Pages

Subscribe:
/
  • Domus Pacis

    Domus Pacis atau Rumah Damai berada di Puren, Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta. Di rumah ini sedang dikembangkan pastoral ketuaan. "Tua tak mungkin terlambat datangnya, namun renta bisa ditunda hadirnya"

  • Indahnya di usia tua

    Tua namun tak renta, sakit tak sengsara, Mati masuk surga

  • Tua Yang Bijaksana

    Menjadi Tua itu kepastian, namun tua yang bijaksana itu suatu perjuangan.

Monday, August 31, 2015

DUA ROMBONGAN


"Mau sing teka pira?" (Tadi berapa orang yang hadir?) tanya Rama Bambang ketika makan malam pada hari Minggu 23 Agustus 2014. Rama Harto menyahut "Selangkung" (25 orang) yang disambung oleh Rama Bambang "Wah gayeng nek ngono. Padahal maune kandha patbelas" (Kalau begitu meriah. Padahal dulu bilang 14 orang). Mbak Tari pun ikut nimbrung "Ngangge sragam oranye" (Mereka memakai seragam orange). Para rama kemudian saling memberi ceritera ke Rama Bambang bahwa mereka datang kemudian ada yang pidato. Rama Yadi mengenalkan para rama dan memintanya masing-masing berbicara pengalamannya. "Wau nggih ngangge nyanyi 'Dalam Yesus Kita Bersaudara'" (Tadi juga bernyanyi 'Dalam Yesus Kita Bersaudara'). Ketika Rama Bambang bertanya berapa lama acara kunjungannya, Rama Tri Hartono dengan suara lirihnya berkata "Telung prapat jam" (45 menit).

Itu adalah peristiwa kunjungan ibu-ibu dari Paroki Kalasan. Pada waktu itu Rama Bambang memang tidak ikut menyambut karena sedang ada di Paroki Baciro. "Mau sing menyambut sapa wae?" (Tadi dari kita siapa saja yang ikut menyambut?) tanya Rama Bambang yang dijawab oleh Rama Hantoro "Ya kami berlima". Itu berarti Rama Yadi, Rama Hantoro, Rama Harto, Rama Tri Wahyono dan Rama Tri Hartono. "Ning neng tengah acara Tri Wahyono dilorot merga entuk tamu sing terus dha nyanyi-nyanyi neng kamare" (Tetapi di tengah acara Rama Tri Wahyono diambil keluar karena mendapatkan tamu yang terus bernyanyi-nyanyi di kamarnya) Rama Hantoro menambahkan. Rama Bambang bertanya ke Rama Yadi "Saking Kumetiran, nggih?" (Apakah dari Paroki Kumetiran?) yang mendapat jawaban "Mboten ngertos je" (Saya tidak tahu). Kalau Rama Bambang menyebut Kumetiran hal ini karena ketika pulang dari Baciro Mbak Tari bilang "Wau Rama Tri Wahyono angsal tamu saking Kemetiran. Mila tamune enten kaling rombongan" (Tadi Rama Tri Wahyono mendapatkan tamu dari Kumetiran. Maka ada dua rombongan tamu).

Sabda Hidup



Selasa, 01 September 2015
St. Maria Margareta Redi
warna liturgi Hijau 
Bacaan
1Tes. 5:1-6,9-11; Mzm. 27:1,4,13-14; Luk. 4:31-37. BcO Am. 2:4-16

Lukas 4:31-37:
31 Kemudian Yesus pergi ke Kapernaum, sebuah kota di Galilea, lalu mengajar di situ pada hari-hari Sabat. 32 Mereka takjub mendengar pengajaran-Nya, sebab perkataan-Nya penuh kuasa. 33 Di dalam rumah ibadat itu ada seorang yang kerasukan setan dan ia berteriak dengan suara keras: 34 "Hai Engkau, Yesus orang Nazaret, apa urusan-Mu dengan kami? Engkau datang hendak membinasakan kami? Aku tahu siapa Engkau: Yang Kudus dari Allah." 35 Tetapi Yesus menghardiknya, kata-Nya: "Diam, keluarlah dari padanya!" Dan setan itupun menghempaskan orang itu ke tengah-tengah orang banyak, lalu keluar dari padanya dan sama sekali tidak menyakitinya. 36 Dan semua orang takjub, lalu berkata seorang kepada yang lain, katanya: "Alangkah hebatnya perkataan ini! Sebab dengan penuh wibawa dan kuasa Ia memberi perintah kepada roh-roh jahat dan merekapun keluar." 37 Dan tersebarlah berita tentang Dia ke mana-mana di daerah itu.

Renungan:
Suatu kali ada orang berwajah sangar datang menemui seorang imam. Kebetulan sang imam itu baru pergi. Dia pun rela menunggu sampai sang imam itu kembali ke pastoran. Setelah sang imam itu datang dan menemuinya, ia pun lalu sujud di hadapan imam itu dan menyampaikan keinginannya dibimbing oleh imam tersebut. Ternyata ia melihat sesuatu kala ikut ekaristi yang membuatnya menyerahkan diri dalam bimbingan imam tersebut.
Orang yang kerasukan mengatakan pada Yesus, "Hai Engkau, Yesus orang Nazaret, apa urusan-Mu dengan kami? Engkau datang hendak membinasakan kami? Aku tahu siapa Engkau: Yang Kudus dari Allah" (Luk 4:34). Yang jahat itu melihat Yesus sebagai "Yang Kudus dari Allah".
Allah sering bekerja dalam diri seseorang untuk membawa pertobatan. Mereka yang berkehendak jahat akan melihat kehadiranNya. Manusia berdosa akan melihat keagunganNya dan menyerahkan diri untuk mendapat bimbingan.

Kontemplasi:
Bayangkan dirimu yang masih diliputi oleh dosa dihadiri oleh Allah.

Refleksi:
Bagaimana mengenali kehadiran Allah dalam hidup harianmu?

Doa:
Tuhan, Engkau yang kudus dari Allah. Semoga aku selalu mampu melihat kehadiran kasihMu. Amin.

Perutusan:
Aku akan menyerahkan diri di hadapan Allah.  -nasp-

Rama Tri Hartono Ngandika (3)


Perlu Ambil Jarak

Orang-orang Nazareth merasa dekat dengan Yesus sehingga tidak mampu melihat kebenaran yang ada pada-Nya. Orang Borobudur jarang kagum pada candi Borobudur karena setiap hari dan setiap saat melihatnya. Anak yang masih kumpul dengan ayah-ibunya cenderung melihat orang tuanya galak, pelit, dsb. Tetapi nanti kalau sudah pergi  atau ikut mertua baru sadar betapa orang tuanya sangat mengasihi.
Demikian juga ketika masih muda dan kerja giat bersama umat, merasa dirinya banyak kekurangannya dan juga umat yang dilayani kurang mendukung. Tapi setelah tua baru sadar betapa umat amat mendukung dan betapa banyak rahmat Tuhan yang dilimpahkan. Dengan kata lain perlu ambil jarak agar bisa melihat segala sesuatu secara lebih baik. Domus Pacis adalah tempat dan saat untuk ambil jarak dengan pengalaman karya sewaktu muda.

Lamunan Pekan Biasa XXII

Selasa, 1 September 2015

Lukas 4:31-37

4:31. Kemudian Yesus pergi ke Kapernaum, sebuah kota di Galilea, lalu mengajar di situ pada hari-hari Sabat.
4:32 Mereka takjub mendengar pengajaran-Nya, sebab perkataan-Nya penuh kuasa.
4:33 Di dalam rumah ibadat itu ada seorang yang kerasukan setan dan ia berteriak dengan suara keras:
4:34 "Hai Engkau, Yesus orang Nazaret, apa urusan-Mu dengan kami? Engkau datang hendak membinasakan kami? Aku tahu siapa Engkau: Yang Kudus dari Allah."
4:35 Tetapi Yesus menghardiknya, kata-Nya: "Diam, keluarlah dari padanya!" Dan setan itupun menghempaskan orang itu ke tengah-tengah orang banyak, lalu keluar dari padanya dan sama sekali tidak menyakitinya.
4:36 Dan semua orang takjub, lalu berkata seorang kepada yang lain, katanya: "Alangkah hebatnya perkataan ini! Sebab dengan penuh wibawa dan kuasa Ia memberi perintah kepada roh-roh jahat dan merekapun keluar."
4:37 Dan tersebarlah berita tentang Dia ke mana-mana di daerah itu.

Butir-butir Permenungan
  • Tampaknya, pada zaman kini orang membutuhkan pengembangan kemampuan atau bakat secara optimal. Kemampuan optimal akan menjadi modal besar untuk memperoleh tempat di tengah banyak orang.
  • Tampaknya, dengan mendapatkan tempat di tengah banyak orang, seseorang akan mudah untuk meraih penghasilan yang memadahi bahkan berlimpah. Pada zaman kini orang butuh popularitas.
  • Tetapi BISIK LUHUR berkata bahwa seluas apapun popularitas didapatkan bahkan dari yang berseberangan, apabila setia pada alunan kedalaman batin orang tidak akan terlena bahkan makin mempertajam kewaspadaan karena di dalam popularitas menganga pula lobang keterperosokan. Dalam yang ilahi karena kemesraannya dengan gema relung hati orang tidak akan memburu popularitas tetapi setia pada tugas perutusan yang ada dalam hidupnya.
Ah, pada jaman kini popularitas amat penting untuk diterima banyak orang sehingga sosialisasi seperti iklan berkembang.

Sunday, August 30, 2015

Suka Makan Terong?, Jangan Buang Kulitnya! (Pecinta terong wajib baca, agar tidak menyesal!)

diambil dari  http://www.sehatituharus.com 28 Juli 2015

Terong dengan berbagai jenis yang ada, entah terong belanda, terong ungu, hijau maupun panjang merupakan salah satu menu favorit oleh berbagai kalangan. Rasanya yang khas dan lezat untuk berbagai masakan menjadikan terong selalu hadir di berbagai menu kuliner.

Dibalik kelezatannya, sayur (disebut juga buah) terong ini memiliki banyak manfaat dan khasiat untuk kesehatan. Kaya kandungan mineral (kasium, besi) dan vitamin serta senyawa antioksidan aktif yang berperan untuk meningkatkan sistem metabolisme tubuh hingga mencegah pertumbuhan sel kanker.

Akan tetapi ...



Tidak semua orang mengerti dan paham bagaimana cara memasak yang direkomendasikan oleh ahli nutrisi agar kandungan gizi didalamnya tidak hilang. Serta tidak menimbulkan efek samping yang sangat membahayakan untuk tubuh dalam jangka panjang.

Menurut Shubhra Krishan, seorang ahli gizi dan pakar herbal terkemuka, juga penulis buku laris dengan tema pengobatan tradisional (dalam Care2, 17/05/13) menyebutkan bahwa ada 2 hal penting yang harus diperhatikan dalam memasak terong.

Berikut hal penting yang perlu diperhatikan dalam memasak terong, antara lain :

1. Kulit terong kaya nutrisi

Memasak terong sangat dianjurkan untuk tidak mengupas atau membuang kulitnya. Karena konsentrasi kandungan "phytonutrients" (nutrisi yang bermanfaat untuk meningkatkan sirkulasi darah dan menyehatkan otak) ada pada bagian kulitnya.

2. Stop masak dengan digoreng

Menurut Shubhra, terong merupakan bahan yang memiliki sifat menyerap banyak lemak. Begitu pula ketika terong dimasak dengan menggunakan minyak goreng, maka akan menyerap banyak lemak. Dimana serapan lemak dalam jumlah banyak tersebut justru merugikan kesehatan. Disarankan dimasak dengan cara dipanggang.
Menurut Dr. Waluyo Soerjodibroto, Ph.D., DSG, ahfi gizi dari UI. Terong memiliki zat tertentu, dapat menurunkan kolesterol. Artinya, memakan terong secara bersamaan dengan makanan berkolesterol, malah membuat kolesterol dalam makanan itu menurun. Tetapi, itupun bila terong disajikan dengan cara direbus atau kukus. Karena terong yang diberi bumbu yang dimasak dengan menggoreng, apalagi dimasak dengan santan, maka hilang semua khasiatnya, Yang ada hanya rasa nikmat di lidah.
Memang benar, segala sesuatu pasti ada ilmunya. Jika kita mengabaikan dua hal diatas, tentunya tujuan untuk mendapatkan manfaat kesehatan dari mengkonsumsi terong tidak akan tercapai.

Semoga dengan cara tepat untuk mengolah dan memasak terong menjadikan tubuh kita lebih sehat jauh dari berbagai penyakit setelah rutin mengkonsumsinya. Aamiin, inshaAllah.

Via : segar-bugar@tumblr & Liputan6.com

Sabda Hidup



Senin, 31 Agustus 2015
Hari biasa
warna liturgi Hijau 
Bacaan
1Tes. 4:13-17a; Mzm. 96:1,3,4-5,11-12,13;Luk. 4:16-30.  BcO Am. 1:1-2:3

Lukas 4:16-30:
16 Ia datang ke Nazaret tempat Ia dibesarkan, dan menurut kebiasaan-Nya pada hari Sabat Ia masuk ke rumah ibadat, lalu berdiri hendak membaca dari Alkitab. 17 Kepada-Nya diberikan kitab nabi Yesaya dan setelah dibuka-Nya, Ia menemukan nas, di mana ada tertulis: 18 "Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin; dan Ia telah mengutus Aku 19 untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang yang tertindas, untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang." 20 Kemudian Ia menutup kitab itu, memberikannya kembali kepada pejabat, lalu duduk; dan mata semua orang dalam rumah ibadat itu tertuju kepada-Nya. 21 Lalu Ia memulai mengajar mereka, kata-Nya: "Pada hari ini genaplah nas ini sewaktu kamu mendengarnya." 22 Dan semua orang itu membenarkan Dia dan mereka heran akan kata-kata yang indah yang diucapkan-Nya, lalu kata mereka: "Bukankah Ia ini anak Yusuf?" 23 Maka berkatalah Ia kepada mereka: "Tentu kamu akan mengatakan pepatah ini kepada-Ku: Hai tabib, sembuhkanlah diri-Mu sendiri. Perbuatlah di sini juga, di tempat asal-Mu ini, segala yang kami dengar yang telah terjadi di Kapernaum!" 24 Dan kata-Nya lagi: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya tidak ada nabi yang dihargai di tempat asalnya. 25 Dan Aku berkata kepadamu, dan kata-Ku ini benar: Pada zaman Elia terdapat banyak perempuan janda di Israel ketika langit tertutup selama tiga tahun dan enam bulan dan ketika bahaya kelaparan yang hebat menimpa seluruh negeri. 26 Tetapi Elia diutus bukan kepada salah seorang dari mereka, melainkan kepada seorang perempuan janda di Sarfat, di tanah Sidon. 27 Dan pada zaman nabi Elisa banyak orang kusta di Israel dan tidak ada seorangpun dari mereka yang ditahirkan, selain dari pada Naaman, orang Siria itu." 28 Mendengar itu sangat marahlah semua orang yang di rumah ibadat itu. 29 Mereka bangun, lalu menghalau Yesus ke luar kota dan membawa Dia ke tebing gunung, tempat kota itu terletak, untuk melemparkan Dia dari tebing itu. 30 Tetapi Ia berjalan lewat dari tengah-tengah mereka, lalu pergi.

Renungan:
Setiap orang kalau disuruh melihat dirinya yang sering muncul adalah kekurangan-kekurangannya. Namun ketika orang lain mengatakan kekurangannya ia akan berontak dan marah. Ia tidak terima orang lain menunjukkan kekurangan dirinya.
Orang-orang Nasaret tidak terima dengan kata-kata Yesus. Yesus mengingatkan mereka kala tidak ada pertolongan untuk mereka pada masa Elia, malah orang lain yang diselamatkan. Mereka marah dan mengusir bahkan mau membunuh Yesus (bdk. Luk 4:24-29).
Kritikan dari orang lain memang bisa membuat hati kita panas. Namun kritikan itu layak kita dengarkan dengan baik. Dari kritikan itu kita bisa memperbaiki diri untuk menjadi lebih baik.

Kontemplasi:
Bayangkan dirimu sedang mendengarkan kritik dari orang lain. Rasakan gejolak dalam hatimu. Redakan emosimu dan tangkap dengan baik isi kritikan tersebut.

Refleksi:
Bagaimana anda menyikapi kritikan yang ditujukan kepadamu?

Doa:
Tuhan, berikanlah ketenangan dalam diriku untuk menangkap maksud baik kritikan yang ditujukan kepadaku. Amin.

Perutusan:
Aku akan menerima dan mengolah kritikan yang ditujukan kepadaku.  -nasp-

Lamunan Pekan Biasa XXII

Senin, 31 Agustus 2015

Lukas 4:16-30

4:16 Ia datang ke Nazaret tempat Ia dibesarkan, dan menurut kebiasaan-Nya pada hari Sabat Ia masuk ke rumah ibadat, lalu berdiri hendak membaca dari Alkitab.
4:17 Kepada-Nya diberikan kitab nabi Yesaya dan setelah dibuka-Nya, Ia menemukan nas, di mana ada tertulis:
4:18 "Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin; dan Ia telah mengutus Aku
4:19 untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang yang tertindas, untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang."
4:20 Kemudian Ia menutup kitab itu, memberikannya kembali kepada pejabat, lalu duduk; dan mata semua orang dalam rumah ibadat itu tertuju kepada-Nya.
4:21 Lalu Ia memulai mengajar mereka, kata-Nya: "Pada hari ini genaplah nas ini sewaktu kamu mendengarnya."
4:22 Dan semua orang itu membenarkan Dia dan mereka heran akan kata-kata yang indah yang diucapkan-Nya, lalu kata mereka: "Bukankah Ia ini anak Yusuf?"
4:23 Maka berkatalah Ia kepada mereka: "Tentu kamu akan mengatakan pepatah ini kepada-Ku: Hai tabib, sembuhkanlah diri-Mu sendiri. Perbuatlah di sini juga, di tempat asal-Mu ini, segala yang kami dengar yang telah terjadi di Kapernaum!"
4:24 Dan kata-Nya lagi: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya tidak ada nabi yang dihargai di tempat asalnya.
4:25 Dan Aku berkata kepadamu, dan kata-Ku ini benar: Pada zaman Elia terdapat banyak perempuan janda di Israel ketika langit tertutup selama tiga tahun dan enam bulan dan ketika bahaya kelaparan yang hebat menimpa seluruh negeri.
4:26 Tetapi Elia diutus bukan kepada salah seorang dari mereka, melainkan kepada seorang perempuan janda di Sarfat, di tanah Sidon.
4:27 Dan pada zaman nabi Elisa banyak orang kusta di Israel dan tidak ada seorangpun dari mereka yang ditahirkan, selain dari pada Naaman, orang Siria itu."
4:28 Mendengar itu sangat marahlah semua orang yang di rumah ibadat itu.
4:29 Mereka bangun, lalu menghalau Yesus ke luar kota dan membawa Dia ke tebing gunung, tempat kota itu terletak, untuk melemparkan Dia dari tebing itu.
4:30 Tetapi Ia berjalan lewat dari tengah-tengah mereka, lalu pergi.

Butir-butir Permenungan
  • Tampaknya, orang yang tidak kesampaian akan apa yang diharapkan mudah menjadi kecewa. Orang juga mudah kecewa terhadap orang tertentu dari lingkungan sendiri yang tidak memenuhi harapan padahal berkemampuan dan berbuat banyak di tempat-tempat lain.
  • Tampaknya, orang akan makin kecewa kalau orang yang diharapkan mengetengahkan wawasan pengalaman yang ada di lingkungannya malah membandingkan dengan yang lain. Hal ini tentu dipandang jadi sikap meremehkan sebagai orang-orang yang lupa sejarah hidup sendiri.
  • Tetapi BISIK LUHUR berkata bahwa semekecewakan apapun dan serasa keras apapun kata-kata orang, apabila itu sungguh merupakan kenyataan, di situ orang justru dapat menangkap pancaran hadirnya kedalaman hati yang sejatinya membawa pembaruan demi kebaikan umum terutama bagi kaum papa dan menderita. Dalam yang ilahi karena kemesraannya dengan gema relung hati orang sadar akan kelimpahan perhatian sekalipun secara duniawi dikecewakan.
Ah, kalau memang bisa berbuat baik lakukan dulu untuk tetangga kira kanan.

Saturday, August 29, 2015

EKS SEMINARI


Pertemuan itu dimulai dengan doa Rosario. Sembilan belas orang tamu hadir dan ketika mulai dari Domus Pacis yang ada adalah Rama Yadi dan Rama Bambang. Di Domus Pacis Rama Hantoro, Rama Harto dan Rama Tri Hartono sedang Misa di kapel. Tetapi ketika Misa selesai, doa Rosario baru sampai di pertengahan dan Rama Harto datang bergabung. Ketika doa ini selesai, Pak Sigit berkata "Sekarang kita akan mendengarkan sharing dari Pak Widi" namun disahut oleh Rama Bambang "Ora mangan dhisik?" (Tidak makan lebih dahulu). Pak Sigit menanggapi "Le mangan engko wae" (Acara makan nanti saja) tetapi ada yang lain berkata "Rama-rama biasa dhahar jam pira?" (Para rama biasa makan jam berapa?). Ketika Rama Bambang berkata "Jam 18.30", maka makan malam pun terjadi. Rama Hantoro, Rama Tri Hantoro dan Rama Tri Wahyono masuk kamar makan. Makan malampun jadi meriah. Banyak yang saling ceritera masa lampau dan kegiatan-kegiatan masa kini. Sehabis makan semua termasuk para rama kumpul. Pak Widi mengisahkan pengalaman istrinya yang menderita kangker. Kemudian Pak Mantri sharing ketika kerja hingga berkeluarga. Dalam acara ini Rama Bambang diminta untuk memperkenalkan rama-rama yang tinggal di Domus Pacis.

Itu adalah peristiwa di Domus Pacis pada hari Jumat 21 Agustus 2015 jam 06.00 sore hingga malam hampir jam 09.00. Pada waktu itu Rama Bambang bergilir ketempatan pertemuan Komunitas Eks Seminari (EkSem) Yogyakarta yang biasa berkumpul sebulan sekali. Sebenarnya komunitas ini diadakan oleh para awam yang pernah mengalami pendidikan Seminari Mertoyudan. Dari para anggota ada juga yang pernah mengenyam menjadi frater SY dan Praja. Yang biasa berkumpul pada umumnya aktif dalam kegiatan paroki. Kebanyakan anggota adalah adik-adik kelas Rama Bambang yang sejak tahun 2011 ikut pertemuan rutin. Namun kini ada juga mantan seminari lulusan lebih tua juga bergabung terutama karena pemberitahuan oleh Pak Muryanto, salah satu anggota. Dalam keadaan tidak sibuk yang hadir dapat mencapat 30an orang karena ada anggota dari Salatiga juga datang. Para istripun juga ada yang biasa menyertai. Pada pertemuan di Domus Pacis ada 5 istri yang hadir.

Lamunan Pekan Biasa XXII

Minggu, 30 Agustus 2015

Markus 7:1-8.14-15.21-23

7:1. Pada suatu kali serombongan orang Farisi dan beberapa ahli Taurat dari Yerusalem datang menemui Yesus.
7:2 Mereka melihat, bahwa beberapa orang murid-Nya makan dengan tangan najis, yaitu dengan tangan yang tidak dibasuh.
7:3 Sebab orang-orang Farisi seperti orang-orang Yahudi lainnya tidak makan kalau tidak melakukan pembasuhan tangan lebih dulu, karena mereka berpegang pada adat istiadat nenek moyang mereka;
7:4 dan kalau pulang dari pasar mereka juga tidak makan kalau tidak lebih dahulu membersihkan dirinya. Banyak warisan lain lagi yang mereka pegang, umpamanya hal mencuci cawan, kendi dan perkakas-perkakas tembaga.
7:5 Karena itu orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat itu bertanya kepada-Nya: "Mengapa murid-murid-Mu tidak hidup menurut adat istiadat nenek moyang kita, tetapi makan dengan tangan najis?"
7:6 Jawab-Nya kepada mereka: "Benarlah nubuat Yesaya tentang kamu, hai orang-orang munafik! Sebab ada tertulis: Bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh dari pada-Ku.
7:7 Percuma mereka beribadah kepada-Ku, sedangkan ajaran yang mereka ajarkan ialah perintah manusia.
7:8 Perintah Allah kamu abaikan untuk berpegang pada adat istiadat manusia."
7:14 Lalu Yesus memanggil lagi orang banyak dan berkata kepada mereka: "Kamu semua, dengarlah kepada-Ku dan camkanlah.
7:15 Apapun dari luar, yang masuk ke dalam seseorang, tidak dapat menajiskannya, tetapi apa yang keluar dari seseorang, itulah yang menajiskannya."
7:21 sebab dari dalam, dari hati orang, timbul segala pikiran jahat, percabulan, pencurian, pembunuhan,
7:22 perzinahan, keserakahan, kejahatan, kelicikan, hawa nafsu, iri hati, hujat, kesombongan, kebebalan.
7:23 Semua hal-hal jahat ini timbul dari dalam dan menajiskan orang."

Butir-butir Permenungan
  • Tampaknya, bentuk tata cara yang sudah menjadi kebiasaan yang dijalani turun temurun pada umumnya diyakini sebagai pegangan kebaikan. Bentuk-bentuk tata cara merupakan hasil olahan kaum bijak demi kebaikan umum.
  • Tampaknya, kesetiaan kepada bentuk-bentuk warisan yang berjalan hingga kini banyak dipahami sebagai keseriusan orang menjaga kebaikan dan kebenaran. Tindakan lalai dapat membahayakan hidup bersama.
  • Tetapi BISIK LUHUR berkata bahwa seserius apapun orang menjaga bentuk-bentuk adat peninggalan nenek moyang, kalau orang tidak mengutamakan pesan luhur yang ada di kedalaman batin nenek moyang yang tak berubah hingga kini di kedalaman batin setiap orang, yang dilakukan justru dapat menjadi kebusukan yang mencelakakan banyak orang. Dalam yang ilahi karena kemesraannya dengan gema relung hati orang akan menjalani adat istiadat secara dinamis kreatif yang signifikan dan relevan bagi orang-orang lain dan dirinya sendiri.
Ah, apapun yang menggoncang adat harus diwaspadai.

Sabda Hidup


Minggu, 30 Agustus 2015
Hari Minggu Biasa XXII
warna liturgi Hijau 
Bacaan
Ul. 4:1-2,6-8; Mzm. 15:2-3a,3cd-4ab,5; Yak. 1:17-18,21b-22,27; Mrk. 7:1-8,14-15,21-23. BcO 2Raj. 14:1-27

Markus 7:1-8,14-15,21-23:
1 Pada suatu kali serombongan orang Farisi dan beberapa ahli Taurat dari Yerusalem datang menemui Yesus. 2 Mereka melihat, bahwa beberapa orang murid-Nya makan dengan tangan najis, yaitu dengan tangan yang tidak dibasuh. 3 Sebab orang-orang Farisi seperti orang-orang Yahudi lainnya tidak makan kalau tidak melakukan pembasuhan tangan lebih dulu, karena mereka berpegang pada adat istiadat nenek moyang mereka; 4 dan kalau pulang dari pasar mereka juga tidak makan kalau tidak lebih dahulu membersihkan dirinya. Banyak warisan lain lagi yang mereka pegang, umpamanya hal mencuci cawan, kendi dan perkakas-perkakas tembaga. 5 Karena itu orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat itu bertanya kepada-Nya: "Mengapa murid-murid-Mu tidak hidup menurut adat istiadat nenek moyang kita, tetapi makan dengan tangan najis?" 6 Jawab-Nya kepada mereka: "Benarlah nubuat Yesaya tentang kamu, hai orang-orang munafik! Sebab ada tertulis: Bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh dari pada-Ku. 7 Percuma mereka beribadah kepada-Ku, sedangkan ajaran yang mereka ajarkan ialah perintah manusia. 8 Perintah Allah kamu abaikan untuk berpegang pada adat istiadat manusia." 14 Lalu Yesus memanggil lagi orang banyak dan berkata kepada mereka: "Kamu semua, dengarlah kepada-Ku dan camkanlah. 15 Apapun dari luar, yang masuk ke dalam seseorang, tidak dapat menajiskannya, tetapi apa yang keluar dari seseorang, itulah yang menajiskannya." 21 sebab dari dalam, dari hati orang, timbul segala pikiran jahat, percabulan, pencurian, pembunuhan, 22 perzinahan, keserakahan, kejahatan, kelicikan, hawa nafsu, iri hati, hujat, kesombongan, kebebalan. 23 Semua hal-hal jahat ini timbul dari dalam dan menajiskan orang."

Renungan:
Dalam hatinya manusia menyimpan kebaikan dan kejahatan. Dua hal itu saling berebut menguasai diri manusia. Tidak jarang mereka pun berebut untuk menampilkan diri dalam tindakan.
Kuasa jahat ini bisa menguasai siapapun. Bahkan orang baik pun bisa dikuasai kala kendali kebaikannya lepas. Bila itu terjadi maka kebaikan yang selama ini dijaga bisa hilang. Orang-orang pun menyangsikan kebaikannya selama ini. Ia menjadikan dirinya najis.
Memang banyak hal kotor di sekitar kita. Namun bukan itu yang membuat seseorang najis. Kejahatan yang muncul dalam dirinyalah yang najis. Maka marilah kita menjaga kebaikan, dan selalu memenangkannya dalam segala tindakan kita agar kita tidak menjadi pribadi yang najis.

Kontemplasi:
Pejamkan sejenak matamu. Telitilah hatimu. Dorongan-dorongan jahat apa yang sering ingin muncul dalam hidupmu. Redakanlah itu dan atasilah dengan kebaikanmu.

Refleksi:
Bagaimana meredakan, mengatasi dorongan jahat yang sering bercokol dalam dirimu?

Doa:
Tuhan, kuatkanlah hatiku untuk bertahan dalam kebaikan. Bebaskanlah hatiku dari yang jahat. Amin.

Perutusan:
Aku akan menjaga hatiku dari kuasa yang jahat. -nasp-

#bagi yang terjangkau TVRI Yogyakarta, saksikan Film "Yan" bagian pertama pada hari Minggu, tgl 30 Agustus 2015, jam 16.00-16.30#