Pages

Subscribe:
/
  • Domus Pacis

    Domus Pacis atau Rumah Damai berada di Puren, Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta. Di rumah ini sedang dikembangkan pastoral ketuaan. "Tua tak mungkin terlambat datangnya, namun renta bisa ditunda hadirnya"

  • Indahnya di usia tua

    Tua namun tak renta, sakit tak sengsara, Mati masuk surga

  • Tua Yang Bijaksana

    Menjadi Tua itu kepastian, namun tua yang bijaksana itu suatu perjuangan.

Thursday, June 16, 2016

KOMUNITAS RAMA-RAMA DOMUS: SHARING


Dalam hal pengembangan iman di Keuskupan Agung Semarang diupayakan adanya pendampingan iman berjenjang dari usia dini hingga usia lanjut. Istilah PIUL (Pendampingan Iman Usia Lanjut) pun menjadi hal yang tampaknya baru. Perhatian bagi kaum lanjut usia (lansia) di banyak banyak paroki terjadi dengan adanya Tim Kerja PIUL. Yang paling banyak dilakukan dalam perhatian pada kaum lansia adalah penyelenggaraan Misa Lansia dan atau Pelayanan Sakramen Minyak Suci. Tetapi bagaimana kaum lansia harus mendapatkan pendampingan pengembangan iman, hal ini tampaknya masih harus dieksplorasi. Dalam suasana eksploratif ini para rama Domus Pacis ikut ambil bagian mencari bentuk-bentuk pendampingan iman di tengah kaum lansia. Pencarian ini tentu bermakna untuk kepentingan para rama Domus sendiri tetapi kemudian juga memiliki makna bagi umat. Tulisan ini menjadi sebuah sharing pengalaman.

Dari Keprihatinan

Sebenarnya para rama Domus Pacis mengalami suasana dan kondisi memprihatinkan selama cukup lama hingga Agustus 2012. Domus Pacis barangkali menjadi tempat yang penghuninya tinggal dalam keterpaksaan terutama karena sakit atau karena kondisi tubuh yang sudah tidak mampu sama sekali mengurus diri. Beberapa rama yang pernah mengalami tinggal sementara memiliki pandangan yang bernuansa negatif. Bahkan ada yang bilang Domus Pacis itu seperti penjara. Ada rama, yang sebenarnya berdasarkan SK Keuskupan harus tinggal di Domus Pacis, karena masih mampu bermotor walau dalam kondisi ketuaan dan tubuh yang bermasalah lebih banyak tinggal di pastoran paroki yang jaraknya cukup jauh. Setiap rama yang tinggal di Domus Pacis dilayani segalanya di kamar masing-masing. Dalam hal makan ada ungkapan yang mengatakan bahwa "Kamarnya memang seperti kamar RS Panti Rapih kelas utama, tetapi makannya seperti pelayanan Puspita". Dulu di RS Panti Rapih ada Bangsal Puspita yang diperuntukkan bagi pasien yang ekonominya di bawah kemiskinan. Pada tahun 2004 para rama penghuni memang makan bersama di salah satu ruangan. Tetapi yang terjadi di masa berikutnya makan pun di antar di kamar masing-masing. "Kalau harus makan bersama, kerap ada yang tidak bisa ikut" alasan salah satu rama yang pernah menjadi Minister atau yang bertanggung jawab rumah tangga Domus Pacis.

Membangun dan Mengembangkan Komunitas

Kalau tidak salah mulai dengan triwulan terakhir tahun 2010 dua atau tiga rama Domus Pacis sering duduk-duduk di teras depan kamar salah satu rama. Mereka biasa omong sana-sini termasuk hal-hal yang dirasa tidak enak di Domus. Kemudian terjadilah makan siang bareng pada bulan Januari 2011 ketika salah satu rama berulang tahun. Sebenarnya kebiasaan yang terjadi adalah bahwa rama yang berulang tahun diberi kesempatan minta lauk tertentu tetapi untuk dinikmati sendiri di kamarnya. Ternyata pada saat itu rama yang berulang tahun itu minta makan bareng serumah. Tentu saja rama petugas terkejut karena tak ada budget untuk pesta. Karena rama yang berulang tahun masih dapat melayani misa dan kadang-kadang juga pertemuan, dia memiliki simpanan uang dari stipendium dan honorarium yang kebetulan oleh pimpinan rumah disuruh menyimpan sendiri. Untuk berulang tahun dia sanggup menyediakan lauk yang dibeli untuk kepentingan makan bareng serumah.

Suasana kebersamaan antar para rama Domus berkembang ketika selama masa Prapaskah 2011 misa harian bersama di kapel dijadikan kesempatan pendalaman iman pada setiap hari Jumat. Dari pendalaman iman ini, sesudah Paskah 2011, muncul kesepakatan makan bersama setiap Selasa siang. Sesudah beberapa kali terjadi ternyata acara makan siang ini terdengar oleh beberapa ibu di Pringwulung sehingga kerap terjadi ada lauk pauk khusus diberikan oleh mereka secara bergantian. Kebersamaan makan bersama akhirnya menjadi kebiasaan sehari tiga kali mulai dengan Hari Raya Idul Fitri 2011. Selama tiga hari pada Idul Fitri tahun itu seluruh karyawan diliburkan. Beberapa ibu Katolik membantu pengadaan makan untuk para rama Domus. Dan mulai saat inilah sajian makan sehari-hari tidak terjadi di kamar masing-masing rama. Petugas dapur memasak dan menyajikan di ruangan yang dijadikan kamar makan hingga kini. Dari makan bersama Komunitas Rama-rama Domus Pacis sungguh mengalami perkembangan yang amat bermakna. Omong-omong selama makan menghadirkan berbagai hal baru.

Salah satu kegiatan yang sungguh membuat Komunitas Rama Domus mampu berjejaring dengan umat Katolik secara umum adalah pembuatan Majalah Elektronik. Dalam majalah itu beberapa rama membuat tulisan dan Rama Agoeng menayangkan ke berbagai kelompok jaringan lewat email. Majalah elektronik ini memang hanya berjalan selama satu tahun. Akan tetapi mulai dengan Maret 2013 Rama Bambang dilatih dan diserahi oleh Rama Agoeng menjadi admin Blog Domus www.domuspacispuren.blogspot.com yang berisi 4 kolom: Agenda Pastoral, Historia Domus, Renungan Harian, dan Pastoral Ketuaan. Sebenarnya kalau berbicara tentang para rama Domus, hal ini pernah menjadi keprihatinan karena ada rama yang tidak terlibat. Namun demikian dari sini muncul sikap bahwa yang pokok adalah membangun dan mengembangkan hawa Yesus Kristus dalam kehidupan Domus Pacis. Dari keyakinan atas firman Tuhan "di mana dua atau tiga orang berkumpul dalam Nama-Ku, di situ Aku ada di tengah-tengah mereka" (Mat 18:20), sekecil apapun bentuk kebersamaan, hal ini memungkinkan Komunitas Rama-rama Domus Pacis ikut menjadi Gereja Inti (nucleus church). Ini sesuai dengan yang dikatakan oleh O'Halloran dalam buku Living Cells Developing Small Christian Community (Quezon City, Phillipines: 1988 hal 25-26). Komunitas yang berskala kecil dan terbuka berjejaring dengan komunitas-komunitas lain sungguh membuat Komunitas Rama Domus Pacis menjadi paguyuban para murid Kristus.

Komunitas Menghadirkan Daya Hidup

Satu hal yang kerap dirasakan menjadi keprihatinan adalah realita penanggungjawab harian Domus Pacis tidak tinggal bersama dengan para rama Domus. Bahkan makan bersama pun menjadi peristiwa yang amat sangat langka kalau tidak boleh dikatakan amat sangat langka sekali. Sebetulnya ada tiga orang yang menjadi pengurus dengan SK Keuskupan. Tampaknya mereka berjumpa hanya kalau ada hal khusus dari Domus Pacis yang harus dibicarakan. Program-program yang dibuat tampaknya sudah beres kalau sudah dilaporkan ke Keuskupan. Tetapi sebagai pelaksana harian tampaknya tak ada upaya operasional untuk terealisasinya program. Bahkan pernah ada program yang diminta langsung oleh Mgr. I Suharyo ketika masih menjabat Uskup Agung Semarang. Beliau beberapa kali dalam beberapa tahun meminta untuk diadakan pengecatan kembali bangunan Domus Pacis. Tetapi hingga Mgr. Haryo pindah ke Jakarta, program pengecatan itu hanya menjadi materi yang harus dijadikan proposal beberapa kali.

Untunglah salah satu pengurus memang tinggal di Domus Pacis. Beliau amat disibukkan oleh tugas pokok dari Keuskupan Agung Semarang. Tetapi beliau memiliki hati peduli yang mendalam sekalipun banyak pergi bertugas namun ketika pulang ikut makan bersama para rama Domus. Kekerapannya memang bisa dibilang tak sampai 5% dari 720 jam dalam sebulan. Meskipun demikian beliau inilah yang menjadi air dan cahaya tumbuh dan berkembangnya Komunitas Rama Domus. Ketika cat tembok bangunan Domus makin kusam dan lama tak diperbarui, beliau mengajak para rama untuk mencari dana ke umat yang dimulai dengan menampilkan salah satu rama di depan umat ketika sang pengurus memimpin misa di Kumetiran pada triwulan terakhir tahun 2011. Dari sini berita Domus lewat email dan FB pun marak. Almarhum Rm. Priyambono dari Paroki Kelor menggerakkan umat lingkungan-lingkungannya beberapa kali datang untuk mengerjakan pengecatan dan kebersihan Domus dengan membawa fasilitas sendiri termasuk makan minumnya. Semua yang terjadi di Domus Pacis selalu ditayangkan menjadi berita di dunia maya lewat internet. Dari sini Domus Pacis makin dikenal banyak pihak dan kemudian menjadikan banyak umat berkunjung baik yang perorangan maupun kelompok. Domus Pacis tidak lagi menjadi semacam panti atau bahkan tempat pengasingan tetapi menjadi komunitas iman para rama sebagai bagian dari umat Gereja. Komunitas rama Domus Pacis masuk secara nyata dalam persekutuan paguyuban-paguyuban murid-murid Kristus lintas paroki bahkan lintas keuskupan. Perkembangan menjadi bagian nyata (bukan sekedar teoritas ajaran tentang komunitas) dari Gereja sebagai persekutuan paguyuban-paguyuban ini sungguh membuat daya segar kehidupan para penghuni Domus Pacis. Beberapa hal dapat menjadi tanda realitas Gerejawi dalam Komunitas Rama-rama Domus Pacis:
  • Mandiri pesta ulang tahun imamat. Sebenarnya berbicara tentang pesta terasa tidak enak karena hal ini dapat memberi kesan gaya hidup elite kaum kaya. Tetapi untuk lingkungan kaum tua yang pada mula terasa sepi terasing dan hanya terurus dalam kerutinan, peristiwa pesta menjadi momen khusus yang menandakan diri sebagai bagian orang-orang dan kelompok-kelompok lain. Yang dipilih bukan ulang tahun umur tetapi ulang tahun tahbisan agar selalu ada saat penyadaran identitas diri. Kalau disebut mandiri, hal ini dimaksudkan bahwa uang pembeayaan tidak minta pengurus atau Keuskupan dan pihak-pihak lain. Pembeayaan berasal dari uang milik kebersamaan intern para rama Domus. Ketika diadakan pertama kali pada tanggal 21 Desember 2011 untuk peringatan tahbisan Rama Yadi dan almarhum Rama Harjaya, pembeayaan berasal dari iuran sukarela para rama Domus sesuai dengan besaran simpanan masing-masing. Tetapi dalam perkembangan, karena banyak pihak sering datang berkunjung dan memberi sumbangan uang, maka Komunitas Rama-rama Domus Pacis memiliki uang kas. Bahkan Komunitas juga membuka rekening bank untuk menyimpan dan menerima sumbangan yang dikirimkan. Pesta ulang tahun imamat hingga tulisan ini dibuat terjadi empat kali setahun untuk tujuh rama. Setiap pelaksanaan pesta ulang tahun imamat, Komunitas selalu mengundang para relawan, umat Lingkungan Fransiskus Assisi Puren dimana Domus berada, kelompok kor untuk mengiringi misa, dan keluarga yang dipestakan.
  • Topangan para relawati-relawan. Salah satu tanda dari kehidupan komunitas atau paguyuban adalah terjadinya semangat berbagi dalam kegiatan berdasar kerelaan. Kegiatan terjadi bukan karena program dan anggaran resmi tetapi dari kepedulian hati yang disertai tindakan korban. Pada saat ini ada beberapa kehidupan Domus yang ditopang oleh kekuatan relawati-relawan. Pertama, penyediaan konsumsi sehari-hari. Mulai dengan bulan September 2013 Domus Pacis sudah tidak menggunakan jasa tukang masak secara khusus (yang sudah terjadi mulai Juli 2013) dan tidak memanfaatkan jasa catering (yang terjadi pada Juli-Agustus 2013). Sejak itu hingga kini konsumsi harian berupa lauk dan sayuran disediakan oleh para relawati-relawan lintas paroki yang dikoordinasi dalam kelompok-kelompok oleh delapan orang ibu. Salah satu rama Domus dijadikan koordinator umum yang bertugas mengirim SMS setiap hari untuk yang mendapatkan giliran hari berikut. Umat rela masak Domus ini juga mengantar ke Domus Pacis tiga kali sehari sesuai gilirannya. Kini ada 89 orang anggota rela masak untuk memenuhi 93 kali makan kalau dalam satu bulan ada 31 hari. Koordinator umum memang memberikan uang jatah makan yang didapat dari Keuskupan lewat pengurus. Tetapi para rama yang biasa makan bersama menyadari bahwa jatah setiap makan yang di pastoran pada umumnya paling banyak untuk tiga rama, di Domus Pacis selalu disediakan oleh anggota rela masak untuk 14 orang karena para karyawan (termasuk yang tinggal bersama keluarga di Domus) ikut mendapatkan jatah. Kedua, penyelenggaraan dan penyediaan konsumsi Novena Domus. Salah satu kegiatan rutin di Domus Pacis adalah penyelenggaraan Novena Ekaristi Seminar. Ini adalah pengembangan pastoral ketuaan yang dicoba dengan dua kali seminar pada tahun 2012. Sejak tahun 2013 hingga kini penyelenggaraan terjadi sembilan kali setiap tahun (Maret-November) yang ditutup dengan Liturgi Ekaristi. Untuk penyelenggaraan ini selalu ada relawati-relawan yang mengurus penerimaan peserta dan konsumsi baik snak maupun santap siang. Ketiga, relawan sopir. Di Domus juga ada warga Katolik yang siap mengantar rama Domus dengan mobil. Di Domus Pacis memang tersedia fasilitas mobil tetapi tidak ada sopir khusus.
  • Keterlibatan pemeliharaan dan pengembangan bangunan serta fasilitas rumah. Dengan perkembangan yang ada, sejak triwulan akhir tahun 2011 peran Komunitas dalam pemeliharaan dan pengembangan bangunan Domus Pacis dapat dinilai sangat besar. Kalau dihitung dengan uang, lebih dari 60,00% pembeayaan tersedia karena kehidupan Komunitas dalam berjejaring atau bersekutu dengan umat Gereja secara luas. Tambahan-tambahan bangunan seperti ruang serba guna (untuk garasi dan pertemuan-pertemuan), kolam-kolam yang sekaligus dijadikan penampungan air di kala kemarau, tanam-tanaman dan taman, semua dibeayai dengan uang kas Komunitas. Bahkan program penggantian genting kerpus karena rumah yang banyak bocor nya dalam kurun waktucukup lama, dan pembuatan talud yang sudah diputuskan pada tahun 2014 juga dilaksanakan oleh rama penghuni dalam topangan pemborong sekaligus pelaksana bangunan yang di Domus Pacis menjadi semi-relawan. Dalam hal fasilitas rumah, Komunitas juga ikut menyediakan beberapa hal seperti TV dan AC.
  • Keterlibatan perhatian sesama teman rama penghuni. Perhatian terhadap sesama rama penghuni paling terasa tampak bila ada yang mengalami kondisi sakit. Hubungan personal yang terutama terjalin dalam makan bersama membuat rasa peka kalau ada teman yang mengalami masalah kesehatan. Relasi personal dengan pihak luar Domus yang dimiliki oleh salah satu rama dapat menjadi topangan kekuatan untuk membantu terurusnya rama lain. Misalnya dalam hal mencari pramurukti di RS Panti Rini yang pada umumnya sulit, karena kemampuannya berelasi salah satu rama penghuni hal itu masih dapat diperoleh dalam waktu relatif cepat.
  • Keterlibatan misioner Gereja. Secara personal beberapa anggota Domus masih termasuk yang diminta untuk melayani misa terutama untuk ujub keluarga dan terutama lagi ujub peringatan arwah. Ada juga yang masih menerima konsultasi dan permintaan doa. Tetapi sebagai komunitas kaum tua yang tampaknya sungguh berkembang adalah ambil bagian dalam pembinaan iman untuk kaum tua dan lansia. Novena Ekaristi Seminar yang pada awalnya diikuti oleh antara 150-200 orang, pada tahun 2016 selalu ada pendaftar sekitar 400 orang. Novena Domus sungguh jadi arena berbagi dari banyak pihak: 1) para relawati-relawan yang membantu penyelenggaraan dan pengadaan konsumsi; 2) pembicara ahli yang hadir menyumbang wawasan sesuai tema tanpa mendapatkan honorarium; 3) para peserta yang menyumbang beaya konsumsi lewat kolekte sukarela. Pendampingan iman kaum tua dan lansia juga terjadi dengan melayani permintaan kelompok-kelompok kaum tua dan paroki-paroki yang minta semacam rekoleksi. Pelayanan pendampingan iman juga terjadi pada kelompok-kelompok yang datang berkunjung di Domus Pacis baik yang minta rekoleksi atau misa dimana khotbah menjadi momen pembinaan iman khusus.
Intinya adalah Pengembangan Daya

Dari pengalaman sekilas kehidupan Komunitas Rama-rama Domus Pacis, kalau terjadi dinamika hidup suasana kebersamaan para rama, tampaknya semua adalah karena adanya pengembangan daya dari para rama. Barangkali tidak semua ikut terlibat aktif, tetapi rama-rama yang masih mengembangkan sekecil apapun daya talenta yang dimiliki telah menjadi landasan berkembangnya suasana ceria Injili kehidupan Domus Pacis. Dua atau tiga orang asal dilandasi kesadaran iman dan demi kepentingan bersama dan dalam keterbukaan dengan jaringan luas, hal ini telah mengembangkan iklim bernuansa Injil Yesus Kristus. Barangkali yang terjadi disebabkan oleh hati bergolak karena ketidakpuasan akan kurangnya perhatian pengurus. Tetapi daya-daya yang muncul telah membuat para penghuni Domus Pacis menjadi bagian dari persekutuan murid-murid Tuhan Yesus Kristus.

0 comments:

Post a Comment