Pages

Subscribe:
/
  • Domus Pacis

    Domus Pacis atau Rumah Damai berada di Puren, Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta. Di rumah ini sedang dikembangkan pastoral ketuaan. "Tua tak mungkin terlambat datangnya, namun renta bisa ditunda hadirnya"

  • Indahnya di usia tua

    Tua namun tak renta, sakit tak sengsara, Mati masuk surga

  • Tua Yang Bijaksana

    Menjadi Tua itu kepastian, namun tua yang bijaksana itu suatu perjuangan.

Saturday, January 31, 2015

KETELADANAN YANG MEMBERI HARAPAN


Dua puluh dua orang (14 ibu dan 8 bapak) berkumpul di rumah Bu Nanik di Imogiri pada Rabu 21 Januari 2015 jam 16.00-18.00. Mereka adalah kelompok yang ikut program Jagongan Iman dari Domus Pacis. Ini adalah pertemuan keenam yang membahas pokok kepercayaan kepada Tuhan Yesus "yang naik ke surga, duduk di sisi kanan Allah Bapa yang mahakuasa". Ketika menggali pemahaman sendiri dari para peserta, mereka berbicara dalam 3 kelompok: kelompok bapak dan 2 kelompok ibu.

Dari ketiga kelompok ternyata muncul pokok makna yang sama, yaitu keteladanan. Kenaikan Yesus ke surga dan duduk di sisi kanan Allah menjadi contoh bagi semua orang bahwa kematian sejatinya adalah jalan mendapatkan kemuliaan surga. Ini memberikan harapan karena Tuhan sudah memberikan tempat mulia. Semuanya terjadi karena hanya Yesus yang menjadi kunci. Hanya yang dari surga dan turun ke dunia yang dapat kembali ke surga. Dengan ini kita diharapkan tetap bersatu dengan Tuhan agar kita juga akan sampai ke Kerajaan sorga. Inilah keyakinan bahwa kelak kitapun akan mulia. Atas keteladan ini bagi kita beriman adalah: punya pengharapan untuk menikmati kemuliaan dan hidup kekal.

Terhadap pembicaraan itu teks Katekismus Gereja Katolik yang dibaca adalah no. 661-664:

661   Langkah terakhir pemuliaan ini berhubungan erat dengan yang pertama, artinya dengan turun-Nya dari surga dalam penjelmaan-Nya menjadi manusia. Dan hanya Dia "yang datang dari Bapa", dapat "kembali kepada Bapa": Kristus. "Tidak ada seorang pun yang telah naik ke surga, selain daripada Dia yang telah turun dari surga, yaitu Anak Manusia" (Yoh 3:13). Diserahkan kepada kekuatan kodratinya, kodrat manusiawi tidak dapat masuk ke dalam "rumah Bapa" (Yoh 14:2); ke dalam kehidupan dan kebahagiaan Allah. Hanya Kristus dapat membuka pintu ini untuk manusia: "la memberi harapan kepada anggota-anggota tubuh-Nya, supaya mengikuti Dia ke sana, ke mana Ia mendahului mereka sebagai orang pertama" (MR, Prefasi Kenaikan Tuhan).
662   "Dan Aku, apabila Aku ditinggikan dari bumi, Aku akan menarik semua orang datang kepada-Ku" (Yoh 12:32). Ditinggikan pada salib berarti pula ditinggikan waktu kenaikan ke surga dan peninggian pada salib sekaligus memaklumkan kenaikan ke surga itu. Itulah permulaannya. Yesus Kristus, Imam tunggal perjanjian baru dan abadi, "bukan masuk ke dalam tempat kudus buatan tangan manusia ... tetapi ke dalam surga sendiri untuk menghadap hadirat Allah guna kepentingan kita" (Ibr 9:24). Dalam surga Kristus melaksanakan imamat-Nya secara terus-menerus. "Karena itu Ia sanggup juga menyelamatkan dengan sempurna semua orang yang oleh Dia datang kepada Allah. Sebab Ia hidup senantiasa untuk menjadi pengantara mereka" (Ibr 7:25). Sebagai "imam besar untuk hal-hal baik yang akan datang" (Ibr 9:11), Ia adalah pusat dan selebran utama liturgi yang menghormati Bapa di surga'.
663   Sekarang Kristus duduk di sisi kanan Bapa: "Dengan ungkapan `di sisi kanan Bapa' kita mengerti kemuliaan dan kehormatan Allah, di mana Putera Allah yang sehakikat dengan Bapa, hidup sejak kekal dan di mana Ia sekarang, setelah dalam waktu terakhir Ia menjadi daging, juga duduk secara badani, karena daging-Nya turut dimuliakan" (Yohanes dari Damaskus, f. o. 4,2).
664   Duduk di sebelah kanan Bapa berarti awal kekuasaan Mesias. Penglihatan nabi Daniel dipenuhi: "Kepada-Nya diberikan kekuasaan, kemuliaan, dan kekuasaan sebagai raja. Segala bangsa, suku bangsa, dan bahasa mengabdi kepada-Nya. Kekuasaan-Nya kekal dan tidak akan lenyap. Kerajaan-Nya tidak akan musnah" (Dan 7:14). Sejak saat ini para Rasul menjadi saksi-saksi "kekuasaan-Nya", yang "tidak akan berakhir" (Syahadat Nisea-Konstantinopel).

Sabda Hidup

Minggu, 01 Februari 2015
Hari Minggu Biasa IV
warna liturgi Hijau
Bacaan:
Ul. 18:15-20; Mzm. 95:1-2,6-7,8-9; 1Kor. 7:32-35; Mrk. 1:21-28 BcO Rm. 11:25-36

Markus 1:21-28:
1:21 Mereka tiba di Kapernaum. Setelah hari Sabat mulai, Yesus segera masuk ke dalam rumah ibadat dan mengajar.
1:22 Mereka takjub mendengar pengajaran-Nya, sebab Ia mengajar mereka sebagai orang yang berkuasa, tidak seperti ahli-ahli Taurat.
1:23. Pada waktu itu di dalam rumah ibadat itu ada seorang yang kerasukan roh jahat. Orang itu berteriak:
1:24 "Apa urusan-Mu dengan kami, hai Yesus orang Nazaret? Engkau datang hendak membinasakan kami? Aku tahu siapa Engkau: Yang Kudus dari Allah."
1:25 Tetapi Yesus menghardiknya, kata-Nya: "Diam, keluarlah dari padanya!"
1:26 Roh jahat itu menggoncang-goncang orang itu, dan sambil menjerit dengan suara nyaring ia keluar dari padanya.
1:27 Mereka semua takjub, sehingga mereka memperbincangkannya, katanya: "Apa ini? Suatu ajaran baru. Ia berkata-kata dengan kuasa. Roh-roh jahatpun diperintah-Nya dan mereka taat kepada-Nya."
1:28 Lalu tersebarlah dengan cepat kabar tentang Dia ke segala penjuru di seluruh Galilea.


Renungan:
Ada banyak hal yang membuat kita takjub dan terpesona. Sampai sekarang saya pun masih heran kenapa pesawat segede itu bisa terbang. Ketika melalui jalan-jalan di pegunungan, heran dengan para perintis jalan itu. Mereka kok bisa menemukan alur jalan tersebut. Bahkan ketika menemukan warung dengan masakan yang enak rasanya lidah tak pernah kehilangan kata untuk mengabarkan kepada orang.
Orang-orang terpesona dan takjub dengan kata-kata Yesus yang penuh kuasa dan mampu mengusir roh jahat (bdk. Mrk 1: 21.27). Yesus memegang kendali para pendengar dan pelihatNya. Dan mereka larut dalam kata-kata Yesus yang penuh kuasa.
Pesona macam apa yang telah kita hadirkan dalam hidup kita? Saya percaya setiap orang mempunyai pesona. Mereka mampu memikat sesamanya. Mari kita bawa pesona kita untuk menghadirkan Tuhan dalam hidup harian kita.

Kontemplasi:
Pejamkan matamu. Lihatlah dirimu kala berbicara. Sejauh mana kata-kata yang kaukeluarkan berkuasa atas pendengarmu.

Refleksi:
Bagaimana kebiasaanmu dalam berkata-kata, apakah kata-katamu menghadirkan kuasa Allah?

Doa:

Tuhan sebagaimana orang-orang terpesona dan takjub mendengar kata-kata PuteraMu semoga aku pun takjub oleh sabda-sabdaMu. Amin.

Perutusan:
Aku akan menata kata-kataku agar menampilkan kuasa Allah.

Friday, January 30, 2015

Ulasan Injil Minggu Biasa IV/B, 1 Februari 2015



Mrk 1:21-28


SETELAH  memanggil murid-murid pertama, Yesus mengawali kegiatannya di Kapernaum dengan mengajar di sebuah tempat ibadat. Orang-orang takjub mendengar pengajarannya. Pada kesempatan itu juga ia mengeluarkan roh jahat dari orang yang kerasukan. Orang banyak mulai bertanya-tanya apa sebenarnya yang sedang terjadi. Dan sejak itu tersiarlah berita tentang dia di seluruh wilayah Galilea. Peristiwa ini dikisahkan dalam Mrk 1:21-28 yang dibacakan pada hari Minggu Biasa IV tahun B. Yesus ditampilkan sebagai tokoh yang dicari-cari, diharapkan, diikuti tapi nanti juga akan dipertanyakan, ditolak, dan bahkan dimusuhi. Pikiran-pikiran yang tersimpan dalam-dalam tak lagi dapat tinggal tersembunyi. Kehadirannya membuat orang semakin merasa perlu jujur pada diri sendiri.

Markus kerap menceritakan pelbagai reaksi orang ketika mendengar pengajaran Yesus tanpa menuliskan apa yang diajarkannya. Ia memang ingin menunjukkan bagaimana Yesus dipandang sebagai guru yang membuat pikiran orang terbuka. Para pendengarnya sudah cukup tahu ajaran-ajaran agama. Yang mereka butuhkan ialah rasa mantap. Pengajaran pokok Yesus sebenarnya sudah ditampilkan Markus dalam Mrk 1:15, yakni bahwa Kerajaan Allah sudah dekat. Dan inilah yang diajarkannya hari itu di sinagoga di Kapernaum. Jadi yang dikatakan orang-orang nanti pada akhir petikan hari ini sebagai “ajaran baru” ialah pewartaan mengenai sudah datangnya Kerajaan Allah tadi. Dan ujud nyata kerajaan ini ialah mulai tersingkirnya kuasa-kuasa jahat.

Kita akan tertarik pada kisah mengenai orang yang kerasukan setan di sinagoga tempat Yesus mengajar hari itu. Markus memang hendak menekankan hubungan antara kegiatan mengajar Yesus dengan pengusiran roh jahat. Lihat Mrk 1:39, Yesus memberitakan Injil di rumah-rumah ibadat di Galilea dan mengusir setan-setan; bandingkan dengan 3:14-15 dan 6:12-13 tentang dua belas rasul yang ditetapkannya untuk memberitakan Injil dan diberinya kuasa mengusir setan. Orang dari zaman itu, juga dari zaman kita sekarang, akan lebih tertarik pada pengusiran roh jahat. Memang Yesus kerap mengusir roh jahat dan menyembuhkan penyakit yang tak bisa ditangani tabib. Tapi sebenarnya Yesus hadir di tengah masyarakat terutama untuk mewartakan hadirnya Kerajaan Allah. Pengusiran roh dan penyembuhan ajaib adalah kelanjutan dari benarnya warta itu, bukan sebaliknya.

Begitulah pada hari itu, di sebuah tempat ibadat, ia mulai mewartakan Kerajaan Allah. Orang-orang datang untuk menjalankan ibadat Sabat dan mendengarkan bacaan dari Taurat dan Para Nabi beserta penjelasannya. Setelah itu mereka juga berbincang-bincang mengenai macam-macam hal. Itulah latar peristiwa yang dikisahkan Injil hari ini. Markus mencatat bagaimana orang-orang takjub mendengar Yesus. Hati mereka tersentuh. Ia dapat menyalurkan kekuatan batin kepada pendengarnya dengan kata-kata pengajarannya.

Hari itu juga ikut datang orang yang kerasukan. Orang dulu percaya bahwa ada roh baik, yakni yang berasal dari Allah, ada roh yang jahat, yang memisahkan diri dari sumbernya, yakni Allah, dan melawannya. Bila kita bahasakan secara sederhana, roh jahat itu kekuatan-kekuatan yang “ndak bener”, yang tidak murni, ada sisi-sisi kotornya, tidak bersih. Yang dilakukannya menimbulkan banyak perkara yang ndak bener tadi. Jadi roh jahat ialah kekuatan-kekuatan yang tak teratur. Tapi tetap kuat dan susah dihadapi dan sering membingungkan. Ia mengacaukan tatanan, membuat orang kehilangan pegangan sampai berputar-putar tanpa arah dan menjauh dari tatanan yang diadakan oleh roh baik. Pada zaman Yesus dulu, penyakit aneh-aneh yang tak dapat ditangani tabib sering dipandang sebagai akibat kerasukan. Orang yang demikian ini biasanya disendirikan. Kalau di Jawa dulu dipasung. Mereka tidak dibiarkan mengikuti macam-macam kegiatan di masyarakat, termasuk datang ke tempat ibadat. Kita akan bertanya, lho orang yang kerasukan kali ini kok ada di sinagoga. Tidak biasa. Bisa jadi memang belum diketahui bahwa orang tadi kerasukan. Ia boleh jadi termasuk orang baik-baik di Kapernaum. Mungkin ia sudah sedikit aneh, rada mejenun, tapi masih bisa ditolerir.

Orang tadi – yang belum diketahui bahwa kerasukan – ikut datang mendengarkan warta Yesus. Tentunya warta Kerajaan Allah sudah dekat, bertobatlah, dan percayalah kepada Injil seperti tertulis dalam Mrk 1:15. Apa yang terjadi? Roh jahat yang bersembunyi di dalam diri orang tadi tak tahan mendengar semua itu. Ia berteriak, memakai mulut orang yang malang itu. Tak tahan berada di dekat kehadiran dia yang membawakan keilahian. Kini ada pembicaraan antara roh jahat dan Yesus. Boleh dicatat, bagi Yesus berhadapan dengan roh jahat bukan barang baru. Beberapa waktu sebelumnya, selama 40 hari, ia disertai roh baik dan malaikat berada bersama dengan macam-macam kekuatan gelap dan mengenali gerak gerik mereka (Mrk 1:12-13).

Roh jahat itu meneriakkan tiga kalimat keras. Yang pertama bernada umpatan, “Apa urusanmu dengan kami, hai Yesus orang Nazaret!”. Ia merasa terganggu oleh kehadiran Yesus. Merasa dirusuhi. Marah. Kenapa tidak ngurus daganganmu sendiri, begitu jalan pikirannya. Ia mengira Yesus sama seperti dia, mencari pengaruh, memasarkan komoditi perkara batin dan kekuatan-kekuatan supernatural. Yang kedua, roh jahat mulai merasa terancam, “Apakah engkau datang untuk membinasakan kami?” Akhirnya ia malah menggertak bahwa ia kenal siapa dia, yakni “Yang Kudus dari Allah.” Mengatakan aku kenal siapa kamu kerap bisa membuat orang jadi rada “groggy”. Ada hal-hal yang disembunyikan yang diketahui! Tapi benar juga bahwa kekuatan jahat betul-betul mengenal apa dan siapa yang ada di situ. Ada wilayah suci yang tak memungkinkan roh jahat bergerak. Dan wilayah itu ada pada “orang dari Nazaret” ini. Keunggulannya jelas dirasakan. Itulah yang disaksikan orang-orang waktu itu dan diberitakan kepada kita sekarang. Mereka makin bertanya-tanya, lalu siapa sebetulnya dia yang diakui kewibawaannya bahkan oleh kawanan roh jahat yang memakai kata “kami” itu. Jadi roh-roh seperti itu merasa terancam dan gentar di hadapan orang Nazaret yang sedemikian dekat dengan Allah yang Mahasuci.

Yesus menghardik dan menyuruh Roh itu diam. Kerasukan kerap berujud sebagai pergi datangnya suara-suara yang tak keruan, yang mengacaukan dan menakutkan. Kata-kata roh kepada Yesus itu kedengarannya biasa saja, tapi sebenarnya amat mengacaukan. Suara-suara itu mau membuat Yesus pergi tanpa mencampuri urusan ini. Mereka mau agar ia tidak menanggung risiko dicurigai berkawan dengan kaum roh seperti itu. Juga diteriakkan apa ia mau menghabisi. Yesus tidak membinasakan roh jahat. Tindakan ini bukan urusannya. Itu urusan Allah Yang Maha Kuasa. Yesus mengeluarkan roh dari dalam diri orang yang kerasukan yang mau mendekat kepadanya. Bahkan boleh dikatakan, roh yang menjahati itu masih diberi kesempatan untuk tidak menjahati lagi dan menemukan kembali asalnya yang sejati.

Sebelum dikeluarkan, roh tadi masih berusaha membingungkan Yesus dan mungkin orang-orang lain dengan gelar “Yang Kudus dari Allah”. Ia mau membuat Yesus mulai takabur, merasa besar, dan mulai merasa diri sama dengan Yang Maha Kuasa sendiri. Tadi roh jahat sudah berteriak apa Yesus itu mau “membinasakan kami” – hal yang hanya bisa dilakukan Allah Maha Kuasa sendiri. Maklum gelar “Yang Kudus” itu dalam kesadaran orang dulu dikenakan kepada Allah sendiri, lihat Yes 40:25 dan 57:15, atau kepada imam Harun yang dipilih Allah untuk berkurban bagi umat seperti Mzm 106:16, atau kepada nabi besar Elisya dalam 2Raj 4:9. Yesus hendak dibuat merasa seperti orang-orang besar itu, bahkan seperti Allah sendiri! Karena itulah Yesus menyuruh roh tadi diam. Lihat betapa pintarnya roh jahat. Mengakui kalah tapi sekaligus mau menanamkan benih ketakaburan yang bakal menjatuhkannya! Tetapi Yesus tetap pada jalannya: ia menyuruh roh itu keluar dari diri orang malang tadi.

Reaksi orang-orang dicatat Markus dalam 1:27. Terjemahan LAI berbunyi, “Apa ini? Suatu ajaran baru disertai dengan kuasa! Ia memberi perintah kepada roh-roh ….”. Memang teks aslinya digemakan. Tetapi naskah-naskah tua tidak memakai tanda baca sehingga dapat pula dimengerti dan diterjemahkan sebagai berikut: “Apa ini? Suatu ajaran baru! Disertai dengan kuasa ia memberi perintah kepada roh-roh…” Apa yang hendak dijelaskan Markus dengan ungkapan “disertai dengan kuasa” itu? Ajarannya yang didengar orang banyak atau perintahnya kepada roh-roh? Kedua terjemahan tadi sama cocoknya dengan teks asli. Bila demikian, kiranya Markus hendak menyampaikan bahwa ajaran Yesus dan tindakan mengeluarkan roh jahat berhubungan erat satu sama lain. Kedua-duanya “disertai dengan kuasa”. Bacaan ganda ini juga termasuk makna teksnya.

Injil Markus mengajak kita mendekat kepada pribadi Yesus. Bukan kepada sekumpulan ajaran belaka. Keterpukauan orang-orang yang mengenal Yesus itu disampaikan kepada kita supaya kita berani datang mendekat dan mendengarkannya. Markus juga hendak membuat kita melihat bahwa dalam memberi pengajaran, Yesus juga menyingkirkan pengaruh roh jahat yang mengancam kita. Inilah kebesarannya. Inilah kuasanya. Dan kita diajak mendekat padanya.

Dari Bacaan Kedua (1Kor 7:32-35)

Guna memahami arah umum petikan kali ini, lihat ulasan mengenai 1Kor 7:29-31 dari minggu yang lalu. Kali ini, dalam bagian selanjutnya Paulus mengajak umat Korintus memusatkan perhatian pada Tuhan. Ini akan memberi ketenteraman batin. Seperti yang diutarakan dalam Injil kali, orang diajak mendekat kepada Yesus, membiarkan diri terpukau olehnya.

Dalam petikan surat Paulus kali ini bisa jadi ada rumusan yang bila dibaca lepas dari  konteksnya akan terasa aneh. Paulus membandingkan orang yang berkeluarga dengan yang tidak seakan-akan untuk menekankan yang tak berkeluarga lebih baik karena orang seperti itu bisa mencurahkan perhatian kepada Tuhan dengan sepenuhnya. Tapi tafsiran semacam itu tidak banyak membantu selain juga tidak cocok dengan maksud tulisan itu sendiri. Seperti dikemukakan dalam ulasan minggu lalu mengenai bagian sebelum ini, Paulus justru bermaksud mengajak orang  berkepala  dingin terhadap kecenderungan bermatiraga berlebihan. Kali ini pula, pernyataannya bukan dimaksud mengajak orang memilih hidup sendirian agar bisa lebih memusatkan batin  pada Tuhan. Bukan ini arahnya. Jelas-jelas dikatakannya pada akhir petikan (1Kor 7:35), “Semua ini  kukatakan  untuk kepentingan kamu sendiri, bukan untuk menghalang-halangi kamu, sebaliknya supaya kamu melakukan yang patut, dan melayani Tuhan tanpa gangguan.”

Paulus menyarankan agar orang mendapatkan ketenteraman batin. Urusan duniawi, termasuk urusan keluarga, memang  dapat membebani. Ini kondisi manusia dan nyata. Tak bisa dielakkan. Tapi bisa dihadapi dengan menemukan pegangan di tengah-tengah itu semua. Menurut Paulus, dengan memusatkan perhatian pada Tuhan, maka kehidupan duniawi malah bakal dapat dihadapi  dengan tenang.

PENGUMUMAN KEDUA


Novena Ekaristi Seminar 2015 tahap pertama di Domus Pacis sudah diumumkan. Ini akan dilaksanakan besok tanggal 1Maret. Mgr. Pujosumarta, Uskup Agung Semarang, berkenan akan hadir dalam pembicaraan bertemakan Saya Tuwa Saya Sumeleh. Dengan tema ini para peserta akan diajak untuk makin mengembangkan sikap kerohanian. Pengembangan sikap amat penting dalam kehidupan. Di dalam kehidupan bisnis pun sikap atau attitude menempati 80% kekuatan untuk cerpainya hasil yang optimal. Bagi pertemuan novena ini, pembicaraan lebih dilatarbelakangi oleh dua hal: 1) Kaum tua/lansia dapat galau karena berbagai sebab seperti post power syndrome, derita sakit, kesendirian, dan perasaan tak terpakai bahkan terbuang; 2) Dalam keadaan seperti ini kaum tua/lansia dapat gelisah dan bertanya-tanya dalam lubuk hanya “Aku kudu piyé?

Dari pengumuman pertama ada empat orang yang mendaftarkan kelompoknya, yaitu Pak Roto (Paroki Pringgolayan), Bu Indah (Paroki Kotabaru), Bu Wito (Paroki Bintaran), dan satu umat dari Lingkungan Gamelan, Paroki Pugeran. Empat warga ini mencatatkan 19 orang peserta. Yang pokok adalah bahwa para peserta harus didaftarkan demi penyediaan konsumsi. Pendaftaran paling lambat 23 Februari 2015 ke Rama Bambang lewat HP no. 087834991969. Sedang dari pendaftar yang masuk matrik di bawah ini memberikan informasi:

01.  Lingkungan Sendowo, Kotabaru
6 orang
02.  Paroki Administratif Pringgolayan
8 orang
03.  Paroki Pugeran
2 orang
04.  Paroki Bintaran, Lingkungan Nicolas
3 orang

Sabda Hidup

Sabtu, 31 Januari  2015
Peringatan Wajib St. Yohanes Bosko
warna liturgi Putih
Bacaan:
Ibr. 11:1-2,8-19; Mzm. MT Luk. 1:69-70,71-72,73-75; Mrk. 4:35-41 BcO Rm. 11:13-24

Markus 4:35-41:
35 Pada hari itu, waktu hari sudah petang, Yesus berkata kepada mereka: "Marilah kita bertolak ke seberang." 36 Mereka meninggalkan orang banyak itu lalu bertolak dan membawa Yesus beserta dengan mereka dalam perahu di mana Yesus telah duduk dan perahu-perahu lain juga menyertai Dia. 37 Lalu mengamuklah taufan yang sangat dahsyat dan ombak menyembur masuk ke dalam perahu, sehingga perahu itu mulai penuh dengan air. 38 Pada waktu itu Yesus sedang tidur di buritan di sebuah tilam. Maka murid-murid-Nya membangunkan Dia dan berkata kepada-Nya: "Guru, Engkau tidak perduli kalau kita binasa?" 39 Iapun bangun, menghardik angin itu dan berkata kepada danau itu: "Diam! Tenanglah!" Lalu angin itu reda dan danau itu menjadi teduh sekali. 40 Lalu Ia berkata kepada mereka: "Mengapa kamu begitu takut? Mengapa kamu tidak percaya?" 41 Mereka menjadi sangat takut dan berkata seorang kepada yang lain: "Siapa gerangan orang ini, sehingga angin dan danaupun taat kepada-Nya?"

Renungan:
Suatu kali di sebuah keluarga anak-anak ribut bertengkar. Suara mereka begitu riuh memenuhi seluruh ruangan di rumah tersebut. Makin lama makin keras pertengkaran mereka. Ayahnya terbangun dan dengan suara keras menghardik anak-anaknya. Mereka pun diam mendengar bentakan ayahnya.
Gambaranku kala baca Injil ini Mrk. 4:35-41, aku terbayang kisah tadi. Yesus bagaikan ayah bagi alam ini. Ia menghardik taufan dan taufan pun diam mendengar gertakanNya. Ia menguasai taufan dan alam. Hardikannya meredakan angin.
Dalam kehidupan kadang memang dibutuhkan adanya hardikan untuk menenangkan suasana. Mereka yang berkelahi, bertengkar dan beradu mulut diam kala mendengar hardikan. Daya hardikan itu menguasai suasana dan menundukkan keributan.

Kontemplasi:
Tutuplah matamu. Hadirkan kisah dalam Injil Mrk. 4:35-41. Jadilah salah satu pemeran dalam kisah tersebut?

Refleksi:
Bagaimana pengalamanmu mengatasi keributan?

Doa:
Ya Yesus semoga aku mempunyai daya dan kecerdasan mengatasi keributan yang ada. Amin.

Perutusan:
Aku akan menenangkan suasana di sekitarku.

Thursday, January 29, 2015

7 PEMIKIRAN TENTANG KESABARAN YANG TAK LEKANG WAKTU

kesabaran

by admin dalam http://www.akuinginsukses.com 


“Tuhan menganugerahi kejeniusan tanpa kesabaran bagi seseorang, dan kesabaran bagi orang lain tanpa kejeniusan. Prestasi yang bisa diraih oleh gabungan kedua hal tersebut seringkali mengejutkan.”
– Walter C. Klein –

”Kesabaran merupakan mitra kebijakan.”
– St. Augustine –

“Jika saya berhasil membuat sebuah penemuan yang berharga, hal tersebut lebih merupakan hasil kesabaran saya dibandingkan dengan keahlian lain yang saya miliki.”
– Sir Isaac Newton –

Salah satu keahlian paling membantu yang dapat dimiliki oleh seseorang jika ia ingin bertumbuh adalah kesabaran. Kesabaran dan keuletan dapat membantu anda melalui semua tantangan.

Namun mengapa rasanya sulit untuk menjadi sabar? Dan bagaimana kesabaran dapat membantu anda dalam kehidupan?

Berikut merupakan tujuh pemikiran yang tak lekang waktu yang mungkin dapat membantu anda menjawab pertanyaan diatas.

1. Pemahaman Sosial Dapat Menghalangi Langkah Anda.

“Bagaimana masyarakat yang ada saat ini, dengan segala hal yang serba instan, dapat mengajarkan kesabaran pada para kaum muda?”
– Paul Sweeney –

Segala hal bergerak dengan sangat cepat dalam masyarakat saat ini. Segala hal yang bersifat instan sudah tertanam dalam pikiran banyak orang.

Saya tidak mengutarakan hal ini untuk menentang keadaan masyarakat saat ini. Saya mengatakan hal ini untuk memberikan sedikit penjelasan mengenai mengapa kesabaran sulit untuk dipahami dan digunakan untuk keuntungan anda.

Pemahaman sosial tidak terlalu memperhitungkan kesabaran. Tuntutan masyarakat saat ini adalah untuk melakukan sesuatu dengan segera. Dan setelah terbiasa dengan cara tersebut, anda mungkin ingin memiliki banyak hal dengan segera. Sehingga pemikiran mengenai kesabaran mungkin sedikit aneh.

2. Anda Akan Memperolehnya Dengan Kesabaran.

”Ia yang memiliki kesabaran, dapat memiliki apa yang ia inginkan.”
– Benjamin Franklin –

Pemikiran ini mungkin tidak begitu populer diantara orang-orang. Mereka mungkin tidak ingin mendengarnya. Namun hal inilah yang dilakukan oleh orang-orang sukses. Mereka bersabar.
Mungkin sebagian orang menganggap kesuksesan tersebut merupakan buah dari bakat besar yang mereka miliki. Bakat mungkin merupakan penyebabnya. Namun orang-orang mungkin tidak melihat kerja keras yang mereka lalui selama bertahun-tahun sebelum mereka mencapai kesuksesan. Atau mereka memilih untuk tidak melihat sisi lain tersebut dan merasionalisasi hal tersebut menjadi “bakat”. Sehingga mereka tidak harus memikirkan fakta bahwa mereka memiliki peluang untuk bekerja keras untuk mencapai kesuksesan tersebut. Bahkan peluang untuk mewujudkan impian yang mereka miliki saat ini.

Akan lebih mudah bagi sebagian orang untuk menyimpulkannya sebagai bakat, dan tetap memimpikan keberhasilan yang serba instan.

3. Jangan Menyerah.

”Kesabaran sangatlah penting; seseorang tidak bisa segera memanen lahan yang ia baru tanam.”
– Soren Kierkegaard –

“Bukan karena saya pintar, namun karena saya menghadapi masalah lebih lama.”
– Albert Einstein –

Karena masyarakat meminta kita untuk menemukan cara tercepat dalam melakukan sesuatu, maka sangatlah mudah bagi kita untuk menyerah setelah anda mengalami kegagalan hingga 5 kali. Hal tersebut sangatlah wajar, namun apa yang terjadi jika seseorang terus berusaha? Dan untuk setiap kegagalan orang tersebut semakin memperoleh lebih banyak keahlian untuk mengatasi masalah tersebut?

Saya berpendapat bahwa orang-orang membuat kesalahan dengan menyerah terlalu cepat. Pikiran anda mungkin memiliki kerangka waktu untuk mencapai kesuksesan. Kerangka semacam ini mungkin tidak berhubungan dengan kerangka berpikir anda dalam dunia nyata.

Cukup berguna jika anda melepaskan diri sejenak dari perspektif yang diiklankan dan membiarkan kenyataan meresap ke dalam pikiran anda. Belajarlah dari orang-orang yang telah mencapai tujuan yang anda inginkan. Ajak mereka bicara, bacalah apa yang mereka katakan dalam buku atau melalui internet. Hal ini tidak akan memberikan rencana secara utuh namun dapat memberikan anda perspektif yang diperlukan untuk mencapai tujuan anda.

Bukan berarti anda tidak pernah berhenti, namun hal semacam ini akan membantu anda bertahan anda lebih lama.

Dan hal ini juga bukan berarti anda harus melakukan hal yang sama berulang kali. Sebaiknya anda melakukan kerjanya dan memperoleh pengalaman. Ambil pelajaran dari apa yang bisa anda pelajari dari kehidupan nyata. Lalu ubahlah tindakan anda dan cobalah lagi.

4. Bersabar Memberikan Anda Keuntungan.

”Keunggulan yang diterima oleh orang lain dibandingkan dengan orang lain adalah tetap menjaga diri untuk tetap tenang dan memegang kendali dalam setiap keadaan.”
– Thomas Jefferson –

Sementara orang lain kehilangan kendali, anda bisa tetap tenang dan bersabar. Sementara orang lain menyerah setelah mencoba beberapa kali, anda terus mencoba. Sementara orang lain berlarian mencari solusi tercepat bagi masalah mereka, anda tetap bertahan di jalur anda.

5. Kesabaran Merupakan Bentuk Proteksi.

”Kesabaran merupakan perlindungan dari kesalahan sama halnya seperti pakaian melindungi anda dari rasa dingin. Jika anda mengenakan lebih banyak baju ketika udara semakin dingin, rasa dingin tidak akan memiliki pengaruh terhadap anda. Jika anda menumbuhkan rasa sabar dalam diri anda ketika anda melakukan kesalahan, kesalahan tersebut tidak akan berdampak apapun pada diri anda.”
– Leonardo Da Vinci –

Poin ini sangat bermanfaat bagi anda. Dengan kesabaran, kesalahan atau kegagalan tidak akan berakhir seperti akhir dunia. Kegagalan tidak lagi memiliki kekuatan emosional atas diri anda hingga membuat anda menyerah. Jika anda tetap mengerjakan apa yang anda yakini dan terus menyesuaikan cara anda melakukan sesuatu maka kehidupan anda akan membaik.

6. Bangunlah Kesabaran.

”Kesabaran tidak dapat diperoleh dalam waktu semalam. Membangun kesabaran sama halnya dengan membangun otot. Setiap hari anda harus mengusahakannya.”
– Eknath Easwaran –

”Kita tidak akan pernah belajar menjadi berani dan sabar jika hanya ada sukacita di dunia ini.”
– Helen Keller –

Semakin anda bersabar, semakin mudah hal-hal di sekeliling anda. Kesabaran sama seperti otot yang anda bangun selama bertahun-tahun.

Seperti yang dikatakan Keller, kehidupan dapat mengajarkan anda menjadi lebih sabar. Dalam masa-masa sulit kadang anda tidak memiliki pilihan lain selain untuk bersabar. Masa-masa inilah yang akan memperkuat kesabaran anda.

Ketika kita muda kita memperoleh hal-hal yang kita inginkan dengan mudah dari orang tua dan orang dewasa lain. Ketika beranjak dewasa kita balajar bahwa orang-orang tidak memberikan semua yang kita inginkan. Jika kita menginginkan sesuatu kita harus belajar untuk bersabar.

Jika tidak, maka kita akan terperangkap dalam situasi dimana kita mengambil hal-hal tidak sesuai dengan keinginan anda. Hal ini bisa menimbulkan rasa ketidakpuasan dalam diri anda.

7. Bersabarlah Dengan Diri Anda Sendiri.

“Bersabarlah dalam segala hal, namun yang terpenting adalah bersabar terhadap diri anda sendiri. Jangan sampai keberanian anda hilang karena anda menyadari ketidaksempurnaan anda, sebaliknya berpikirlah untuk memperbaikinya – setiap hari mulailah dengan baru.”
– St. Francis de Sales –

Hal ini sangatlah penting untuk anda ingat jika anda dalam tahap mengembangkan kepribadian serta kehidupan anda. Karena hal-hal mungkin tidak selalu sesuai dengan apa yang anda inginkan. Anda akan mengalami kegagalan, anda akan menyerah karena merasa takut, anda akan melakukan hal-hal yang anda tahu seharusnya tidak anda lakukan.

Jangan menjatuhkan diri anda sendiri atau menyerah. Bersabarlah dengan diri anda sendiri. Dan cobalah lagi keesokan harinya.