Pages

Subscribe:
/
  • Domus Pacis

    Domus Pacis atau Rumah Damai berada di Puren, Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta. Di rumah ini sedang dikembangkan pastoral ketuaan. "Tua tak mungkin terlambat datangnya, namun renta bisa ditunda hadirnya"

  • Indahnya di usia tua

    Tua namun tak renta, sakit tak sengsara, Mati masuk surga

  • Tua Yang Bijaksana

    Menjadi Tua itu kepastian, namun tua yang bijaksana itu suatu perjuangan.

Monday, June 30, 2014

HANYA YANG BENING HATINYA YANG MAMPU PAHAMI YANG BAKA

oleh Romo Yohanes Berchmans Haryono MSF dalam Sesawi.Net 20 Juni 2014

ilustrasi dari koleksi Domus Pacis Puren

Indonesia sedang punya gawe. Dan sebagaimana keluarga yang sedang punya gawe, rumah kita ini penuh hiruk pikuk. Telinga kita dibisingkan bukan oleh bunyi gamelan atau campursari melainkan janji politik. Mata kita dipenuhi bukan oleh paras pager ayu atau among tamu yang gagah tapi foto caleg, gambar dan iklan politik. Lidah kita bukan disuguhi menu makanan serba lezat, tapi visi politik dengan bumbu issu dan kampanye negatif.

Kita tahu gawe ini akan berakhir tapi berkat hajatan belum tentu dibawa setiap orang. Dengan berat hati harus dikatakan bahwa perubahan belum tentu terjadi. Yang mencuri kata akhir kalau bukan kekuasaan ya “hukum pasar”, prinsip untung rugi. Visi politik yang dijanjikan akan menyempit ke arah egoisme dan kelompokisme. Kalau bicara tentang tujuan bersama, sungguhkah kita memiliki arah yang sama atas sejarah kita ini?

Di tengah arus zaman seperti ini, kita perlu kembali ke rumah yang hening. Dalam keheningan, orang menata gempuran informasi, gelombang perubahan dan aneka kebisingan. Orang kembali ke ruang kosong hatinya, menarik nafas sejenak dan menemukan kebijaksanaan hidup.

Menuju keheningan

Kebudayaan Jawa memiliki khasanah kekayaan musik yakni gamelan. Karena pengaruh penghayatan kesenian Hindu dan Buddhis, gamelan Jawa yang serba banyak itu sebetulnya mesti dipahami sebagai sarana mengarah ke ideal keheningan murni. Maka kendati di tengah beragam bentuk gamelan yang serba ramai, mungkin semrawut, kita diundang untuk mencapai yang ideal yakni keheningan, kedamaian dan ketiadaan hasrat.

Gamelan dan kerawitan bukanlah pementasan estetika, bukan informasi atau deformasi estetika canggih melainkan transformasi manusia, perubahan radikal dan total dari yang serba multi-kompleks, ruwet dan maya menuju ke kesederhaanan, murni dan keheningan batin dimana manusia eling pada Yang Ilahi.
Mereka menegaskan, hanya Esa, hanya Esalah yang sungguh sejati tunggal, yang mutlak. Tidak ada kesejatian dalam segala yang serba banyak dan beraneka di sekitar kita dan semesta ini. Semua kebhinekaan yang dialami ini hanya semu, maya, tipuan belaka. Orang bijaksana ialah manusia yang sadar akan tipuan itu, membebaskan diri dari maya dan masuk dalam keheningan murni mutlak. Ungkapan kebudayaan apapun merupakan jalan pembebasan dari belenggu maya menuju ke penyatuan diri relatif dengan diri mutlak (keesaan mutlak).

Suara neng, ning, nung nang yang ditimbulkan gamelan sebetulnya undangan akan transformasi itu. Suara gamelan menghantar orang untuk me-neng (berdiam). Orang yang meneng secara sungguh akan bisa wening. Kata wening, hening bisa dijabarkan sebagai kondisi dunia batin yang harmonis. Ini bukanlah suatu yang mandeg dan statis. Dalam keheningan, manusia justru mengasah ketajamannya. Dalam dunia batin yang wening, manusia tidak hanya berjumpa dengan realitas dirinya, tapi sesamanya yang menderita, menjerit, mengaduh dengan keluhan-keluhan yang tak terungkapkan, voice of voiceless. Ia peka pada jeritan semesta, kekuatan alam dan akhirnya suara Hyang Ilahi.

Dalam keheninganlah orang bisa dunung (memahami). Hanya orang yang bening hatinya yang mampu memahami yang maya dan yang baka, yang benar dan salah, yang pantas dan tidak pantas, yang penting dan remeh, yang esensi dan yang superfisial. Orang yang dunung itu bisa me-nang, atau pantas punya we-nang.

Benarlah bahwa setiap transformasi manusia serta gerakan kebudayaan rupanya mesti diawali proses pencerahan dari dalam (within). Jika dunia batin tidak tercerahkan, tidak ada satu pun yang diselamatkan. Tidak ada kedamaian di dunia ini jika tidak ada kedamaian dunia batin manusia. Pertikaian antar manusia hanyalah proyeksi dari konflik yang berkecamuk dalam dunia batin manusia modern ini; bukankah tidak ada yang terjadi di dunia eksternal ini yang pertama-tama tidak terjadi dalam dunia batin manusia?

Sabda Hidup

Selasa, 01 Juli 2014
Hari Biasa
warna liturgi Hijau
Bacaan:
Am. 3:1-8; 4:11-12; Mzm. 5:5-6,7,8; Mat. 8:23-27.
BcO Neh. 7:72b - 8:18.

Matius 8:23-27:
23 Lalu Yesus naik ke dalam perahu dan murid-murid-Nyapun mengikuti-Nya. 24 Sekonyong-konyong mengamuklah angin ribut di danau itu, sehingga perahu itu ditimbus gelombang, tetapi Yesus tidur. 25 Maka datanglah murid-murid-Nya membangunkan Dia, katanya: "Tuhan, tolonglah, kita binasa." 26. Ia berkata kepada mereka: "Mengapa kamu takut, kamu yang kurang percaya?" Lalu bangunlah Yesus menghardik angin dan danau itu, maka danau itu menjadi teduh sekali. 27 Dan heranlah orang-orang itu, katanya: "Orang apakah Dia ini, sehingga angin dan danaupun taat kepada-Nya?"

Renungan:
Badai bisa datang sekonyong-konyong. Kadang kita tidak sempat sadar akan apa yang menjadi penyebabnya. Pada saat kejadian itu dialami kita bisa mengalami rasa gentar dan takut yang luar biasa. Kepanikan akan meliputi siapapun yang terlibat. Semakin besar dan lama, orang-orang akan semakin panik.  Dalam situasi seperti kita membutuhkan pribadi yang mungkin untuk menolong.
Para murid kala mengalami kondisi seperti itu segera datang kepada Yesus. "Tuhan, tolonglah, kita binasa" (Mat 8:25). Mereka mengandalkan Yesus yang tenang tertidur untuk membebaskan dari bahaya badai yang datan sekonyong-konyong. Yesus pun menjawab kegundahan para murid dan meredakan badai.
Dalam hidup kita pun sering kita alami badai yang datang dengan tiba-tiba dan sering membuat kita panik. Pada saat seperti itu kita bisa ingat kisah Injil ini dan kita segera datang kepada Yesus. Pada Dia tersedia ketenangan yang tak tergoyahkan. Dalam kuasa Dia badai pun akan tunduk.
 
Kontemplasi:
Pejamkan matamu. Bersimpuhlah di hadapan Yesus. Serahkan semua badai hidupmu kepadaNya.

Refleksi:
Apa peran Yesus dalam perkara-perkara hidup yang kaualami?

Doa:
Ya Yesus, aku mohon semoga aku selalu mengandalkanMu di setiap langkah hidupku. PadaMu aku percaya banyak langkah baik yang mengurai badaiku menjadi hembusan angin yang menyegarkanku dan sesamaku. Amin.

Perutusan:
Aku akan bersimpuh di hadapan Yesus dan memohon pertolonganNya.

Sunday, June 29, 2014

SELALU BERSEMANGAT

Rama Bambang cukup terkejut ketika dalam gelapnya Ruang Barnabas Domus Pacis terdengar suara "Kula kepancal penerbangan. Jam 20.55 penerbangan menuju Denpasar pun mangkat, kamangka kula dugi bandara pun jam setengah sedasa" (Saya ditinggal penerbangan. Penerbangan ke Denpasar sudah berangkat jam 20.55, padahal saya sampai Bandara Adisutjipta sudah jam 21.30). Ternyata itu adalah suara Rama Agoeng yang menghampiri Rama Bambang yang baru saja keluar dari mobil pada jam 22.00 tanggal 29 Juni 2014 sekembali dari misa di Muntilan. Rama Agoeng hari itu berencana menuju ke NTT bersama Sekretaris dan Staf Komsos KWI yang berangkat dari Jakarta. "Kok ndengaren panjengan saget telat?" (Tumben Anda dapat terlambat) tanya Rama Bambang yang langsung dijawab oleh Rama Agoeng "Sanes lepat kula. Sadaya sampun dipun urus saking Jakarta. Pimpinan kantor lan staf KWI rikala kula konfirmasi sami criyos penerbangan mangkat jam 22.55. SMSe tasih kula simpen" (Bukan salah saya. Semua diurus dari Jakarta. Pimpinan kantor dan staf KWI ketika saya konfirmasi berkata bahwa penerbangan berangkat jam 22.55. Saya masih menyimpan SMSnya).

Rama Bambang amat mengagumi Rama Agoeng yang amat bersemangat. Selain tugas sebagai Pimpinan Komsos Keuskupan Agung Semarang, beliau juga menjadi bendara Signis Indonesia dan kerap diajak oleh KWI untuk pembinaan Komsos Keuskupan-keuskupan di luar Keuskupan Agung Semarang. Segala program dikerjakan dengan total sehingga kerap kurang beristirahat. Pada saat ini beliau baru amat disibukkan dengan shooting Film IN TE CONFIDO yang berkisah tentang almarhum Rama Kardinal Justinus Darmojuwono. Sementara itu hingga Juli 2014 hari-harinya dipenuhi agenda-agenda yang sudah dijanjikan dan direncanakan. Rama Agoeng selalu bersungguh-sungguh dalam menjalani tugas, sehingga beliau sungguh kecewa dengan kekeliruan informasi program keberangkatan ke NTT. Di NTT Rama Agoeng sebenarnya diharapkan kehadirannya hingga Kamis 3 Juli 2014 untuk menjadi narasumber. Ketika Rama Bambang mau masuk gedung induk Domus Pacis malam itu terdengarlah suara Rama Agoeng "Ning nggih malah isa istirahat ha ha ha ..." (Tetapi syukurlah mendapat kesempatan istirahat).

Lamunan Pekan Biasa XIII


Senin, 30 Juni 2014

Matius 8:18-22

8:18 Ketika Yesus melihat orang banyak mengelilingi-Nya, Ia menyuruh bertolak ke seberang.
8:19 Lalu datanglah seorang ahli Taurat dan berkata kepada-Nya: "Guru, aku akan mengikut Engkau, ke mana saja Engkau pergi."
8:20 Yesus berkata kepadanya: "Serigala mempunyai liang dan burung mempunyai sarang, tetapi Anak Manusia tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepala-Nya."
8:21 Seorang lain, yaitu salah seorang murid-Nya, berkata kepada-Nya: "Tuhan, izinkanlah aku pergi dahulu menguburkan ayahku."
8:22 Tetapi Yesus berkata kepadanya: "Ikutlah Aku dan biarlah orang-orang mati menguburkan orang-orang mati mereka."

Butir-butir Permenungan
  • Tampaknya, tidak sedikit orang ingin berdekatan dengan tokoh yang berperan besar di tengah masyarakat. Dengan dekat dengannya orang mengharapkan ikut mendapatkan penghormatan dari orang-orang lain dan bahkan ikut menikmati fasilitas-fasilitas sosial.
  • Tampaknya, tidak sedikit orang yang dekat dengan tokoh masyarakat ikut menikmati hak-hak khusus. Sebagai orang-orang dekat biasanya sang tokoh juga dapat memberikan kemudahan-kemudahan yang tak dapat dinikmati oleh masyarakat umum.
  • Tetapi BISIK LUHUR berkata di hadapan dan di dekat tokoh-tokoh sejati orang terutama akan ikut terlibat dalam susah derita perjuangan sosial. Dalam yang ilahi karena kemesraannya dengan gema relung hati orang akan memiliki komitmen pada amanat yang muncul di balik kedalaman batin sehingga siap hidup tanpa fasilitas khusus dan ditentukan oleh kepentingan dan kebaikan bersama.
Ah, kalau dekat orang khusus ya ikut jadi khusus dong.

Saturday, June 28, 2014

PESTA SANTO PETRUS PAULUS, INJIL MINGGU

dari Sesawi.Net 27 Juni 2014

Mesias, Batu Karang dan Kunci Kerajaan Surga

Rekan-rekan yang budiman!
Hingga kini Yesus diperkenalkan dalam Injil Sinoptik terutama lewat ajarannya, lewat penyembuhan yang dilakukannya, termasuk tindakan mengusir roh jahat, dan lewat peristiwa perbanyakan roti. Orang mulai bertanya-tanya, siapa sebenarnya dia itu dan bagaimana ia dapat mengerjakan semua itu.

Semakin disadari bahwa dia lain dari orang-orang luar biasa lainnya. Siapakah dia sesungguhnya? Dalam Mat 16:13-19 yang dibacakan pada hari raya S. Petrus dan S. Paulus, Petrus menyuarakan kesadaran para murid bahwa Yesus itu Mesias, anak Allah yang hidup.

Penegasan ini sebetulnya satu sisi saja dalam pewartaan mengenai siapa sebenarnya Yesus. Sisi yang lain menyangkut perjalanan ke arah penderitaan, wafat dan kebangkitan Yesus yang diungkapkan ketiga Injil Sinoptik langsung sesudah penegasan akan kemesiasan Yesus.

Bacaan kedua (2 Tim 4:6-8.17-18) menunjukkan bagaimana seorang tokoh dalam gereja awal, Timotius, mendapat imbauan agar melanjutkan pekerjaan yang telah diawali dan dijalankan dengan penuh dedikasi oleh Paulus, yakni membina kehidupan bersama antar orang-orang yang mengimani Yesus sang Mesias.
Karya ini adalah karya ilahi tetapi yang menyertakan manusia, seperti Paulus sendiri. Ia merasa telah menjalankan semuanya dengan sebaik-baiknya. Ketika ia dimusuhi, ia tidak gentar karena yakin Tuhan sendiri tetap menyertainya. Inilah keteguhan iman yang terasa dari bacaan kedua.

Pokok pewartaan
Memang ada pelbagai perkiraan di masyarakat mengenai siapa Yesus itu. Dan di Kaisaria Filipi para murid diajak Yesus berbicara mengenai pelbagai pendapat mengenai dirinya. Sudah matang saatnya para murid dituntun mengenali siapa dia itu sebenarnya.

Mereka telah mendengar ajarannya, telah melihat perbuatannya, dan menyaksikan kekuatannya. Kini tibalah waktunya memahami siapa dia itu.

Tentu saja mulai disadari bahwa Yesus yang mempesona dan diikuti banyak orang ini ialah dia yang resmi ditugasi Allah dan kedatangannya yang dinanti-nantikan banyak orang. Dialah Mesias yang diharapkan membangun kembali umat Allah seperti dahulu kala. Dialah yang bakal memimpin orang banyak makin mendekat kepada Allah sendiri.

Di dalam kesadaran orang banyak, Mesias ini ialah keturunan Daud yang akan mengawali zaman adil dan damai. Dalam keagamaan Yahudi, gagasan Mesias seperti ini disatukan dengan pengertian “Anak Manusia”, seperti terungkap dalam penglihatan Daniel (Dan 7:13). Gereja Awal juga percaya bahwa Yesus ialah tokoh ini.
Keyakinan di atas berhadapan dengan kenyataan bahwa Yesus akhirnya mengalami penderitaan, ditolak oleh para pemimpin masyarakat Yahudi yang sah (“tetua, imam kepala dan ahli Taurat” ialah tiga macam anggota di dalam Sanhedrin, badan resmi masyarakat Yahudi) sampai dibunuh.

Namun demikian, nanti dengan pelbagai cara para murid Yesus juga mengalami kebangkitan Yesus pada hari ketiga. Dan pengalaman inilah yang membuat mereka percaya bahwa Yesus itulah sungguh Mesias.
Rumusan penegasan Petrus yang disampaikan secara sederhana tapi tegas dalam Mrk 8:29 “Engkaulah Mesias” mengungkapkan pokok kepercayaan yang tumbuh dalam Gereja Awal. Bukan tanpa arti bila dalam ketiga Injil Sinoptik pemberitahuan pertama mengenai penderitaan, wafat dan kebangkitan didahului dengan penegasan Petrus mengenai siapa sebenarnya Yesus itu.

Penegasan ini kemudian dipertajam rumusannya oleh Matius dan Lukas dengan cara masing-masing. Menurut Mat 16:16, Petrus berkata, “Engkaulah Mesias, anak Allah yang hidup!” (Mat 16:16). Matius menambahkan “anak Allah yang hidup” untuk menggarisbawahi bahwa Allah-lah yang memilih Yesus sebagai pewarta kehadiranNya di dunia.

Matius juga bermaksud menjelaskan bahwa Mesias yang dinanti-nantikan ini bukan pemimpin politik atau penguasa yang bakal membangun kembali kejayaan Israel dengan kekuatan militer. Maklum di kalangan Yahudi harapan akan Mesias politik ini amat kuat.

Persoalan ini tidak amat terasa dalam lingkungan Lukas yang bukan berasal dari kalangan Yahudi. Mereka lebih berminat memahami apakah kuasa dan kekuatan Yesus itu memang berasal dari Allah sendiri.
Karena itu ditandaskan dalam Luk 9:20 bahwa Mesias tadi “dari Allah”. Maksudnya, Yesus datang dari Dia dan menunjukkan bahwa Allah sendiri bertindak dalam diri Yesus untuk membebaskan manusia dari kuasa-kuasa jahat, dari penyakit, dari kekersangan batin. Inilah yang membuat Yesus betul-betul menjadi Mesias bagi semua orang.

Siapakah ‘Anak Manusia’ itu?
Ketika Yesus menanyai murid-muridnya apa kata orang mengenai siapa “Anak Manusia” ada jawaban yang bermacam-macam. Ungkapan “Anak Manusia” dipakai merujuk pada diri Yesus.

Dalam kesadaran orang Yahudi pada zaman Yesus, ada kaitan antara tokoh yang dinanti-nantikan datangnya sebagai Mesias dengan penglihatan dalam Dan 7:13 yang menggambarkan tokoh yang mirip manusia itu terlihat datang mengarah kepada Yang Mahakuasa dan mendapat kuasa di bumi dan di langit.

Dengan memakai ungkapan itu Yesus hendak memperkenalkan dirinya yang sesungguhnya. Ia tidak bertanya mengenai apa kata orang mengenai ajarannya, mengenai tindakannya, mengenai kelakuannya. Ia ingin mendengar bagaimana orang menerapkan siapa tokoh yang terarah kepada Yang Mahakuasa itu, siapa “Anak Manusia” tadi.

Para murid diajak menengarai pelbagai pandangan yang ada mengenai dirinya: ia seperti Yohanes Pembaptis, tokoh spiritual yang masih segar dalam ingatan orang, juga bisa dibandingkan dengan Elia, seorang nabi besar yang diceritakan telah naik ke langit dan tentunya akan kembali diutus Allah mendatangi umat pada saat-saat mereka membutuhkan dampingan dan arahan, atau seperti nabi Yeremia yang dikenal tak jemu-jemunya memperingatkan umat dan para pemimpin agar tetap setia pada Allah di tengah penderitaan dan mengajarkan kerohanian yang sejati dan bukan praktek luar-luar saja.

Bagi kalian, siapa aku ini?
Pendapat-pendapat itu tidak bisa dikatakan meleset. Walaupun demikian, ada pemahaman yang dapat lebih menolong. Yesus menanyai Petrus dengan ungkapan yang berbeda, “Tetapi apa katamu, siapakah aku ini?” Tidak lagi ditanyakan apa kata orang, melainkan apa katamu.

Juga tidak lagi dipakai sebutan “Anak Manusia”, melainkan “aku”. Petrus kini tampil sebagai wakil para murid yang kemudian mempersaksikan Yesus Kristus dan meneruskan wartanya. Pertanyaan Yesus kepadanya bukan pertanyaan kepada individu Petrus saja. Setelah menanyai para murid, pada ay. 15 disebutkan Yesus bertanya kepada “mereka” – yakni para murid tadi.

Terjemahan LAI “apa katamu” tidak amat jelas. Memang dalam bahasa Indonesia “-mu” bisa berarti tunggal bisa pula jamak. Teks asli dalam bahasa Yunani memakai kata “kalian” yang hanya bisa berarti jamak. Maka pertanyaan tadi jelas ditujukan kepada para murid, begitu juga menurut Injil Markus dan Lukas.

Dalam situasi itulah Petrus tampil mewakili para murid. Oleh karena itu, tak usah ditafsirkan bahwa di sini ada imbauan untuk menumbuhkan jawaban iman yang digarap secara pribadi, bukan rumus-rumus yang siap pakai saja. Memang iman yang dewasa dan kuat juga semakin pribadi sifatnya. Tetapi tanya jawab dengan Petrus ini bukan ke sana arahnya.

Jawaban Petrus juga mencerminkan pemahaman para murid. Memang kemudian Matius secara khusus menyoroti Petrus. Setelah penegasan tadi, pada ay. 17, Matius menambahkan episode Yesus menyebut Petrus berbahagia karena pengetahuan tadi didapat bukan dari manusia melainkan dari Bapa di surga. Kemudian dalam dua ayat berikutnya Simon disebut Yesus sebagai batu karang dasar Gereja dibangun yang tak bakal terkalahkan oleh maut, ia juga disebut pemegang kunci surga (Mat 16:18-19). Tambahan ini tidak ada dalam Injil lain.

Batu karang dan kunci
Batu karang jadi tempat berlindung dari hempasan ombak dan tempat berpegang agar tak hanyut oleh arus-arus ganas. Dengan menyebut Petrus sebagai batu karang, Yunaninya “petra”, ditandaskan bahwa ia bertugas melindungi umat yang dibangun Yesus dari marabahaya yang selalu menghunjam. Dikatakan juga bahwa alam maut (Yunaninya “hades”, Ibraninya “syeol”) takkan bisa menguasainya, maksudnya takkan dapat mematikan kumpulan orang yang percaya tadi.

Orang dulu membayangkan jalan ke alam maut sebagai lubang yang menganga lebar. Seperti liang lahat yang besar. Semua orang mati pasti akan ke sana dan tak ada jalan kembali. Satu-satunya cara untuk mencegah agar orang tidak tersedot ke dalamnya ialah dengan menyumbatnya dengan batu besar yang tidak bakal tertelan dan tak tergoyah. Petrus digambarkan sebagai tempat Yesus mendirikan umat yang takkan terkuasai alam maut.

Gambaran di atas dapat membantu mengerti mengapa kepada Petrus diberikan kunci Kerajaan Surga. Bukannya ia dipilih menjadi orang yang menentukan siapa boleh masuk siapa tidak, melainkan sebagai yang bertugas menahan agar kekuatan-kekuatan maut tidak memasuki Kerajaan Surga! Ia mengunci surga dari pengaruh yang jahat.

Apa yang diikatnya di bumi, yang tetap dikunci di bumi, yakni jalan ke alam maut akan tetap terikat dan tidak akan bisa merambat ke surga. Tak ada jalan ke surga bagi daya-daya maut. Apa yang dilepaskannya di bumi, yakni manusia yang bila dibiarkan sendirian akan menjadi mangsa lubang syeol menganga tadi.

Tidak amat membantu bila kata-kata itu ditafsirkan sebagai penugasan Petrus menjadi “juru kunci gerbang surga” menentukan siapa orang diperkenankan masuk dan dibiarkan di luar tidak peka konteks. Malah tafsiran itu akan membuat warta Injil Matius kurang terasa.

Bisakah gagasan kunci Kerajaan Surga dipakai sebagai dasar bagi wibawa takhta apostolik Paus penerus Petrus? Tentu saja, asal dilandasi dengan pengertian di atas. Bukan dalam artian juru kunci gerbang ke arah keselamatan, membuka atau menutup akses ke surga, melainkan sebagai penangkal kekuatan-kekuatan alam maut. Pernyataan itu memuat penugasan melindungi umat, bukan pemberian kuasa menghakimi.

Salam hangat,
A Gianto

Sabda Hidup

Sabda Hidup
Minggu, 29  Juni 2014
HARI RAYA
ST. PETRUS dan ST. PAULUS, Rasul
warna liturgi merah
Bacaan:
Kis. 12:1-11; Mzm. 34:2-3,4-5,6-7,8-9; 2Tim. 4:6-8,17-18; Mat. 16:13-19

Matius 16:13-19:
13 Setelah Yesus tiba di daerah Kaisarea Filipi, Ia bertanya kepada murid-murid-Nya: "Kata orang, siapakah Anak Manusia itu?" 14 Jawab mereka: "Ada yang mengatakan: Yohanes Pembaptis, ada juga yang mengatakan: Elia dan ada pula yang mengatakan: Yeremia atau salah seorang dari para nabi." 15 Lalu Yesus bertanya kepada mereka: "Tetapi apa katamu, siapakah Aku ini?" 16 Maka jawab Simon Petrus: "Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup!" 17 Kata Yesus kepadanya: "Berbahagialah engkau Simon bin Yunus sebab bukan manusia yang menyatakan itu kepadamu, melainkan Bapa-Ku yang di sorga. 18 Dan Akupun berkata kepadamu: Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya. 19 Kepadamu akan Kuberikan kunci Kerajaan Sorga. Apa yang kauikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kaulepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga."

Renungan:
Suatu kali ada seseorang tampak gembira sekali wajahnya. Senyumnya mengembang. Semangatnya tampak membara. Teman-teman pun heran dengan perubahannya. Satu orang bertanya mengapa dia berubah seperti itu. Jawabnya, "Aku seneng banget karena Bapak Uskup masih mengenal aku." Pengenalan seorang pemimpin pada umatnya membangkitkan daya. Demikian juga sebaliknya, pengenalan seorang murid pada guru-gurunya. Kala kami berkunjung ke guru-guru SD kami, kami mendengar para guru begitu bahagia masih diingat murid-muridnya.
Pengenalan menjadi salah satu elemen penting dalam kehidupan. Seorang murid mengenal guru dan seorang guru mengenal murid. Pengenalan ini saling meneguhkan, menguatkan bahkan menyemangati.
Para murid pun berusaha mengenal Yesus dengan memadankan Yesus dengan tokoh-tokoh besar. Namun Roh Tuhan menaungi Petrus sehingga Petrus mampu mengenali dengan tepat siapa Yesus itu.
Belajar dari pengalaman ini, kita perlu saling mengenal dan berusaha mengenal. Pengenalan itu akan semakin tajam kalau kita terbuka melibatkan Roh Tuhan.
 
Kontemplasi:
Pejamkan matamu. Hadirkan Yesus di hadapanmu. Katakan padaNya siapa dia bagimu.

Refleksi:
Apa yang kaukenal dari pribadi Yesus?.

Doa:
Tuhan aku ingin mengenalMu dengan lebih baik. Sudilah Engkau mengutus RohMu menuntunku mengenalMu dengan lebih baik. Amin.

Perutusan:
Aku akan terus mendekati dan mengenali Yesus.

BAHAYA MEMBUNUH KECOA

  dari FB Johanes Rusmiyadi 28 Juni 2014

Bila anda melihat binatang kecoak di rumah, jangan anda memukulnya sampai mati bahkan sampai (maaf) isi perut kecoak meletet keluar.

Karena didalam perut kecoa terdapat cacing halus/lembut yg tetap hidup meskipun diluar dari tubuh kecoak. Bila cacing ini sudah berada di luar dari tubuh kecoak (perut) dia akan bergerak untuk mencari tempat/indukan baru. Cacing ini bentuknya sangat pendek, halus dan lembut akan terlihat kasat mata bila jarak pandang sekitar 10-20cm.

Untuk melihat cacing ini, anda dapat menaruh isi perut kecoak diatas kertas hitam atau diatas cermin… disitu akan terlihat pergerakannya.

Sangat berbahaya apabila cacing ini sampai menyentuh kulit tubuh kita (terutama kaki) karena dapat masuk melalui pori-pori kulit atau bila ada luka terbuka pada kulit luar.

Akan jauh lebih baik membasmi kecoak cukup dengan menggunakan semprotan anti serangga, yg dapat membunuh kecoak tanpa harus memukul hingga mengeluarkan isi perutnya.

Kecoa… kecoa… bahkan matipun masih merepotkan
semoga info ini dapat bermanfaat bagi kita semua…

Friday, June 27, 2014

BIASA MENEMBUS ANGKA 200

Tanggal 6 Juli 2014 adalah hari pelaksanaan Novena Ekaristi Seminar tahap 5 di Domus Pacis. Pak Pratiknya, guru besar psikologi Universitas Sanata Dharma, akan hadir berbicara tentang SAYA TUWA GAMPANG LUNGKRAH? Beliau akan mengulas dengan cakrawala sudut pandang ilmu jiwa. Untuk menjadi peserta memang ada tuntutan untuk mendaftarkan diri. Hal ini berkaitan dengan penyediaan konsumsi agar tidak kurang atau sisa berlebihan. Sekalipun ada beberapa kelompok yang tidak akan hadir, tetapi muncul tidak sedikit warga Katolik yang menyatakan diri ikut. Kalau penyelenggaraan tahun 2013 biasa diikuti oleh sekitar 150-190 orang, untuk tahun 2014 jumlah yang ikut biasa menembus angka 200. Untuk pelaksanaan 6 Juli 2014, kesempatan pendaftaran paling lambat tanggal 30 Juni 2014. Pada umumnya para peserta atau kelompok peserta sudah tahu bahwa pendaftaran dapat cukup dengan SMS ke HP Rama Bambang no. 087834991969. Hingga Sabtu 28 Juni 2014 pada jam 06.00 jumlah dan asal pendaftar dapat dilihat dalam tabel di bawah.

ASAL PESERTA
JUMLAH
RAYON KOTA KEVIKEPAN DIY
138 ORANG
01.  Paroki Pringwulung
82 orang
02.  Lingkungan Sendowo, Kotabaru
5 orang
03.  Paroki Administratif Pringgolayan
32 orang
04.  Paroki Pugeran
10 orang
05.  Paroki Bintaran, Lingkungan Nicolas
3 orang
06.  Paroki Baciro
6 orang
RAYON SLEMAN KEVIKEPAN DIY
 66 ORANG
07.  Paroki Minomartani
10 orang
08.  Paroki Babadan
6 orang
09.  Paroki Babarsari
13 orang
10.  Paroki Medari
31 orang
11.  Paroki Kalasan, Berbah
3 orang
12.  Paroki Mlati
1 orang
13.  Paroki Pakem
2 orang
RAYON BANTUL KEVIKEPAN DIY
18 ORANG
14.  Paroki Bantul
14 orang
15.  Lingkungan Kepuh, Paroki Ganjuran
4 orang
KEVIKEPAN SURAKARTA
8 ORANG
16.  Paroki Gondang
8 orang
KEVIKEPAN KEDU
9 ORANG
17.  Paroki Ignatius Magelang
7 orang
28.  Paroki Banyutemumpang, Wilayah Mungkid
2 orang
JUMLAH
239 orang