Kaum lansia adalah pengemban nilai-nilai asasi manusia.
  1. Kontemplasi dan doa
Kaum lansia sebaiknya didorong untuk mempersembahkan tahun-tahun hidupnya yang tersisa, yang jumlahnya hanya diketahui Allah, kepada suatu perutusan baru yang diterangi Roh Kudus. Mereka memasuki suatu rahmat yang istimewa yang membukakan kepada mereka kesempatan baru untuk berdoa dan bersatu dengan Allah.
  1. Cobaan, sakit dan penderitaan
Cobaan, sakit dan penderitaan merupakan “pemenuhan” dalam tubuh dan hati dari sengsara Kristus demi Gereja dan demi dunia (Kol 1:24). Kaum lansia hendaknya dibantu untuk menyambut salib-salib ini dengan semangat atau kerendahan hati dan ketaatan kepada kehendak Allah dengan mengikuti jejak Kristus.
  1. Komitmen kepada “budaya kehidupan”
Manusia tidak dapat memilih berdasarkan kehendak sendiri untuk hidup atau mati, dan tidak dapat memutuskan hidup atau mati orang lain. Hidup dan mati seseorang hanya Tuhan yang berkehendak. Oleh sebab itu kecenderungan orang untuk menghargai hidup hanya sejauh hidup itu mendatangkan kesenangan dan kesejahteraan jasmani, dan memandang penderitaan sebagai beban yang tertanggungkan harus dilenyapkan. Dalam situasi apa pun Gereja senantiasa membela budaya kehidupan.

Reksa pastoral bagi kaum lansia

Memperhatikan situasi dan kondisi lansia yang beraneka ragam, pelayanan pastoral Gereja kepada kaum lansia harus mencapai tujuan-tujuan berikut:
  1. Membangkitkan kesadaran
Gereja harus dapat meningkatkan kesadaran akan kebutuhan-kebutuhan kaum lansia, terutama kebutuhan untuk dapat memberikan sumbangan kepada masyarakat dengan melakukan kegiatan-kegiatan yang sesuai dengan kondisi mereka.
  1. Menangkal sikap-sikap pengunduran diri
Kaum lansia harus dibantu untuk mengatasi sikap acuh tak acuh serta tak percaya diri yang merintangi mereka untuk berpartisipasi aktif dan bersolidaritas.
  1. Meningkatkan integrasi
Kaum lansia harus diintegrasikan, tanpa diskriminasi apa pun, ke dalam jemaat kristiani. Tidak seorang pun boleh dijauhkan dari rahmat Allah, pewartaan sabda, penghiburan doa, atau kesaksian amal kasih.
  1. Mengambil bagian dalam hidup sakramental Gereja
Kaum lansia harus dibantu untuk mengambil bagian dalam perayaan Ekaristi, sakramen tobat serta latihan-latihan rohani. Juga harus diambil langkah-langkah yang memastikan bahwa keterlibatan mereka dalam peristiwa-peristiwa seperti itu tidak terhalang oleh hambatan-hambatan fisik atau kurangnya tenaga yang mampu untuk menemani dan mendampingi mereka.
  1. Memberikan reksa rohani
Pemeliharaan dan pertolongan kepada kaum lansia yang lemah atau cacat atau yang tidak lagi menguasai sepenuhnya daya-daya fisik atau mental mereka, juga harus mencakup reksa rohani. Dengan berdoa dan bersatu dalam iman, reksa rohani ini harus memberikan kesaksian bahwa nilai hidup itu tidak dapat dicabut, bahkan apabila dalam keadaan sakit yang sudah tidak dapat diobati.
  1. Memberikan Sakramen Perminyakan
Pemberian Sakramen Perminyakan Orang Sakit dan Viaticum harus diselenggarakan secara istimewa dengan didahului katekese yang sesuai. Bila keadaan memungkinkan, seyogianya para imam memasukkan Sakramen Perminyakan Orang Sakit dalam perayaan-perayaan para jemaat baik di paroki maupun di tempat tinggal para lansia.
  1. Menghibur orang-orang yang sakitnya tidak terobati
Berbagai upaya harus diusahakan untuk melawan kecenderungan meninggalkan orang-orang yang hampir meninggal dan membiarkan mereka tidak menerima pendampingan spiritual dan penghiburan manusiawi. Tugas ini tidak hanya terletak di pundak para pastor yang peranannya sangat asasi, tetapi juga di pundak keluarga serta jemaat.
  1. Memperhatikan imam-imam yang lanjut usia
Tidak boleh dilupakan bahwa dalam kaum lansia juga termasuk imam-imam, pejabat-pejabat Gereja, dan gembala-gembala jemaat Kristiani. Gereja Keuskupan harus bertanggung jawab memelihara imam-imam yang sudah lanjut usia dan memberikan perumahan yang memadai serta bentuk-bentuk dukungan yang lain. Umat paroki juga dipanggil untuk memberikan sumbangannya. Umat paroki harus mengambil langkah-langkah untuk menjamin bahwa imam-imam lanjut usia yang sudah tidak lagi melayani secara aktif atau sakit-sakitan mendapatkan tempat tinggal yang layak. Hal yang sama berlaku juga bagi komunitas-komunitas religius dan para pembesarnya di mana mereka harus memberikan perawatan khusus kepada saudara-saudara dan saudari-saudari mereka yang sudah lanjut usia.
  1. Menciptakan solidaritas antar generasi
Generasi muda harus dididik untuk bersolidaritas dengan anggota-anggota yang sudah lanjut usia. Solidaritas antar generasi seperti ini juga diungkapkan dalam persahabatan yang dapat diberikan oleh kaum muda. Dalam masyarakat di mana egosisme, materialisme dan konsumerisme sering terjadi serta sarana-sarana komunikasinya tidak banyak berguna untuk meringankan beban berat kesepian manusia, nilai-nilai seperti altruisme, dedikasi, persahabatan, penerimaan dan penghormatan merupakan tantangan bagi orang-orang, termasuk kaum muda yang mengupayakan lahirnya bangsa manusia yang baru.

Sumber utama:
Pernyataan Dewan Kepausan untuk Kaum Awam dan Surat Paus Yohanes Paulus II, Dari Roma untuk Lansia,  Yogyakarta, Kanisius, 2002.

Al. Bagus Irawan MSF
Catatan: Tulisan ini pernah di muat dalam majalah UTUSAN periode bulan April tahun 2011.

Lamunan Pekan Paskah VI


Rabu, 28 Mei 2014

Yohanes 16:12-15

16:12 Masih banyak hal yang harus Kukatakan kepadamu, tetapi sekarang kamu belum dapat menanggungnya.
16:13 Tetapi apabila Ia datang, yaitu Roh Kebenaran, Ia akan memimpin kamu ke dalam seluruh kebenaran; sebab Ia tidak akan berkata-kata dari diri-Nya sendiri, tetapi segala sesuatu yang didengar-Nya itulah yang akan dikatakan-Nya dan Ia akan memberitakan kepadamu hal-hal yang akan datang.
16:14 Ia akan memuliakan Aku, sebab Ia akan memberitakan kepadamu apa yang diterima-Nya dari pada-Ku.
16:15 Segala sesuatu yang Bapa punya, adalah Aku punya; sebab itu Aku berkata: Ia akan memberitakan kepadamu apa yang diterima-Nya dari pada-Ku."

Butir-butir Permenungan
  • Tampaknya, tidak sedikit orang yang memandang benar tidaknya sikap hidup berdasarkan banyak hal sudah sudah dijalankan. Orang dapat melihat langkah-langkahnya di masa lalu sebagai indikasi benar atau salah kehidupannya.
  • Tampaknya, kebanyakan orang memiliki pandangan bahwa pengalaman adalah guru yang amat baik. Seluas apapun pengetahuan seseorang akan kalah paham bila dibandingkan dengan orang yang sudah mengalami sendiri di masa sebelumnya.
  • Tetapi BISIK LUHUR berkata bahwa kebenaran sejati justru datang kalau orang digerakkan oleh sikap batin yang juga membimbing untuk memahami hal-hal yang akan datang. Dalam yang ilahi karena kemesraannya dengan gema relung hati orang akan menekankan semangat yang mendasari segala perjalanan hidupnya sehingga siap selalu berganti bentuk dan ekspresi.
Ah, kalau sudah mendapatkan hal baik ya harus dipertahankan.