Pages

Subscribe:
/
  • Domus Pacis

    Domus Pacis atau Rumah Damai berada di Puren, Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta. Di rumah ini sedang dikembangkan pastoral ketuaan. "Tua tak mungkin terlambat datangnya, namun renta bisa ditunda hadirnya"

  • Indahnya di usia tua

    Tua namun tak renta, sakit tak sengsara, Mati masuk surga

  • Tua Yang Bijaksana

    Menjadi Tua itu kepastian, namun tua yang bijaksana itu suatu perjuangan.

Saturday, February 28, 2015

TAHUN HIDUP BAKTI (2)

Beberapa rama Domus Pacis membuat refleksi mini sekitar PEGALAMAN IMAMATnya.
Hal ini dilakukan dalam rangka refleksi untuk mengisi Tahun Hidup Bakti.

Rama Yadi:
Ada seorang suster (adik saya) sakit dan menyiapkan tongkat penyangga, katanya persiapan jompo. Saya sudah 15 tahun pakai kursi roda tapi masih bisa menjalani pelayanan.

Rama Harto:
Di dalam panggilan hidup bakti orang harus bersedia dipertimbangkan di hadapan Tuhan dan manusia.

Rama Bambang:
Untuk naik transportasi umum rasanya sudah tak mungkin sehingga pelayanan jauh jadi muskil, tetapi anugerah www.domuspacispuren.blogspot.com membuat saya sehari rata-rata 150 kali menerima tamu lintas negara.
 
Rama Agoeng:
Menjelajah aneka kemungkinan untuk mewujudkan perutusan.

Sabda Hidup

Minggu, 01 Maret 2015
HARI MINGGU PRAPASKAH II
warna liturgi Ungu
Bacaan:
Kej. 22:1-2,9a,10-13,15-18; Mzm. 116:10,15,16-17,18-19; Rm. 8:31b-34; Mrk. 9:2-10. BcO Ul. 18:1-22

Markus 9:2-10:
2 Enam hari kemudian Yesus membawa Petrus, Yakobus dan Yohanes dan bersama-sama dengan mereka Ia naik ke sebuah gunung yang tinggi. Di situ mereka sendirian saja. Lalu Yesus berubah rupa di depan mata mereka, 3 dan pakaian-Nya sangat putih berkilat-kilat. Tidak ada seorangpun di dunia ini yang dapat mengelantang pakaian seperti itu. 4 Maka nampaklah kepada mereka Elia bersama dengan Musa, keduanya sedang berbicara dengan Yesus. 5 Kata Petrus kepada Yesus: "Rabi, betapa bahagianya kami berada di tempat ini. Baiklah kami dirikan tiga kemah, satu untuk Engkau, satu untuk Musa dan satu untuk Elia." 6 Ia berkata demikian, sebab tidak tahu apa yang harus dikatakannya, karena mereka sangat ketakutan. 7 Maka datanglah awan menaungi mereka dan dari dalam awan itu terdengar suara: "Inilah Anak yang Kukasihi, dengarkanlah Dia." 8 Dan sekonyong-konyong waktu mereka memandang sekeliling mereka, mereka tidak melihat seorangpun lagi bersama mereka, kecuali Yesus seorang diri. 9 Pada waktu mereka turun dari gunung itu, Yesus berpesan kepada mereka, supaya mereka jangan menceriterakan kepada seorangpun apa yang telah mereka lihat itu, sebelum Anak Manusia bangkit dari antara orang mati. 10 Mereka memegang pesan tadi sambil mempersoalkan di antara mereka apa yang dimaksud dengan "bangkit dari antara orang mati."

Renungan:
Yesus mengajak 3 orang muridNya (Petrus, Yakobus dan Yohanes) menyendiri di gunung. Di sana ketiga orang murid itu boleh mengalami kemuliaan Yesus. Peristiwa itu hanya mereka yang menyaksikan. Sembilan rasul lain tidak.
Tampaknya 3 orang murid Yesus ini dipersiapkan menjadi tokoh bagi para murid yang lain. Mereka bisa dikatakan sebagai kelompok elit di seputaran Yesus. Pada mereka dihadirkan kesaksian Yesus yang istimewa.
Dalam lingkungan sekitar kita sering juga ada kelompok-kelompok elit. Salahkah itu? Tentu kita tidak bisa begitu saja menyalahkan. Namun kehadiran mereka tidak bisa kita pungkiri. Pada merekalah hal-hal khusus disampaikan. Mereka mempunyai tugas istimewa untuk menerima dan mengolah segala sesuatu menjadi kebijakan yang menjamin kesejahteraan banyak orang. Mereka juga memegang aneka rahasia yang hanya bisa diungkap pada masa-masa tertentu (bdk. Mrk 9:9-10).

Kontemplasi:
Baca dan bayangkan Injil Mrk 9:2-10. Jadilah salah satu tokoh dari bacaan tersebut.

Refleksi:
Apa artinya menjadi orang yang terpilih?

Doa:
Tuhan sudilah Engkau mendampingi orang-orang pilihanMu. Semoga mereka mampu menyampaikan pesanMu dengan bijak. Amin.

Perutusan:
Aku akan berdoa bagi mereka yang terpilih. 

Lamunan Pekan Prapaskah II

Minggu, 1 Maret 2015

Markus 9:2-10

9:2 Enam hari kemudian Yesus membawa Petrus, Yakobus dan Yohanes dan bersama-sama dengan mereka Ia naik ke sebuah gunung yang tinggi. Di situ mereka sendirian saja. Lalu Yesus berubah rupa di depan mata mereka,
9:3 dan pakaian-Nya sangat putih berkilat-kilat. Tidak ada seorangpun di dunia ini yang dapat mengelantang pakaian seperti itu.
9:4 Maka nampaklah kepada mereka Elia bersama dengan Musa, keduanya sedang berbicara dengan Yesus.
9:5 Kata Petrus kepada Yesus: "Rabi, betapa bahagianya kami berada di tempat ini. Baiklah kami dirikan tiga kemah, satu untuk Engkau, satu untuk Musa dan satu untuk Elia."
9:6 Ia berkata demikian, sebab tidak tahu apa yang harus dikatakannya, karena mereka sangat ketakutan.
9:7 Maka datanglah awan menaungi mereka dan dari dalam awan itu terdengar suara: "Inilah Anak yang Kukasihi, dengarkanlah Dia."
9:8 Dan sekonyong-konyong waktu mereka memandang sekeliling mereka, mereka tidak melihat seorangpun lagi bersama mereka, kecuali Yesus seorang diri.
9:9 Pada waktu mereka turun dari gunung itu, Yesus berpesan kepada mereka, supaya mereka jangan menceriterakan kepada seorangpun apa yang telah mereka lihat itu, sebelum Anak Manusia bangkit dari antara orang mati.
9:10 Mereka memegang pesan tadi sambil mempersoalkan di antara mereka apa yang dimaksud dengan "bangkit dari antara orang mati."

Butir-butir Permenungan
  • Tampaknya, kalau menemukan orang dan atau tempat yang cocok dan menyentuh hati, orang akan merasa senang. Orang dapat merasa kerasan dan ingin meneruskan kebersamaan dengan orang itu dan atau terus berada di tempat itu.
  • Tampaknya, kalau merasa diceriakan oleh acara pertemuan tertentu, orang akan menginginkan ada pertemuan yang sama. Orang dapat mengusulkan agar pertemuan itu menjadi peristiwa yang dirutinkan.
  • Tetapi BISIK LUHUR berkata bahwa peristiwa yang sungguh memberikan kebahagiaan hidup tidak datang dari keajegan dan kemamanannya tetapi karena tidak terjebak pada pola rutinitas dan kemapanan. Dalam yang ilahi karena kemesraannya dengan gema relung hati orang akan menjadi dinamis dan hidupnya selalu terbuka pada yang baru dan diperbarui.
Ah, perubahan itu berbahaya untuk menjaga yang sudah ada.

Friday, February 27, 2015

Ulasan Eksegetis Injil Mingggu Prapaskah II/B 01 Maret 2015


 Mrk 9:2-10

 TERANG BATIN DAN HIKMAT

Rekan-rekan yang baik!

Dikisahkan dalam Mrk 9:2-10 yang dibacakan pada hari Minggu Prapaskah II tahun B bagaimana Yesus yang mengajak tiga orang muridnya, yakni Petrus, Yakobus, dan Yohanes naik ke sebuah gunung yang tinggi. Di sana mereka melihat sisi lain dari pribadi Yesus. Ia “berubah rupa dan pakaiannya pun bersinar putih berkilauan”. Tampak juga kepada mereka Elia dan Musa yang sedang berbicara dengan Yesus. Petrus spontan ingin mendirikan tiga kemah bagi masing-masing. Saat itu juga terdengar suara yang menyatakan bahwa “Inilah AnakKu yang terkasih , dengarkanlah dia!” Ketika para murid “memandangi sekeliling”, artinya sadar kembali masih menjejak bumi ini, hanya Yesus seorang dirilah yang mereka lihat. Apa arti peristiwa penampakan kemuliaan ini? Apa maksud larangan agar para murid tidak menceritakan penglihatan mereka sebelum “Anak Manusia” bangkit dari antara orang mati? (ay. 9-10)

Pada awal petikan disebutkan “enam hari kemudian”. Markus bermaksud merangkaikan kejadian ini dengan pengakuan Petrus bahwa Yesus itu Mesias (Mrk 8:29) dan pernyataan Yesus sendiri bahwa dirinya sepenuhnya hidup dan dibimbing Yang Maha Kuasa, juga dalam mengalami penderitaan. Inilah artinya Anak Manusia (8:31). Sebutan ini muncul kembali pada akhir petikan ini. Selang waktu enam hari dalam Injil Markus tidak usah diartikan sebagai 6 x 24 jam. Itu cara menyebut tenggang waktu yang cukup untuk menyadari pengalaman batin mengenai pernyataan-pernyataan tadi. Dalam petikan yang diperdengarkan hari ini, pengalaman tadi didalami lebih lanjut.

GUNUNG YANG TINGGI

Dalam Alkitab acap kali gunung yang tinggi digambarkan sebagai tempat orang bertemu dengan Yang Maha Kuasa dalam kebesaran-Nya. Di situ Ia menyatakan kehendak-Nya. Di puncak Sinai turunlah Sabda Tuhan kepada Musa; di sana juga Musa menerima loh batu, yakni Taurat, yang kemudian dibawakan kepada umat dan menjadi pegangan hidup mereka (Kel 24: 12-18). Juga nabi Elia berjalan 40 hari 40 malam sampai ke gunung Horeb dan di sana ia menerima penugasan dari Allah untuk menunjukkan kewibawaan-Nya kepada raja Israel (1Raj 19:8-18). Pembaca zaman itu akan segera menangkap motif berjumpa dengan Allah di gunung yang tinggi dengan penugasan khusus seperti terjadi pada Elia dan Musa. Tokoh-tokoh itu juga tampil dalam peristiwa kali ini.
Dalam petikan hari ini dikatakan Yesus membawa serta Petrus, Yakobus, dan Yohanes ke atas gunung. Apa artinya pengisahan ini? Mereka ini murid-murid paling dekat. Ketiga murid itu juga nanti jelas-jelas disebut Markus diajak Yesus menyertainya di taman Getsemani (Mrk 14:33, bdk. Mat 26:37). Mereka diperbolehkan menyelami batin Yesus, baik sisi kebesarannya, seperti kali ini, maupun sisi paling manusiawinya nanti di Getsemani. Yesus itu pribadi yang bisa dikenali dan membiarkan diri dikenali. Dan pengalaman ini betul-betul bisa ikut dialami. Sejauh mana mereka dapat memasukinya adalah soal lain. Yang penting ada orang-orang yang mengikutinya yang diajak berbagi pengalaman batin. Pengalaman batin yang mana?

BERUBAH RUPA

Di atas gunung itu Yesus “berubah rupa”. Pakaiannya jadi putih berkilauan. Dalam cara bicara orang waktu itu, pakaian membuat sosok yang berpakaian itu dilihat dan dikenal. Jadi maksudnya, sosok Yesus dilihat sebagai penuh cahaya. Kerap gambaran ini ditafsirkan sebagai pernyataan kebesarannya. Dan memang benar. Namun ada latar yang dalam yang patut dikenali pula. Rumus berkat dalam Bil 6:25 dapat membantu kita mengerti kedalamannya. Ayat ini ialah salah satu dari tiga pasang berkat yang boleh diucapkan oleh imam Harun bagi umat (Bil 6:24-27). Bunyinya: “Tuhan menyinari engkau dengan wajah-Nya dan memberi engkau kasih karunia”. Sinar yang terpancar dari wajah Tuhan dijajarkan dengan kasih karunia yang diberikan-Nya. Dengan latar alam pikiran ini, bisa dipahami bila sosok Yesus menjadi terang bercahaya itu karena dipenuhi kasih karunia Yang Maha Kuasa. Sebentar kemudian juga terdengar suara dari awan-awan “Inilah AnakKu yang terkasih!” Pembaca zaman kini sebaiknya menyadari bahwa kita tidak diajak melihat peristiwa itu atau diajak membayang-bayangkannya. Yang disampaikan di situ ialah pengalaman batin ketiga murid terdekat tadi. Saat itu mereka melihat Yesus sebagai orang yang terberkati secara khusus, sebagai orang yang disinari terang wajah Yang Maha Kuasa, dan menerima kasih karunia-Nya. Pengalaman inilah yang mereka bagikan kepada generasi selanjutnya lewat Injil. Karena itu, kita dapat ikut menikmati buahnya tanpa mendapat penampakan seperti itu sendiri. Pengalaman rohani dalam retret dan latihan rohani acap kali lebih baik dibahasakan sebagai menikmati buah hasil pengalaman para murid tadi daripada sebagai penglihatan mistik secara langsung.

Dalam Pengkhotbah 8:1 disebutkan, hikmat kebijaksanaan membuat wajah orang menjadi bersinar. Yesus ditampilkan Injil sebagai orang yang penuh dengan hikmat kebijaksanaan. Hikmat kebijaksanaan ialah ujud kehadiran ilahi yang nyata di tengah-tengah masyarakat manusia. Dikatakan juga dalam ayat kitab Pengkhotbah tadi bahwa sinar wajah berkat kebijaksanaan tadi mengubah “kekerasan wajah” orang. Dalam cara bicara Ibrani, wajah yang terang bersinar berlawanan bukan dengan wajah gelap dan sayu, melainkan dengan wajah penuh ungkapan kekerasan, kelaliman dan menakutkan. Dalam diri Yesus kini berdiamlah kebijaksanaan ilahi. Cahaya kasih karunia ilahi inilah yang akan menyingkirkan sisi-sisi kekerasan dari kemanusiaan. Inilah yang mulai disadari ketiga murid tadi.

SUARA DARI ATAS

Ketiga murid tadi juga melihat Elia dan Musa bercakap-cakap dengan Yesus. Markus tidak menyebutkan isi pembicaraan mereka. Juga Matius tidak merincikannya. Boleh jadi memang Markus bermaksud mengatakan isi pembicaraan itu bukan hal penting lagi. Yang lebih penting ialah mengalami bahwa Yesus itu seperti tokoh-tokoh besar yang akrab dengan Allah sendiri. Dari Injil Lukas diketahui sedikit tentang pembicaraan mereka. Musa dan Elia disebutkan berbicara dengan Yesus mengenai “tujuan perjalanan”, Yunaninya “exodos”-nya, Yesus (Luk 9:31) yang kini sedang menuju Yerusalem. Di sanalah ia nanti membawa keluar kemanusiaan dari kungkungan keberdosaan menuju ke kehidupan baru. Tokoh-tokoh besar yang akrab dengan Allah itu kini menyertai perjalanan Yesus ke sana.

Bagaimanapun juga, reaksi Petrus yang dicatat ketiga Injil menunjukkan bahwa para murid tidak serta merta menangkap arti penglihatan tentang Elia dan Musa tadi. Petrus ingin mendirikan kemah bagi ketiga tokoh itu. Hikmat kebijaksanaan dan kasih karunia seolah-olah bisa dinikmati kehadirannya tanpa hubungan dengan umat manusia di luar sana. Ini malah cenderung membatasi ruang gerak kebijaksanaan.

Mereka mendengar suara dari atas yang menyatakan bahwa Yesus itu “AnakKu yang terkasih”. Artinya, ia sedemikian dekat dengan Dia yang ada di atas sana dan mendapatkan semua dari-Nya. Pernyataan tadi diikuti dengan seruan untuk mendengarkannya. Ia dapat memperdengarkan kebijaksanaan ilahi karena hikmat telah memenuhi dirinya.

MENGENDAPKAN PENGALAMAN BATIN

Ketika keluar dari pengalaman batin yang kuat tadi, ketiga murid itu hanya mendapati Yesus seorang diri. Mereka kembali ke pengalaman sehari-hari. Tapi kali ini keadaannya berbeda. Mereka baru saja melihat bagaimana Yesus mendapat terang ilahi sepenuh-penuhnya. Namun demikian, pengalaman batin ini masih perlu mereka endapkan agar tidak tercampur baur dan malah membuat mereka lupa daratan. Dalam bahasa sekarang, masih butuh diintegrasikan dengan kehidupan yang nyata, bukan untuk dibangga-banggakan.

Karena itulah mereka dilarang menyiarkan apa yang mereka lihat di gunung tadi. Bukannya mereka diminta merahasiakannya. Mereka diharapkan menyadari artinya bagi kehidupan mereka sendiri terlebih dahulu. Dikatakan, larangan itu diberikan sampai Anak Manusia dibangkitkan dari antara orang mati. Maksudnya, lebih dari sekedar menanti sampai waktu Paskah. Murid-murid diminta agar semakin menyadari siapa sebenarnya Yesus itu: dia yang nanti bangkit mengatasi maut, yang mendapat kasih karunia sedemikian penuh sehingga kematian nanti tak lagi menguasainya. Ia malah mendapatkan kehidupan baru bagi kemanusiaan.

Tidak usah orang zaman ini merasa terdorong melihat penampakan kebesaran Yesus seperti tiga murid tadi. Juga tidak semua murid Yesus waktu itu ikut melihatnya demikian. Bagian kita seperti bagian para pembaca Injil awal, yakni menyadari dan mengerti siapa Yesus itu lewat pengalaman batin ketiga murid tadi. Seperti mereka, baru bila kesadaran ini sudah menyatu dalam kehidupan, maka kita dapat merasa diperbolehkan menyiarkannya. Kita tidak diminta begitu saja menceritakan gebyarnya Yesus. Kita diajak menekuni siapa dia itu bagi kita dan bila sudah makin terang bagi kita sendiri, maka kita baru bisa membawakannya kepada orang lain. Yesus sendiri baru mulai memperkenalkan siapa Allah setelah ia dinyatakan sebagai Anak yang terkasih-Nya ketika dibaptis (Mrk 1:11 Mat 3:17 Luk 3:22) dan akan semakin membawakan-Nya ketika sekali lagi dinyatakan sebagai Anak-Nya yang terkasih dalam peristiwa di gunung kali ini (Mrk 9:7 Mat 17:5 Luk 9:35). Inilah teologi pewartaan yang disarankan dalam petikan Injil hari ini.

DARI BACAAN  KEDUA (Rm 8:31a-34)

Dalam bagian suratnya kepada umat di Roma yang dibacakan kali ini, Paulus menegaskan bahwa orang yang percaya bakal dilindungi oleh Yang Mahakuasa sendiri tanpa hitung menghitung. Bahkan Ia rela mengorbankan orang yang paling dekat dengan-Nya sendiri, “anak-Nya”, demi membela kemanusiaan. Itulah pemahaman Paulus  mengenai peristiwa penyaliban Yesus – dan juga kebangkitannya yang menjadi tanda bahwa pengorbanannya tidak sia-sia.

Gambaran mengenai kebesaran serta kerelaan ilahi ini menggemakan kisah pengorbanan Abraham akan  Ishak yang diperdengarkan dalam bacaan  pertama (Kej 22:1-2; 9a,10-13, 15-18). Dalam kedua bacaan ini diketemukan kata serta gagasan “tidak menyayangkan” orang yang amat dekat dan dikasihi, lihat Kej 22:16 dan Rm 8:32. Dalam kitab Kejadian, kisah ini diceritakan bukan semata-mata untuk menampilkan keberanian serta iman Abraham melainkan terutama untuk menunjukkan betapa besarnya kesetiaan Allah sendiri pada janji-Nya kepada Abraham. Paulus memahami peristiwa ini lebih dalam. Seperti  Abraham yang tidak menyayangkan anaknya satu-satunya yang terkasih – Ishak – begitu pula Allah: Ia tidak menyayangkan Yesus, Anak-Nya, demi orang banyak. Inilah yang terpikir Paulus.

Tapi ada yang lebih. Dalam kisah Abraham, Ishak tidak jadi dikorbankan karena suruhan mengorbankan hanyalah batu ujian dan petunjuk mengenai kesetiaan. Yesus mati di  salib. Ia korban sungguhan. Allah berani kehilangan orang yang paling dekat pada-Nya agar banyak orang melihat keberanian-Nya dan percaya. Orang yang membiarkan diri dibuat percaya bakal selamat, bakal tahan dicobai. Tak bakal terhukum karena yang bakal bisa menghukum, yakni Allah dan Kristus yang kini duduk di sisi-Nya justru telah mau mengorbankan diri agar manusia tak terhukum. Inilah teologi Paulus. Ini juga penjelasan mengapa ia mengajak agar orang menjadi percaya akan kebesaran ilahi.

Ilustrasi: Terang batin dan Himat – www.hidupkatolik.com

Lamunan Pekan Prapaskah I

Sabtu, 28 Februari 2015

Matius 5:43-48

5:43. Kamu telah mendengar firman: Kasihilah sesamamu manusia dan bencilah musuhmu.
5:44 Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu.
5:45 Karena dengan demikianlah kamu menjadi anak-anak Bapamu yang di sorga, yang menerbitkan matahari bagi orang yang jahat dan orang yang baik dan menurunkan hujan bagi orang yang benar dan orang yang tidak benar.
5:46 Apabila kamu mengasihi orang yang mengasihi kamu, apakah upahmu? Bukankah pemungut cukai juga berbuat demikian?
5:47 Dan apabila kamu hanya memberi salam kepada saudara-saudaramu saja, apakah lebihnya dari pada perbuatan orang lain? Bukankah orang yang tidak mengenal Allahpun berbuat demikian?
5:48 Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna."

Butir-butir Permenungan
  • Tampaknya, ada gambaran umum bahwa yang sungguh sempurna hanyalah Tuhan yang tidak memiliki kekurangan apapun. Orang tak memiliki kesempurnaan karena hanya mendapatkan bagian dari kekuatan-Nya.
  • Tampaknya, walau sadar kekurangan, orang ingin menjadi sempurna paling tidak pada kekuatan atau kemampuannya. Orang dapat selalu mengasah dan mengembangkan kemampuannya agar sempurna dalam pengetrapannya.
  • Tetapi BISIK LUHUR berkata bahwa kesempurnaan sejati amat berkaitan dengan sikap batin terbuka atas kebaikan yang dimiliki agar dapat dinikmati oleh orang-orang lain siapapun atau tidak. Dalam yang ilahi karena kemesraannya dengan gema relung hati orang akan membiarkan siapa saja, termasuk orang buruk bahkan musuh, menikmati kebaikannya.
Ah, bagaimanapun musuh harus disingkirkan agar tak membahayakan diri.

Sabda Hidup

Sabtu, 28 Februari 2015
Hari biasa Pekan I Prapaskah
warna liturgi Ungu
Bacaan:
Ul. 26:16-19; Mzm. 119:1-2,4-5,7-8; Mat. 5:43-48. BcO Ul. 16:1-17

Matius 5:43-48:
43 Kamu telah mendengar firman: Kasihilah sesamamu manusia dan bencilah musuhmu. 44 Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu. 45 Karena dengan demikianlah kamu menjadi anak-anak Bapamu yang di sorga, yang menerbitkan matahari bagi orang yang jahat dan orang yang baik dan menurunkan hujan bagi orang yang benar dan orang yang tidak benar. 46 Apabila kamu mengasihi orang yang mengasihi kamu, apakah upahmu? Bukankah pemungut cukai juga berbuat demikian? 47 Dan apabila kamu hanya memberi salam kepada saudara-saudaramu saja, apakah lebihnya dari pada perbuatan orang lain? Bukankah orang yang tidak mengenal Allahpun berbuat demikian? 48 Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna."

Renungan:
Dalam kehidupan sehari-hari kita disuguhi aneka macam perwujudan balas dendam. Suatu kejahatan dibalas dengan kejahatan yang lain. Dua hari terakhir ini kita mendapat berita tentang pembakaran begal motor. Si pembegal yang telah meresahkan masyarakat ditangkap dan dibakar hidup-hidup.
Yesus mengajarkan hal yang sangat berbeda. "Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu" (Mat 5:44). Yesus meminta kita mendoakan yang menganiaya kita dan mengasihi musuh.
Ajakan Yesus memang tidak mudah. Namun ajakan ini sungguh sangat perlu untuk memutus rantai balas dendam. Dengan mengasihi musuh dan mendoakan yang menganiaya maka dorongan kejahatan itu akan dihentikan. Dan rasanya musuh yang dikasihi pada saatnya aku luluh dan tidak memusuhi lagi.

Kontemplasi:
Pejamkan matamu. Hadirkan dalam bayanganmu orang yang selalu memusuhimu. Tataplah dengan lembut dan doakan dia.

Refleksi:
Bagaimana mengasihi musuh dan mendoakan yang menganiaya anda?

Doa:
Tuhan, sudilah Engkau melembutkan hati mereka yang memusuhi dan menganiaya aku. Amin.

Perutusan:
Aku akan menghadapi yang memusuhi dan menganiayaku dengan kasih. -nasp-

Thursday, February 26, 2015

KIAT HILANGKAN KESEPIAN LANSIA (LANJUT USIA)

dari http://pemulihanjiwa.com

Sudiati (70th) menunjukkan kemampuannya membuat kerajinan merajut dari benang wol saat Peringatan Hari Lanjut Usia Nasional tingkat Provinsi Jawa Barat di halaman belakang Gedung Sate, Bandung.

Pada umumnya, para lanjut usia mengalami perasaan kesepian karena kehilangan hal-hal yang dimilikinya semasa muda seperti kebugaran dan penampilan fisik. Untuk mengatasi rasa kesepian tersebut, dr. Erlina Sutjadi dari Departemen Kesehatan Jiwa Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Soebroto menyampaikan beberapa kiat.

“Kuncinya sebenarnya penerimaan diri dalam siklus kehidupan, itu yang paling sulit, dan sadari kalau sehat, cantik, bahagia, datang dari diri sendiri,” katanya dalam seminar Memperoleh Masa Tua dengan Cantik Sehat Bugar dan Bahagia dalam rangka hari ulang tahun RSPAD, Jakarta,

Menurur dr. Erlina, untuk menghilangkan kesepian, para lansia harus memelihara kemandirian, meskipun masih membutuhkan orang lain, namun tidak bergantung.

Kemudian, para lansia harus dapat mengenali diri sendiri. “Kenalilah diri sendiri, kenali perasaan kita, dan apa penyebabnya, lalu selesaikan masalahnya,” katanya.

Selain itu, para lansia harus tetap melakukan aktivitas yang berguna bagi dirinya dan orang lain dengan membuat pengaturan waktu. “Dengan olahraga yang teratur, membaca, ikut pertemuan keluarga, reuni dengan teman-teman, dan kegiatan keagamaan,” katanya.

Para lansia cenderung merasa kesepian yang merupakan gejala depresi disebabkan rasa kehilangan seperti kehilangan pasangan hidup, anak-anak yang sudah berkeluarga, teman-teman, jabatan atau pekerjaan, pendapatan, serta penampilan fisiknya karena penuaan.

“Untuk memperoleh masa tua yang cantik, sehat dan bugar, perlu mempersiapkan diri dari sekarang, menanamkan informasi tentang perubahan-perubahan kehidupan,” imbuh dr. Erlina.

KOMPAS.com -

Sabda Hidup

Jumat, 27 Februari 2015
S. Gabriel dari Bunda Berdukacita
warna liturgi Ungu
Bacaan:
Yeh. 18:21-28; Mzm. 130:1-2,3-4ab,4c-6,7-8; Mat. 5:20-26. BcO Ul. 15:1-18

Matius 5:20-26:
20 Maka Aku berkata kepadamu: Jika hidup keagamaanmu tidak lebih benar dari pada hidup keagamaan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, sesungguhnya kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga. 21 Kamu telah mendengar yang difirmankan kepada nenek moyang kita: Jangan membunuh; siapa yang membunuh harus dihukum. 22 Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang marah terhadap saudaranya harus dihukum; siapa yang berkata kepada saudaranya: Kafir! harus dihadapkan ke Mahkamah Agama dan siapa yang berkata: Jahil! harus diserahkan ke dalam neraka yang menyala-nyala. 23 Sebab itu, jika engkau mempersembahkan persembahanmu di atas mezbah dan engkau teringat akan sesuatu yang ada dalam hati saudaramu terhadap engkau, 24 tinggalkanlah persembahanmu di depan mezbah itu dan pergilah berdamai dahulu dengan saudaramu, lalu kembali untuk mempersembahkan persembahanmu itu. 25 Segeralah berdamai dengan lawanmu selama engkau bersama-sama dengan dia di tengah jalan, supaya lawanmu itu jangan menyerahkan engkau kepada hakim dan hakim itu menyerahkan engkau kepada pembantunya dan engkau dilemparkan ke dalam penjara. 26 Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya engkau tidak akan keluar dari sana, sebelum engkau membayar hutangmu sampai lunas.


Renungan:
Dalam beberapa percakapan ada yang menganggap enteng hidup keagamaan. Mereka tidak perhatian dengan hal-hal yang berbau rohani. Ada yang sempat mengungkap, "Ngapain ikut misa terus tapi hidupnya tidak menunjukkan tanda-tanda orang beriman. Mending tidak ikut misa tapi peduli dengan sesama."
Yesus masih memandang penting hidup keagamaan. "Jika hidup keagamaanmu tidak lebih benar dari pada hidup keagamaan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, sesungguhnya kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga" (Mat 5:20). Ia mengajak kita untuk benar dalam hidup keagamaan.
Bagaimanapun iman kepercayaan kita adalah iman kepercayaan dalam satu communio. Kita percaya pada Yesus karena kepercayaan para rasul dalam persekutuannya. Mereka menghayati itu dalam aneka hidup keagamaannya. Kalau kita mau meneguhkan iman kita kita tetap perlu menjaga dan menghidupi keagamaan kita. Dan kehidupan keagamaan itu menyemangati hidup harian. Keduanya berkesinambungan, tak terpisah.

Kontemplasi:
Ambilah sikap doa. Hadirkan hidup keagamaanmu. Amatilah hidup keagamaanmu.

Refleksi:
Mengapa anda perlu menjaga dan memelihara hidup keagamaanmu?

Doa:
Tuhan, semoga aku tekun dalam menghidupi hidup keagamaanku. Dan semoga hidup keagamaanku benar. Amin.

Perutusan:
Aku akan membangun hidup keagamaanku secara benar.

Lamunan Pekan Prapaskah I

Jumat, 27 Februari 2015

Matius 5:20-26

5:20 Maka Aku berkata kepadamu: Jika hidup keagamaanmu tidak lebih benar dari pada hidup keagamaan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, sesungguhnya kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga.
5:21. Kamu telah mendengar yang difirmankan kepada nenek moyang kita: Jangan membunuh; siapa yang membunuh harus dihukum.
5:22 Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang marah terhadap saudaranya harus dihukum; siapa yang berkata kepada saudaranya: Kafir! harus dihadapkan ke Mahkamah Agama dan siapa yang berkata: Jahil! harus diserahkan ke dalam neraka yang menyala-nyala.
5:23 Sebab itu, jika engkau mempersembahkan persembahanmu di atas mezbah dan engkau teringat akan sesuatu yang ada dalam hati saudaramu terhadap engkau,
5:24 tinggalkanlah persembahanmu di depan mezbah itu dan pergilah berdamai dahulu dengan saudaramu, lalu kembali untuk mempersembahkan persembahanmu itu.
5:25 Segeralah berdamai dengan lawanmu selama engkau bersama-sama dengan dia di tengah jalan, supaya lawanmu itu jangan menyerahkan engkau kepada hakim dan hakim itu menyerahkan engkau kepada pembantunya dan engkau dilemparkan ke dalam penjara.
5:26 Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya engkau tidak akan keluar dari sana, sebelum engkau membayar hutangmu sampai lunas.

Butir-butir Permenungan
  • Tampaknya, agama biasa memberikan patokan untuk warganya. Patokan yang berisi berbagai tata kebiasaan, upacara, dan organisasi menjadi pegangan penghayatan keagamaan.
  • Tampaknya, dengan memperhatikan berbagai perintah agama orang ada dalam kebenaran hidup beragama. Dengan menjalani sesuai patokan agama orang dapat merasa hidupnya ada dalam kebenaran.
  • Tetapi BISIK LUHUR berkata bahwa kebenaran yang hanya berdasarkan tata aturan keagamaan barulah benar secara lahiriah dan belum sampai benar utuh manusiawi apabila penghayatan agama tidak berada dalam kubang kesegaran kedalaman batiniah. Dalam yang ilahi karena kemesraannya dengan gema relung hati orang akan menjalani berbagai aturan dan tata agama yang mengalir dari dan bermuara ke kedalaman batin.

Ah, untuk sungguh benar yang jadi pokok adalah jalani aturan agama.

Wednesday, February 25, 2015

FR. VIAN DAN FR. WILI


"Rama, kami berdua adalah Frater TOR dari Lawang. Kami live in di Kanisius. Rama Irawan minta kami mengunjungi para rama di Domus Pacis" kata salah seorang dari 2 orang pemuda yang pada tanggal 19 Februari 2015 datang di kamar Rama Bambang. Ternyata frater atau calon imam yang bicara itu adalah Frater Vian dan yang lain adalah Frater Wili. Mereka adalah calon imam yang ada di Tahun Orientasi Rohani (TOR) lintas Keuskupan dari kota Lawang, Keuskupan Malang. Pembimbing TOR Lawang adalah Rama Irawan, Pr. salah satu imam praja Keuskupan Agung Semarang yang diperbantukan di Keuskupan Malang. "Kamu dari Keuskupan mana?" tanya Rama Bambang yang dijawab oleh salah satu "Kami semua dari Keuskupan Samarinda." Dari pembicaraan sana-sini ternyata Fr. Vian berasal dari Manggarai NTT tetapi tinggal di Samarinda. Sementara Fr. Wili memang asli Daya, Kalimantan. Mereka datang di sekitar jam 11.00, dan ketika pada jam 11.30 berpamitan Rama Bambang mengatakan "Nanti saja pulangnya. Ikut makan siang bersama rama-rama lain jam 12.00." Maka, pada makan siang di Domus Pacis itu, 2 orang frater itu juga berkenalan dengan Rama Yadi, Rama Harto, Rama Tri Wahyono, dan Rama Hantoro.

Lamunan Pekan Prapaskah I

Kamis, 26 Februari 2015

Matius 7:7-12

7:7. “Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu.
7:8 Karena setiap orang yang meminta, menerima dan setiap orang yang mencari, mendapat dan setiap orang yang mengetok, baginya pintu dibukakan.
7:9 Adakah seorang dari padamu yang memberi batu kepada anaknya, jika ia meminta roti,
7:10 atau memberi ular, jika ia meminta ikan?
7:11 Jadi jika kamu yang jahat tahu memberi pemberian yang baik kepada anak-anakmu, apalagi Bapamu yang di sorga! Ia akan memberikan yang baik kepada mereka yang meminta kepada-Nya.”
7:12. “Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka. Itulah isi seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi.

Butir-butir Permenungan                                                                                                      
  • Tampaknya, permohonan adalah doa yang paling banyak dilakukan oleh orang beragama. Di dalam perekembangan ada macam-macam teks untuk permohonan-permohonan tertentu.
  • Tampaknya, orang mengajukan permohonan kepada Tuhan karena keyakinan bahwa Tuhan itu mahabaik. Tuhan akan mengabulkan permohonan-permohonan yang secara tekun didoakan.
  • Tetapi BISIK LUHUR berkata bahwa kebaikan Tuhan adalah kemahatahunan-Nya akan apa yang sungguh dibutuhkan oleh manusia sehingga, setekun apapun sesuatu diminta oleh manusia bila itu dapat membuatnya keliru hidup, Dia akan memberi yang amat lain dari yang diinginkannya. Dalam yang ilahi karena kemesraannya dengan gema relung hati orang dalam doa permohonan akan selalu melandaskan pada sikap terbuka pada keputusan-Nya.
Ah, asal rajin ibadat segala keinginan pasti diberikan.

Sabda Hidup

Kamis, 26 Februari 2015
Hari biasa Pekan I Prapaskah
warna liturgi Ungu
Bacaan:
Est. 4:10a,10c-12,17-19; Mzm. 138:1-2a,2bc-3,7c-8; Mat. 7:7-12. BcO Ul. 12:1-14

Matius 7:7-12:
7 "Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu. 8 Karena setiap orang yang meminta, menerima dan setiap orang yang mencari, mendapat dan setiap orang yang mengetok, baginya pintu dibukakan. 9 Adakah seorang dari padamu yang memberi batu kepada anaknya, jika ia meminta roti, 10 atau memberi ular, jika ia meminta ikan? 11 Jadi jika kamu yang jahat tahu memberi pemberian yang baik kepada anak-anakmu, apalagi Bapamu yang di sorga! Ia akan memberikan yang baik kepada mereka yang meminta kepada-Nya." 12 "Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka. Itulah isi seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi.

Renungan:
Suatu kali aku melihat seorang ibu sederhana membeli susu bayi. Ia membanding-bandingkan susu yang dipajang. Akhirnya ia memilih salah satu dan tampaknya yang dipilih itu yang terbaik.
Seseorang pasti akan mencarikan yang terbaik bagi anaknya. Ia akan berusaha sedemikian rupa agar anaknya berkembang dan bertumbuh menjadi baik. Ia akan merelakan daya, tenaga dan biaya demi kebaikan anaknya.
Tuhan kita pun menyediakan yang terbaik untuk kita. Bahkan sering tanpa meminta pun Ia telah memberikan kepada kita. Semakin erat kita berelasi denganNya kita akan merasakan betapa besar kasihNya kepada kita.

Kontemplasi:
Duduklah dengan tenang. Hadirkan pengalaman perhatian orang tuamu padamu. Nikmatilah kasih mereka.

Refleksi:
Apa arti kebaikan orangtuamu?

Doa:
Tuhan, sudilah memberkati orang tuaku. Dari mereka aku bisa mengalami hidup seperti sekarang ini. Amin.

Perutusan:
Aku mensyukuri kasih orang tuaku.

Tuesday, February 24, 2015

TURUN KE "NERAKA" KARNA CINTA


Pada Senin 16 Februari 2015 program Jagongan Iman terjadi untuk Kelompok Gondang. Ini terjadi di rumah Ibu Nardi dan dihadiri oleh 24 orang (18 ibu dan 6 bapak). Tema yang dibicarakan adalah bagian Syahadat Katolik yang berkaitan dengan iman kepada Tuhan yesus "turun ke dalam kerajaan maut, pada hari ketiga bangkit dari antara orang mati". Dalam tulisan ini kata "turun ke dalam kerajaan maut" diberi warna merah karena ini menjadi fokus dalam pembicaraan yang amat seru.

Para peserta, yang terdiri dari kaum tua bahkan lansia dan berbicara dalam bahasa Jawa, teringat terjemahan lama yang berbunyi "tedhak dhateng naraka". Kata "kerajaan maut" dalam terjemahan Jawa lama adalah naraka atau neraka. Di dalam pembicaraan ternyata peristiwa wafat Tuhan Yesus hingga turun ke dalam neraka mendapatkan pokok-pokok pemahaman sebagai berikut:
  • Tuhan turun ke dalam neraka karena cinta-Nya kepada manusia dan mau menebus atau menyelamatkan semua orang termasuk yang sudah meninggal bahkan di neraka.
  • Turun-Nya Yesus ke neraka amat berkaitan dengan misi penebusan yang diemban oleh Tuhan Yesus.
  • Manusia adalah citra Dalem Gusti atau gambaran Allah sehingga mendapatkan pemurnian.
  • Ketika manusia berdosa surga tertutup atau terkunci sehingga orang tak dapat masuk. Yang bisa membuka adalah Tuhan sendiri. Yesus adalah kunci pintu surga.
Terhadap pembicaraan itu Katekismus Gereja Katolik no. 632-634 dibacakan untuk pencerahan:

632   Penegasan Perjanjian Baru yang begitu sering tentang Yesus yang "bangkit dari antara orang mati" (Kis 3:15; Rm 8:11; 1 Kor 15:20) mengandaikan bahwa sebelum kebangkitan Ia tinggal di tempat penantian orang mati. Itulah arti pertama yang diberikan oleh pewartaan para Rasul mengenai turunnya Yesus ke dunia arwah: Yesus mengalami kematian seperti semua manusia dan masuk dengan jiwa-Nya ke tempat perhentian orang mati. Tetapi Ia turun ke tempat ini sebagai Penyelamat dan memaklumkan Warta gembira kepada jiwa-jiwa yang tertahan di sana.
633   Kitab Suci menamakan tempat perhentian orang mati, yang dimasuki Kristus sesudah kematian-Nya "neraka", "Sheol" atau "hades", karena mereka yang tertahan di sana tidak memandang Allah'. Itulah keadaan semua orang yang mati sebelum kedatangan Penebus, apakah mereka jahat atau jujur. Tetapi itu tidak berarti bahwa mereka semua mempunyai nasib sama. Yesus menunjukkan hal itu kepada kita dalam perumpamaan tentang Lasarus yang miskin, yang diterima "dalam pangkuan Abraham". "Jiwa orang jujur, yang menantikan Penebus dalam pangkuan Abraham, dibebaskan Kristus Tuhan waktu Ia turun ke dunia orang mati" (Catech. R. 1,6,3). Yesus tidak datang ke dunia orang mati untuk membebaskan orang-orang terkutuk dari dalamnya', juga tidak untuk menghapuskan neraka, tempat terkutuk, tetapi untuk membebaskan orang-orang benar, yang hidup sebelum Dia.
634   "Juga kepada orang-orang mati, Injil diwartakan" (1 Ptr 4:6). Dengan turunnya Yesus ke dunia orang mati, selesailah sudah penyampaian Warta gembira mengenai keselamatan. Itulah tahap terakhir perutusan Yesus sebagai Mesias -- tahap yang menurut rentang waktu sangat singkat, tetapi menurut nilainya tidak dapat diukur: penyebarluasan karya penebusan kepada semua orang dari segala waktu dan tempat, karena penebusan diperuntukkan bagi semua orang benar.

Sabda Hidup

Rabu, 25 Februari  2015
Hari biasa Pekan I Prapaskah
warna liturgi Ungu
Bacaan:
Yun. 3:1-10; Mzm. 51:3-4,12-13,18-19; Luk. 11:29-32. BcO Ul.10:12-11:7,26-28

Lukas 11:29-32:
29 Ketika orang banyak mengerumuni-Nya, berkatalah Yesus: "Angkatan ini adalah angkatan yang jahat. Mereka menghendaki suatu tanda, tetapi kepada mereka tidak akan diberikan tanda selain tanda nabi Yunus. 30 Sebab seperti Yunus menjadi tanda untuk orang-orang Niniwe, demikian pulalah Anak Manusia akan menjadi tanda untuk angkatan ini. 31 Pada waktu penghakiman, ratu dari Selatan itu akan bangkit bersama orang dari angkatan ini dan ia akan menghukum mereka. Sebab ratu ini datang dari ujung bumi untuk mendengarkan hikmat Salomo, dan sesungguhnya yang ada di sini lebih dari pada Salomo! 32 Pada waktu penghakiman, orang-orang Niniwe akan bangkit bersama angkatan ini dan mereka akan menghukumnya. Sebab orang-orang Niniwe itu bertobat waktu mereka mendengarkan pemberitaan Yunus, dan sesungguhnya yang ada di sini lebih dari pada Yunus!"

Renungan:
Dalam beberapa waktu terakhir ini kita menyaksikan drama bangsa yang luar biasa. Pribadi-pribadi yang memegang tampuk pimpinan saling berkonflik. Masing-masing dengan kekuatannya men-tersangka-kan pihak lawan (kalau bisa dikatakan begitu). Mereka yang seharusnya bersinergi membawa perbaikan kehidupan bangsa malah menghadirkan api panas yang membuat bangsa makin penat dengan kewenangan yang dimiliki. Masyarakat bangsa menanti akhir babak drama ini. Semua terasa resah dan gelisah.
Ketika mereka yang berada dalam posisi kuasa berlaku begitu, bukan kedamaian, kesejahteraan dan kebaikan yang ditemui tetapi malah kekisruhan, kemiskinan dan kejahatan yang berkuasa. Tentu akan sulit menemukan babak akhir dari drama ini. Satu hal yang mungkin bisa menjadi jalan adalah pertobatan anak bangsa, khususnya para pemimpin kuasa. Pembalikan diri mereka menuju pada kebaikan dan juga ketakutan akan Allah akan memecahkan buntunya akhir drama bangsa ini. Maka marilah kita dengungkan pertobatan bangsa agar semua anak bangsa layak hidup dalam kerajaannya.

Kontemplasi:
Pejamkan matamu sejenak. Bayangkan kondisi masyarakat tanpa pertobatan. 

Refleksi:
Pertobatan apa yang akan kaubuat?

Doa:
Tuhan, semoga para pemimpin bangsa ini menyadari kesalahannya dan mengambil langkah pertobatan demi kebaikan bangsa ini. Amin.

Perutusan:
Aku akan bertobat.