Pages

Subscribe:
/
  • Domus Pacis

    Domus Pacis atau Rumah Damai berada di Puren, Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta. Di rumah ini sedang dikembangkan pastoral ketuaan. "Tua tak mungkin terlambat datangnya, namun renta bisa ditunda hadirnya"

  • Indahnya di usia tua

    Tua namun tak renta, sakit tak sengsara, Mati masuk surga

  • Tua Yang Bijaksana

    Menjadi Tua itu kepastian, namun tua yang bijaksana itu suatu perjuangan.

Saturday, October 31, 2015

WOW LUARBIASA !! Kulit Kentang Bisa Hilangkan Uban Anda dalam 5 Menit,INI CARANYA..JANGAN LUPA DISHARE DULU..


diambil dari http://www.artikelkesehatan.tk/2015/10
Rambut beruban dapat membuat orang kehilangan percaya diri, apalagi bila usianya masih muda. Beraneka cara pun dilakukan untuk menyembunyikannya, termasuk juga dengan mengecatnya dengan bahan-bahan kimia. Tetapi langkah tersebut terkadang berisko membuat rambut jadi rusak atau bahkan juga membuat uban semakin banyak. 

Sebenarnya ada cara gampang, murah serta alami menghilangkan uban, yaitu memakai kulit kentang. Solusi ini dibuktikan seorang dokter benama Anthony Youn, waktu melakukan praktek secara langsung di acara Rachel Ray Show. Mungkin banyak yang tidak percaya, namun seorang wanita membuktikannya di acara tersebut . 

Pertama, yang diperlukan adalah segenggam kulit kentang serta dua gelas air putih. Caranya juga sangat gampang, yakni memasukkan kulit kentang ke air, lalu didihkan sekitar 30 menit. 

Setelah itu angkat serta biarkan dingin selama lima menit. Lalu, saring air rebusan kulit kentang itu. Apabila telah disaring, jadi Anda dapat memoleskannya pada rambut yang beruban. Bila tidak ada kuas, Anda dapat memasukkan air rebusan ini ke wadah shampo bekas, serta bilas seperti Anda keramas. 

Sekitar lima menit sesudah dioles-oleskan, rambut akan tampak lebih gelap atau uban bakal berubah jadi warna rambut aslinya. Selamat coba. Semoga berhasil.  
Sumber : goriau. com

Sabda Hidup


Minggu, 01 November 2015
HARI RAYA SEMUA ORANG KUDUS
warna liturgi Putih 
Bacaan
Why. 7:2-4,9-14; Mzm. 24:1-2,3-4ab,5-6; 1Yoh. 3:1-3; Mat. 5:1-12a. BcO Why. 4:1-11 atau Why. 5:1-14

Matius 5:1-12a 
1 Ketika Yesus melihat orang banyak itu, naiklah Ia ke atas bukit dan setelah Ia duduk, datanglah murid-murid-Nya kepada-Nya. 2 Maka Yesuspun mulai berbicara dan mengajar mereka, kata-Nya: 3 "Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga. 4 Berbahagialah orang yang berdukacita, karena mereka akan dihibur. 5 Berbahagialah orang yang lemah lembut, karena mereka akan memiliki bumi. 6 Berbahagialah orang yang lapar dan haus akan kebenaran, karena mereka akan dipuaskan. 7 Berbahagialah orang yang murah hatinya, karena mereka akan beroleh kemurahan. 8 Berbahagialah orang yang suci hatinya, karena mereka akan melihat Allah. 9 Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah. 10 Berbahagialah orang yang dianiaya oleh sebab kebenaran, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga. 11 Berbahagialah kamu, jika karena Aku kamu dicela dan dianiaya dan kepadamu difitnahkan segala yang jahat. 12 Bersukacita dan bergembiralah, karena upahmu besar di sorga, sebab demikian juga telah dianiaya nabi-nabi yang sebelum kamu."

Renungan:
Hari ini kita mengenangkan semua para kudus di surga. Istimewa. Biasanya kita hanya mengenang satu, dua atau tiga nama orang kudus, namun sekarang kita kenang semua. Pengenangan ini menjadi tanda syukur kita atas karya penebusan Tuhan kita Yesus Kristus.
Kita percaya ada banyak nama orang kudus yang tidak tercantum dalam penanggalan liturgi. Mungkin saudara-saudari kita pun sudah ada yang memperoleh rahmat kekudusan kekal itu.
Suatu kali seorang teman bercerita di tempatnya ada orang yang pernah mati lalu hidup lagi. Orang itu bercerita banyak. Salah satunya ia bertemu dengan tetangganya. Sang tetangga itu telah mempunyai rumah bagus dan besar di sana. Ternyata pada waktu hidupnya sang tetangga ini baik hidupnya. Ia seorang katekis yang rajin. Ia tidak menikah. Semua hartanya dihibahkan untuk gereja dan sekolah. Dan ternyata Tuhan telah menguduskannya.
Maka marilah kita syukuri karya keselamatan Tuhan dalam diri para kudus semuanya.

Kontemplasi:
Pejamkan matamu sejenak. Ingatlah satu dua orang kudus. Hadirkan di hadapanmu. Katakan sesuatu yang ingin kaukatakan kepada mereka.

Refleksi:
Bagaimana menabung kesucian hidup?

Doa:
Tuhan aku bersyukur atas rahmat penebusanMu. Engkau telah mengijinkan banyak saudaraku mengalami kebahagiaan di surga. Semoga kami pun berada dalam lingkaran kekudusanMu. Amin.

Perutusan:
Aku bersyukur atas rahmat penebusan Tuhan dalam diri para kudus. -nasp-

Friday, October 30, 2015

Lamunan Hari Raya

Semua Orang Kudus
Minggu, 1 November 2015

Matius 5:1-12a

5:1. Ketika Yesus melihat orang banyak itu, naiklah Ia ke atas bukit dan setelah Ia duduk, datanglah murid-murid-Nya kepada-Nya.
5:2 Maka Yesuspun mulai berbicara dan mengajar mereka, kata-Nya:
5:3. "Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga.
5:4 Berbahagialah orang yang berdukacita, karena mereka akan dihibur.
5:5 Berbahagialah orang yang lemah lembut, karena mereka akan memiliki bumi.
5:6 Berbahagialah orang yang lapar dan haus akan kebenaran, karena mereka akan dipuaskan.
5:7 Berbahagialah orang yang murah hatinya, karena mereka akan beroleh kemurahan.
5:8 Berbahagialah orang yang suci hatinya, karena mereka akan melihat Allah.
5:9 Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah.
5:10 Berbahagialah orang yang dianiaya oleh sebab kebenaran, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga.
5:11 Berbahagialah kamu, jika karena Aku kamu dicela dan dianiaya dan kepadamu difitnahkan segala yang jahat.
5:12 Bersukacita dan bergembiralah, karena upahmu besar di sorga,

Butir-butir Permenungan
  • Tampaknya, kebahagiaan memang menjadi dambaan dari setiap orang. Pada umumnya orang mengkaitkan kebahagiaan dengan terpenuhinya kebutuhan-kebutuhannya.
  • Tampaknya, tidak sedikit orang juga mengkaitkan hubungan harmonis orang dengan lingkungannya. Orang memiliki hubungan selaras dengan sesama, dengan alam ciptaan sekitar, dengan dunia kelembagaan, dengan Tuhan dan dengan situasi dan kondisi dirinya.
  • Tetapi BISIK LUHUR berkata bahwa walau segala kebutuhan baik fisik, psikis, ekonomi, politik dan budaya terpenuhi,  ini semua bukan menjadi sumber sejati kebahagiaan karena yang sejati ada dalam keakraban orang dengan kedalaman batinnya yang menjadi daya keceriaan dalam keadaan apapun termasuk keadaan papa derita dan aniaya. Dalam yang ilahi karena kemesraannya dengan gema relung hati orang akan mudah mengalami sukacita meski dirudung berbagai tantangan, ancaman dan kemalangan.
Ah, bahagia itu terjadi kalau kaya harta dan pangkat.

LINGKUNGAN THERESIA KALASAN


Lebih dari 30 orang datang mampir berkunjung di Domus Pacis pada pagi sekitar jam 10.00 pada Minggu 25 Oktober 2015. Mereka adalah umat Lingkungan Santa Theresia Lisieux dari paroki Kalasan. Sebagai umat Lingkungan hal ini tampak dengan beragamnya yang ikut rombongan, yaitu ibu-ibu, bapak-bapak, kaum muda, remaja dan anak-anak. Dari informasi Lingkungan ini mencakup 17 Kepala Keluarga (KK) yang tinggal di dua perumahan. Lingkungan ini sudah setahun berdiri. Dalam rangka merayakan ulang tahun berdirinya Lingkungan, pada hari ini mereka melakukan ziarah ke Jatiningsih, Klepu. Tetapi sebelum ke Jatiningsih mereka sepakat mampir berkunjung ke rama-rama tua di Domus Pacis. Program kunjungan ini memang atas usulan Pak Darmawan yang menjadi Ketua Lingkungan. Pak Darmawan pernah ikut kelompok lain berkunjung di Domus Pacis. Hal ini ternyata mendorongnya untuk mengajak umat Lingkungannya juga mengenal Domus Pacis.

Dalam kunjungan itu para rama Domus Pacis yang menyambut adalah R. Yadi, Rm. Tri Hartono, Rm. Tri Wahyono, Rm. Hantoro, Rm. Harto dan Rm. Bambang. Kebetulan Rm. Tri Hartono, Rm. Yadi dan Rm. Tri Wahyono pernah berkarya di Kalasan. Acara dibuka dengan prakata dari salah satu warga Lingkungan. Rm. Bambang meneruskan acara dengan memperkenalkan para rama Domus yang menyambut. Para tamu diminta menghafalkan nama-nama dengan sebuah nyanyian. Suasana menjadi akrab meriah. Tentu saja Rm. Agoeng dan Rm. Joko juga ditambahkan sesudah semua menghafal 6 orang rama yang ada. Sesudah itu Rm. Yadi menceriterakan tentang Domus Pacis. Dari sini muncul tanya jawab tentang Domus Pacis antara para tamu dan para rama. Ketika pertemuan berlangsung satu jam lebih, Ketua Lingkungan menyampaikan sambutan terima kasih dan menyerahkan sumbangan uang untuk program pembuatan talud Domus Pacis. Rm. Harto menutup dengan doa dan berkat.

Sabda Hidup


Sabtu, 31 Oktober 2015
St. Alfonsus Rodriguez
warna liturgi Hijau 
Bacaan
Rm. 11:1-2a,11-12,25-29; Mzm. 93:12-13a,14-15; Luk. 14:1.7-11. BcO Yer. 29:1-14

Lukas 14:1.7-11: 
1 Pada suatu hari Sabat Yesus datang ke rumah salah seorang pemimpin dari orang-orang Farisi untuk makan di situ. Semua yang hadir mengamat-amati Dia dengan saksama. 7 Karena Yesus melihat, bahwa tamu-tamu berusaha menduduki tempat-tempat kehormatan, Ia mengatakan perumpamaan ini kepada mereka: 8 "Kalau seorang mengundang engkau ke pesta perkawinan, janganlah duduk di tempat kehormatan, sebab mungkin orang itu telah mengundang seorang yang lebih terhormat dari padamu, 9 supaya orang itu, yang mengundang engkau dan dia, jangan datang dan berkata kepadamu: Berilah tempat ini kepada orang itu. Lalu engkau dengan malu harus pergi duduk di tempat yang paling rendah. 10 Tetapi, apabila engkau diundang, pergilah duduk di tempat yang paling rendah. Mungkin tuan rumah akan datang dan berkata kepadamu: Sahabat, silakan duduk di depan. Dan dengan demikian engkau akan menerima hormat di depan mata semua tamu yang lain. 11 Sebab barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan."

Renungan:
Melihat para tamu berusaha menduduki tempat kehormatan Yesus memberikan perumpamaan bagaimana bersikap sebagai seorang tamu (bc Luk 14:7-11). Perumpamaan itu menjadi sebuah kritik pada mereka yang berebut tempat kehormatan.
Tampaknya banyak orang mendambakan kehormatan dan penghormatan. Acara-acara yang didatangi pejabat seringkali harus mundur karena menunggu kedatangan mereka. Saya tidak tahu mengapa bisa begitu. Mungkin karena banyak acara dia sehingga telat. Mungkin juga karena sengaja datang telat. Mungkin juga karena diundang lebih telat dari tamu yang lain. Ketika mereka datang maka orang pun sering harus berdiri menyambutnya. Menyambut orang telat hehehee.
Jarang sekali kita menemukan pejabat hadir sebelum jadual acara dimulai. Mungkin kalau mereka bisa datang lebih awal, mereka seperti tamu kehormatan yang duduk di bangku belakang. Saat tuan rumah mengetahui maka akan mempersilakannya duduk di depan. Maka rasanya dia akan menemukan kehormatan kalau datang lebih awal. Dan akan menerima gerutu kalau tamu yang lain harus berlama-lama menunggunya.

Kontemplasi:
Pejamkan sejenak matamu. Ingatlah bagaimana dirimu kala menanggapi suatu undangan: jam kedatanganmu dan posisi dudukmu.

Refleksi:
Apa arti dan wujud kehormatan bagimu?

Doa:
Tuhan Engkaulah sang sumber kehormatan. Jagailah diriku untuk selalu rendah hati. Amin.

Perutusan:
Aku menjaga kehormatan dengan sikap rendah hati. -nasp-

Lamunan Pekan Biasa XXX

Sabtu, 31 Oktober 2015

Lukas 14:1.7-11

14:1. Pada suatu hari Sabat Yesus datang ke rumah salah seorang pemimpin dari orang-orang Farisi untuk makan di situ. Semua yang hadir mengamat-amati Dia dengan saksama.
14:7. Karena Yesus melihat, bahwa tamu-tamu berusaha menduduki tempat-tempat kehormatan, Ia mengatakan perumpamaan ini kepada mereka:
14:8 "Kalau seorang mengundang engkau ke pesta perkawinan, janganlah duduk di tempat kehormatan, sebab mungkin orang itu telah mengundang seorang yang lebih terhormat dari padamu,
14:9 supaya orang itu, yang mengundang engkau dan dia, jangan datang dan berkata kepadamu: Berilah tempat ini kepada orang itu. Lalu engkau dengan malu harus pergi duduk di tempat yang paling rendah.
14:10 Tetapi, apabila engkau diundang, pergilah duduk di tempat yang paling rendah. Mungkin tuan rumah akan datang dan berkata kepadamu: Sahabat, silakan duduk di depan. Dan dengan demikian engkau akan menerima hormat di depan mata semua tamu yang lain.
14:11 Sebab barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan."

Butir-butir Permenungan
  • Tampaknya, wajarlah kalau orang berjuang untuk meningkatkan berbagai hal yang sudah dicapai. Kalau sudah pintar ingin makin pintar dan kalau sudah kaya ingin makin kaya.
  • Tampaknya, wajarlah kalau orang berjuang untuk meningkatkan posisi di tengah masyarakat. Kalau belum punya kedudukan berusaha meraih, kalau sudah punya menginginkan yang lebih tinggi.
  • Tetapi BISIK LUHUR berkata bahwa sehebat apapun capaian prestasi dan setinggi apapun kedudukannya, kalau tidak memiliki kedekatan dengan kedalaman batin yang membentuk sikap menghormati orang-orang lain, orang akan melihat diri di atas orang-orang lain sehingga malah mendapatkan penilaian buruk di tengah masyarakat. Dalam yang ilahi karena kemesraannya dengan gema relung hati orang akan mudah melihat dan menghargai berbagai kehebatan yang ada pada diri orang-orang lain.
Ah, pada jaman sekarang orang harus berusaha menonjol agar mudah mendapatkan kesejahteraan.

Thursday, October 29, 2015

Hari Raya semua Orang Kudus, 1 November 2015 (Mat 5:1-12a)

diambil dari http://www.mirifica.net by on Jendela Alkitab, Mingguan



SABDA BAHAGIA: PANGKAL HARAPAN

INJIL Hari Raya Semua  Orang Kudus 1 November 2015 ini  diangkat dari kumpulan “Sabda Bahagia” menurut Injil Matius (Mat 5:1-12a). Di situ didapati delapan Sabda Bahagia yang ditujukan kepada semua orang (ay. 3-10) serta satu Sabda Bahagia yang khusus diucapkan bagi para murid (ay. 11) dan dilanjutkan dengan seruan agar mereka tetap bersuka cita (ay. 12a). Di situ harapan tiap orang dilambungkan jauh-jauh ke depan tanpa meninggalkan kehidupan yang dialami sehari-hari.  Disebutkan dalam ay. 1-2, ketika Yesus melihat orang banyak, ia naik ke bukit dan mengajar agar para pendengarnya semakin memahami diri mereka. Sabda Bahagia juga dapat membantu kita membaca pengalaman kita sekarang ini juga.

“BERBAHAGIALAH..!”

Tiga Sabda Bahagia (Mat 5:3-5) menegaskan bahwa orang dapat disebut berbahagia karena tumpuan harapan dalam hidupnya ialah Tuhan sendiri. Gagasan “miskin” dalam ay. 3 ialah kebersahajaan batin, oleh karenanya diberi penjelasan “di hadapan Allah”. Dapat dicatat, penjelasan tambahan itu tidak terdapat di dalam Sabda Bahagia menurut Luk 6:20 karena yang ditekankan Lukas ialah orang yang betul-betul kekurangan secara material, orang yang tak bisa mencukupi kebutuhan hidup yang kini diperhatikan oleh para pengikut Yesus yang bersedia berbagi keberuntungan dengan mereka. Kemudian ay. 4 menyebut berbahagia orang yang “berduka cita”, maksudnya orang yang hanya akan dapat terhibur oleh kesadaran bahwa Tuhan tetap berada di dekat kendati orang mengalami kesulitan. Termasuk di sini sikap tidak berpihak pada kekerasan yang terungkap dalam ay. 5 sebagai “lemah lembut”.

Selanjutnya ada dua Sabda Bahagia (Mat 5: 6 dan 8) yang menyebut keinginan untuk menjalankan kehendak Tuhan sebagai hal yang membahagiakan, seperti terungkap dalam ay. 6 sebagai yang “lapar dan haus akan hal yang lurus” dan dalam ay. 8 sebagai yang “berhati bersih”. Ungkapan terakhir ini dipetik dari gaya bahasa Ibrani (lihat misalnya Mzm 24:4) dan artinya ialah mampu berpikir secara jernih, berbudi jernih. Orang yang demikian ini tidak gampang dipengaruhi keinginan-keinginan yang menjauhkannya dari Tuhan. Jadi bukan sekedar ajaran agar menjauhi nafsu-nafsu yang biasanya disebut kotor.

Dua Sabda Bahagia yang lain (Mat 5: 7 dan 9) menegaskan bahwa upaya menghadirkan Tuhan kepada sesama menjadi kegiatan yang mendatangkan kebahagiaan. Upaya ini ditegaskan dalam ay. 7 sebagai “berbelaskasihan” dan dalam ay. 9 sebagai “pencinta damai”. Hasrat menghadirkan kebaikan Tuhan kepada orang lain ini karena orang sadar akan perlunya saling mendukung dan sikap pendamai.

Tidak disangkal adanya kesulitan, seperti jelas dari Mat 5:10-12. Orang yang nyata-nyata hidup dalam kerangka di atas sering menderita dimusuhi, seperti terungkap dalam ay. 10 “dikejar-kejar karena bertindak lurus”. Kemudian secara khusus kepada murid-muridnya Yesus menambahkan Sabda Bahagia yang ke sembilan,  yakni yang menyangkut pengalaman dimusuhi orang karena menjadi muridnya (ay. 11). Pengharapan mereka dibesarkan (ay. 12a “bersuka citalah karena besar pahalamu di surga”).

Tiap pengalaman di atas dapat dihayati semua orang yang memberi ruang bagi Yang Ilahi. Dapat pula dikatakan pengalaman ini juga melampaui batas-batas agama. Mereka yang mendalami makna Sabda Bahagia dapat semakin mengenali liku-liku kehidupan rohani dan pergulatan di dalamnya. Hidup yang terarah kepada Yang Ilahi itu membawa kebahagiaan. Di situlah ditemukan makna “berbahagia”.

SABDA BAHAGIA DALAM INJIL

Sabda Bahagia disampaikan Matius sebagai pembukaan khotbah panjang Yesus dalam Mat 5-7. Ada lima rangkaian khotbah seperti itu, yakni Mat 5-7 (Khotbah di Bukit); 10 (pedoman hidup bagi pewarta Kerajaan Surga); 13 (penjelasan mengenai Kerajaan Surga); 18 (pengajaran bagi para murid dalam hidup bersama); 23-25 (uraian di Bukit Zaitun tentang kedatangan Kerajaan Surga pada akhir zaman). Di antara kumpulan yang satu dengan yang berikutnya ditaruh kisah mengenai tindakan Yesus, mukjizat dan peristiwa-peristiwa dalam kehidupan para murid.

Kelima kumpulan itu tersusun dengan cara yang unik. Yang terakhir berlatarkan pengajaran di bukit Zaitun. Latar ini mengingatkan pada kumpulan pertama yang berlatarkan sebuah bukit pula. Tentang ini akan dibicarakan lebih lanjut. Kemudian kumpulan keempat, yakni yang menyangkut kehidupan para murid, erat berhubungan dengan yang kedua, yakni pedoman hidup bagi para murid-murid Yesus yang akan meneruskan menjadi pewarta Kerajaan Surga. Kumpulan ketiga menyoroti Kerajaan Surga, warta paling pokok yang dibawakan Yesus. Penyusunan secara “konsentrik” seperti ini dapat menjadi pegangan mendalami masing-masing kumpulan itu. Demi mudahnya, kumpulan yang pertama (Mat 5-7) sebaiknya dilihat dalam hubungannya dengan warta pokok, yakni Kerajaan Surga (Mat 13) dan apa kenyataannya yang penuh nanti pada akhir zaman (Mat 23-25). Dan dengan demikian para murid akan siap menghayati pedoman hidup secara orang-perorangan (Mat 10) maupun dalam kebersamaan (Mat 18).

Upaya mendalami Sabda Bahagia sebagai pembukaan kumpulan yang pertama dapat menciptakan hubungan guru-murid dengan Yesus. Dan bila terjadi orang akan merasa tertuntun mendekat kepada kenyataan hadirnya Yang Ilahi di antara manusia juga. Hubungan ini akan mendekatkan orang pada kenyataan Kerajaan Surga di dunia dan kepenuhannya kelak di akhir zaman. Dengan demikian dapat juga menjadi pangkal berharap ikut menikmati kenyataan itu.

MENGAJAR DI SEBUAH BUKIT

Injil Matius ditulis bagi orang-orang yang mengenal akrab alam pikiran Perjanjian Lama. Intinya, yakni diturunkannya Taurat kepada Musa di Sinai. Bagi umat Perjanjian Lama, Taurat berisi ajaran kehidupan dalam bentuk pedoman, petunjuk, tatacara ibadat, hukum yang bila dijalani dengan jujur dan ikhlas akan membuat mereka menjadi dekat pada Tuhan dan menjadi umat yang dilindungiNya. Dengan latar inilah Matius mengisyaratkan kepada pembacanya bahwa Yesus kini menjalankan peran Musa. Yesus membawakan petunjuk, ajaran, kebijaksanaan yang bila dihayati akan membuat orang menjadi bagian dari umat yang baru pewaris Kerajaan Surga.

Memang ada beberapa perbedaan mencolok di antara penampilan Musa dan Yesus. Di Sinai dulu Musa sedemikian jauh. Awan meliputi pucuk gunung tempat Musa memperoleh Firman ilahi. Tak ada yang berani mendekat karena kebesaran ilahi sedemikian menggentarkan. Sekarang Yesus tampil sebagai tokoh yang dekat dengan orang banyak. Matius memang sengaja menampilkannya sebagai kenyataan dari “Tuhan menyertai kita” – Imanuel. Kini bukan lagi awan yang menggentarkan, melainkan kemanusiaan Yesus-lah yang menyelubungi kebesaran ilahi sehingga orang banyak dapat datang mendekat. Tempat pengajaran diturunkan tidak lagi digambarkan sebagai gunung yang tinggi yang hanya bisa didaki Musa sendirian. Bukit tempat menyampaikan pengajarannya terjangkau oleh orang banyak dan bahkan mereka dapat langsung mendengarkannya. Bagaimanapun juga, tetap ditegaskan, tempat yang mudah tercapai ini menjadi tempat keramat juga, seperti puncak Sinai dulu. Namun kekeramatan yang dekat – bukan yang sulit terjangkau.

Nanti menjelang akhir kehidupannya, Yesus masih memberi pengajaran kepada murid-muridnya di sebuah bukit pula, di bukit Zaitun. Kita boleh ingat akan Musa di gunung Nebo, memandang ke barat ke Tanah Terjanji. Ia sendiri tidak akan memasukinya. Yosua-lah yang akan memimpin umat ke sana. Peristiwa ini besar maknanya bagi pembaca Injil Matius. Nama Yesus dalam bentuk Ibraninya sama persis dengan nama Yosua penerus Musa tadi. Dengan demikian disarankan bahwa Yesus bakal memimpin orang banyak memasuki negeri baru yang dijanjikan, yakni Kerajaan Surga.

WARTA

Sabda Bahagia dalam Injil menggambarkan apa yang nyata-nyata dialami dan terjadi di antara orang-orang yang hidup mengikuti Yesus, bukan mengajarkan hal-hal yang mesti dilakukan. Dengan perkataan lain, Sabda Bahagia itu sifatnya deskriptif, bukan preskriptif. Beberapa contoh lain dari Sabda Bahagia selain yang sedang dibicarakan ialah Mzm 1:1; 32:1-2; 144:15; Mat 11:6; 13:16; 16:17; Luk 6:20; 11:28; 12:37; Yoh 20:29; 1 Pet 4:14. Sabda Bahagia bukanlah kata-kata yang memiliki daya untuk mengadakan sesuatu, seperti “berkat”, juga bukan serangkai resep hidup bahagia. Sabda Bahagia menunjukkan apa yang terjadi bila orang berada dalam keadaan yang digambarkan di situ. Pendengar diajak memikirkan lebih lanjut dan mengambil sikap-sikap baru. Dengan demikian Sabda Bahagia bukan mengajarkan “yang itu-itu” saja. Sabda itu tetap menyapa.

Sabda Bahagia sebaiknya juga dibaca dengan menengok ke depan, yakni ke pengajaran Yesus mengenai Penghakiman Terakhir dalam Mat 25:31-46. Kedua bahan ini membingkai seluruh pengajaran Yesus. Kedua-duanya diberikan pada sebuah bukit. Kedua-duanya membicarakan siapa-siapa yang bakal memiliki Kerajaan Surga, yang dapat memasuki kebahagiaan kekal. Dalam Mat 25:35-36 ditegaskan bahwa berbuat baik kepada sesama berarti berbuat baik kepada Tuhan sendiri. Yesus memanusiakan gambaran Penghakiman Terakhir. Diajarkan bagaimana orang bisa mengerti bahwa yang dikerjakan bagi sesama nanti dijadikan batu uji masuk surga. Kebijaksanaan dan akal sehat menjadi penuntun yang baik ke arah pertanggungjawaban terakhir nanti. Orang dihimbau sejak kini agar nanti bisa mengatakan kita juga telah memperkaya Tuhan dan telah berbuat baik kepadaNya. Sabda Bahagia menggambarkan keadaan batin dan sikap hidup mereka yang nanti pada akhir zaman akan dapat mengatakan bahwa telah berbuat banyak bagi sesama. Dan Tuhan akan mengatakan itu semua dikerjakan bagiNya. Mereka yang demikian akan betul-betul dapat disebut “Berbahagia”! Dan mereka inilah orang-orang kudus yang dirayakan pada hari Minggu ini.

Salam hangat,
A. Gianto

Lamunan Pekan Biasa XXX

Jumat, 30 Oktober 2015

Lukas 14:1-6

14:1. Pada suatu hari Sabat Yesus datang ke rumah salah seorang pemimpin dari orang-orang Farisi untuk makan di situ. Semua yang hadir mengamat-amati Dia dengan saksama.
14:2 Tiba-tiba datanglah seorang yang sakit busung air berdiri di hadapan-Nya.
14:3 Lalu Yesus berkata kepada ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi itu, kata-Nya: "Diperbolehkankah menyembuhkan orang pada hari Sabat atau tidak?"
14:4 Mereka itu diam semuanya. Lalu Ia memegang tangan orang sakit itu dan menyembuhkannya dan menyuruhnya pergi.
14:5 Kemudian Ia berkata kepada mereka: "Siapakah di antara kamu yang tidak segera menarik ke luar anaknya atau lembunya kalau terperosok ke dalam sebuah sumur, meskipun pada hari Sabat?"
14:6 Mereka tidak sanggup membantah-Nya.

Butir-butir Permenungan
  • Tampaknya, setiap agama memiliki aturan wajib. Ada saat tertentu yang mewajibkan umatnya untuk melakukan upacara tertentu dan melarang perbuatan-perbuatan tertentu.
  • Tampaknya, aturan wajib dalam agama menjadi tolok ukur kesungguhan orang untuk menjadi baik dan mulia. Yang melanggar aturan wajib dapat dipandang sesat.
  • Tetapi BISIK LUHUR berkata bahwa seketat apapun aturan wajib dalam agama, kalau semuanya demi membangun dan mengembangkan hubungan dengan kedalaman batin, di dalam hidup kongkret orang akan selalu mengutamakan kemanusiaan sehingga dalam kasus-kasus tertentu ada keterbukaan tak jalani kewajiban.  Dalam yang ilahi karena kemesraannya dengan gema relung hati orang akan setia jalani yang diatur agama tanpa kehilangan kepedulian terhadap kemanusiaan.
Ah, kesejatian iman adalah jalani segaa kewajiban agama secara tertib bahkan ketat.

Sabda Hidup



Jumat, 30 Oktober 2015
Angelus dr Acri, Dominikus Collins
warna liturgi Hijau 
Bacaan
Rm. 9:1-5; Mzm. 147:12-13,14-15,19-20; Luk. 14:1-6. BcO Yer 28:1-17

Lukas 14:1-6: 
1 Pada suatu hari Sabat Yesus datang ke rumah salah seorang pemimpin dari orang-orang Farisi untuk makan di situ. Semua yang hadir mengamat-amati Dia dengan saksama. 2 Tiba-tiba datanglah seorang yang sakit busung air berdiri di hadapan-Nya. 3 Lalu Yesus berkata kepada ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi itu, kata-Nya: "Diperbolehkankah menyembuhkan orang pada hari Sabat atau tidak?" 4 Mereka itu diam semuanya. Lalu Ia memegang tangan orang sakit itu dan menyembuhkannya dan menyuruhnya pergi. 5 Kemudian Ia berkata kepada mereka: "Siapakah di antara kamu yang tidak segera menarik ke luar anaknya atau lembunya kalau terperosok ke dalam sebuah sumur, meskipun pada hari Sabat?" 6 Mereka tidak sanggup membantah-Nya.

Renungan:
Beberapa waktu yang lalu ada seseorang yang dikecam karena foto selfie di depan area kebakaran. Mungkin ada banyak orang yang melakukan hal yang sama seperti itu. Hanya naas dia mengunggahnya di media sosial sehingga hanya dia yang kena hujatan. Memang layak dipertanyakan kenapa dia dan orang-orang malah foto-fotoan selfi di lokasi seperti itu. Mengapa mereka tidak terlibat menolong memadamkan kebakaran. Situasi susah malah menjadi media bersolek diri.
Orang-orang pun mengamat-amati gerak-gerik Yesus di hari Sabat itu (bc. Luk 14:1). Mereka pun melihat ada orang yang membutuhkan pertolongan. Mereka menunggu tindakan Yesus terhadap orang tersebut. Kalau Yesus menolong orang tersebut maka Ia bisa dituduh melanggar hari Sabat.
Dunia kita tampaknya dikuasai oleh berpendapat dan bersolek. Kalau ada persoalan banyak pendapat yang muncul, minim aksi yang mengatasi persoalan tersebut. Semua orang sibuk dengan pikiran dan dirinya sendiri. Kala ada orang lain yang bertindak pun mereka bisa saja berpendapat dan tidak jarang menyalahkan mereka yang bertindak. Namun bersama Yesus marilah kita lebih banyak berbuat dari pada berpendapat.

Kontemplasi:
Pejamkan matamu sejenak. Hadirkan satu masalah di lingkunganmu, misalnya sampah. Lihatlah berapa banyak yang berpendapat dan berapa banyak yang bertindak.

Refleksi:
Apakah benar jaman sekarang orang mudah berpendapat daripada bertindak?

Doa:
Tuhan, semoga hatiku gampang tergerak untuk bertindak daripada berpendapat. Semoga banyak orang pun lebih rela mengulurkan tangannya dari pada hanya mudah omong. Amin.

Perutusan:
Aku akan terlibat dan bertindak mengatasi persoalan di sekitarku. -nasp-