Pages

Subscribe:
/
  • Domus Pacis

    Domus Pacis atau Rumah Damai berada di Puren, Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta. Di rumah ini sedang dikembangkan pastoral ketuaan. "Tua tak mungkin terlambat datangnya, namun renta bisa ditunda hadirnya"

  • Indahnya di usia tua

    Tua namun tak renta, sakit tak sengsara, Mati masuk surga

  • Tua Yang Bijaksana

    Menjadi Tua itu kepastian, namun tua yang bijaksana itu suatu perjuangan.

Sunday, July 31, 2016

Di Korsel, Mengurus Cucu Sendiri Digaji Jutaan Rupiah

diambil dari http://www.wartabuana.com Anggi SS | Minggu, 15 Novermber 2015 22:12 WIB | PRINT BERITA


WARTABUANA – Di Korea Selatan, kakek atau nenek yang memelihara cucunya yang masih kecil berhak dapat bayaran hingga belasan juta rupiah perbulan. Cara ini sudah berlangsung lama dan profesional.

Hal itu dilakoni Ock Mi-eun (57) telah merawat cucu laki-lakinya sejak ia lahir dua tahun lalu agar putrinya bisa kembali bekerja. Ia menerima 1 juta won atau sekitar Rp[ 12 juta perbulan untuk layanan yang diberikannya.

Apa yang dilakukan Ock Mi-eun adalah hal biasa di Korea Selatan. Para ibu muda membayar  orang tua mereka untuk merawat cucu-cucunya. Jumlah lansia seperti ini telah meningkat dan pengaturannya semakin profesional, karena semakin banyak orangtua yang membayar sama dengan gaji penuh pengasuh anak.

“Anda meninggalkan anak Anda dengan orang lain, sudah menjadi tanggung jawab Anda untuk membayar kompensasi,” ujar Ock, yang menjaga cucunya sampai ibu anak itu kembali dari kerja malam hari.

Untuk melengkapi kemampuan mereka merawat balita, banyak kelas perawatan anak untuk para manula bermunculan di pusat-pusat kesehatan umum. Mereka biasanya diajari teknik pernafasan untuk pertolongan pertama CPR, pijat bayi, cara memberi makan dan bermain dengan anak-anak.

“Mereka sangat bersemangat mempelajari cara modern dalam merawat anak, karena banyak sekali yang berubah dari zaman mereka dulu. Mereka tidak ingin diremehkan anak-anak mereka,” ujar Song Geum-re, yang mengajar di kelas-kelas pengasuhan anak untuk para manula.

Tren ini didorong oleh perubahan-perubahan dalam populasi Korea Selatan, negara dengan pertumbuhan populasi usia tercepat di dunia. Tingkat perempuan bekerja yang mencapai rekor tinggi dan tingginya angka kemiskinan di kalangan manula membuat banyak orang tua yang memerlukan penghasilan.

Meski data pemerintah menunjukkan hampir 53 persen dari perempuan Korea Selatan bekerja, angka ini masih rendah dibandingkan dengan negara-negara maju lain yang menjadi anggota Organisasi Kerjasama dan Pembangunan Ekonomi (OECD).

Pada April 2014, 22,4 persen perempuan yang sudah menikah berusia 15 sampai 54 tahun di Korea Selatan telah berhenti kerja karena pernikahan, kelahiran anak atau merawat anak, menurut data pemerintah.

Ibu-ibu baru sering terhalang untuk kembali bekerja karena kurangnya tempat penitipan anak, dengan jumlah permintaan yang jauh melebihi persediaan. Seorang anggota legislatif dari partai berkuasa mengatakan tahun lalu bahwa rasio jumlah anak dibandingkan tempat yang tersedia di pusat penitipan anak adalah 11 berbanding 1. Sementara, pada fasilitas-fasilitas pemerintah yang banyak dicari orang, rasionya naik menjadi 47 berbanding 1.

Jumlah keluarga yang anak-anaknya dirawat oleh kakek nenek mereka naik menjadi 35,1 persen pada 2012, angka terbaru yang tersedia dari data pemerintah, dari hanya 31,9 persen tahun 2009.

Sebuah survei yang dilakukan oleh Institut Riset Keluarga dan Perempuan Gyeonggido tahun 2011 menunjukkan bahwa hampir 80 persen dari 300 kakek nenek yang merawat cucu-cucu mereka secara rutin mendapatkan gaji.

Suh Moon-hee, peneliti tamu di Institut Kesehatan dan Sosial Korea, mengatakan bahwa membayar kakek nenek untuk mengurus cucu-cucunya bukanlah hal yang baru, namun persentase dan jumlah gajinya telah naik, menunjukkan pengaturan yang lebih profesional.

“Sebelumnya, orang Korea Selatan membayar sepertiga dari gaji pengasuh anak karena mereka secara rutin memberi bantuan finansial untuk orang-orangtua mereka. Sekarang, mereka membayar orangtua mereka gaji penuh, lebih sebagai transaksi untuk layanan yang diberikan,” ujarnya.

Untuk banyak keluarga, meminta orangtua menjaga cucu-cucu mereka adalah saling menguntungkan.

Kompensasi dalam merawat cucu dapat menjadi penghasilan utama bagi para manula di Korea Selatan, di mana 49 persen dari mereka yang berusia 66 tahun ke atas hidup dalam kemiskinan, menurut data pemerintah.

Salah satu pemerintah distrik di Seoul mulai membayar subsidi bulanan tahun 2011 untuk para kakek nenek yang merawat cucu mereka secara rutin. Namun, kurangnya pendanaan telah menghapuskan inisiatif tersebut di tempat-tempat lain.

Profesionalisme baru di antara para kakek nenek yang merawat cucu-cucu mereka bahkan menyamai pusat-pusat penitipan anak. Banyak kakek nenek yang ketat dengan jam kerja mereka, dengan menghentikan layanan tepat pukul 6 sore.[]

Sabda Hidup



Senin 01 Agustus 2016
Peringatan Wajib
St. Alfonsus Maria de Liguori
warna liturgi Putih 
Bacaan
Yer. 28:1-17; Mzm. 119:29,43,79,80,95,102; Mat. 14:13-21. BcO Yl. 1:13 – 2:11

Matius 14:13-21:
13 Setelah Yesus mendengar berita itu menyingkirlah Ia dari situ, dan hendak mengasingkan diri dengan perahu ke tempat yang sunyi. Tetapi orang banyak mendengarnya dan mengikuti Dia dengan mengambil jalan darat dari kota-kota mereka. 14 Ketika Yesus mendarat, Ia melihat orang banyak yang besar jumlahnya, maka tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan kepada mereka dan Ia menyembuhkan mereka yang sakit. 15 Menjelang malam, murid-murid-Nya datang kepada-Nya dan berkata: "Tempat ini sunyi dan hari sudah mulai malam. Suruhlah orang banyak itu pergi supaya mereka dapat membeli makanan di desa-desa." 16 Tetapi Yesus berkata kepada mereka: "Tidak perlu mereka pergi, kamu harus memberi mereka makan." 17 Jawab mereka: "Yang ada pada kami di sini hanya lima roti dan dua ikan." 18 Yesus berkata: "Bawalah ke mari kepada-Ku." 19 Lalu disuruh-Nya orang banyak itu duduk di rumput. Dan setelah diambil-Nya lima roti dan dua ikan itu, Yesus menengadah ke langit dan mengucap berkat, lalu memecah-mecahkan roti itu dan memberikannya kepada murid-murid-Nya, lalu murid-murid-Nya membagi-bagikannya kepada orang banyak. 20 Dan mereka semuanya makan sampai kenyang. Kemudian orang mengumpulkan potongan-potongan roti yang sisa, dua belas bakul penuh. 21 Yang ikut makan kira-kira lima ribu laki-laki, tidak termasuk perempuan dan anak-anak.

Renungan:
Suatu kali di pertandingan voli sebuah klub berhadapan dengan klub lain yang jauh lebih kuat. Klub tersebut sempat gentar. Namun sang pelatih menguatkan mereka dan menjaga kekompakan tim. Ia pun menunjukkan titik lemah dari klub lawan. Para pemain percaya dengan sang pelatih. Mereka kompak dan selalu mengikuti instruksi sang pelatih. Tanpa diduga klub yang lemah itu menjadi berganda kekuatannya dan berhasil mengalahkan klub yang kuat.
Yesus menggandakan keterbatasan yang dimiliki para murid dan orang-orang yang mengikutiNya. Roti dan ikan yang terbatas digandakan sehingga bisa memenuhi kebutuhan semua orang, bahkan ada yang sisa.
Kadang kita pun merasa terbatas dan kurang. Namun demikian kalau kita yakin bahwa kita bisa memenuhi tuntutan dengan kemampuan kita kita akan bisa melipatgandakan kemampuan kita. Kita semua mempunyai bekal yang cukup untuk mengatasi hidup kita. Tuhan akan menggandakannya17 Jawab mereka: "Yang ada pada kami di sini hanya lima roti dan dua ikan." 18 Yesus berkata: "Bawalah ke mari kepada-Ku."
Yesus menggandakan keterbatasan yang dimiliki para murid dan orang-orang yang mengikutiNya. Roti dan ikan yang terbatas digandakan sehingga bisa memenuhi kebutuhan semua orang, bahkan ada yang sisa.
Kadang kita pun merasa terbatas dan kurang. Namun demikian kalau kita yakin bahwa kita bisa memenuhi tuntutan dengan kemampuan kita kita akan bisa melipatgandakan kemampuan kita. Kita semua mempunyai bekal yang cukup untuk mengatasi hidup kita. Tuhan akan menggandakan..

Kontemplasi:
Bayangkan dirimu dalam kondisi terbatas. Namun kamu percaya bisa menyelesaikan tanggungjawab yang kauemban.

Refleksi:
Apa yang kaulakukan kala menghadapi tugas tapi kemampuanmu terbatas?

Doa:
Tuhan aku percaya Engkau selalu memberikan jalan kepadaku. Aku tak akan menyerah dengan keterbatasanku.  Amin.

Perutusan:
Aku akan maju dengan segala keterbatasanku. -nasp-

Lamunan Pesta Wajib

Santo Alfonsus Maria de Liguori, Uskup dan Pujangga Gereja
Senin, 1 Agustus 2016

Matius 14:13-21

14:13. Setelah Yesus mendengar berita itu menyingkirlah Ia dari situ, dan hendak mengasingkan diri dengan perahu ke tempat yang sunyi. Tetapi orang banyak mendengarnya dan mengikuti Dia dengan mengambil jalan darat dari kota-kota mereka.
14:14 Ketika Yesus mendarat, Ia melihat orang banyak yang besar jumlahnya, maka tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan kepada mereka dan Ia menyembuhkan mereka yang sakit.
14:15 Menjelang malam, murid-murid-Nya datang kepada-Nya dan berkata: "Tempat ini sunyi dan hari sudah mulai malam. Suruhlah orang banyak itu pergi supaya mereka dapat membeli makanan di desa-desa."
14:16 Tetapi Yesus berkata kepada mereka: "Tidak perlu mereka pergi, kamu harus memberi mereka makan."
14:17 Jawab mereka: "Yang ada pada kami di sini hanya lima roti dan dua ikan."
14:18 Yesus berkata: "Bawalah ke mari kepada-Ku."
14:19 Lalu disuruh-Nya orang banyak itu duduk di rumput. Dan setelah diambil-Nya lima roti dan dua ikan itu, Yesus menengadah ke langit dan mengucap berkat, lalu memecah-mecahkan roti itu dan memberikannya kepada murid-murid-Nya, lalu murid-murid-Nya membagi-bagikannya kepada orang banyak.
14:20 Dan mereka semuanya makan sampai kenyang. Kemudian orang mengumpulkan potongan-potongan roti yang sisa, dua belas bakul penuh.
14:21 Yang ikut makan kira-kira lima ribu laki-laki, tidak termasuk perempuan dan anak-anak.

Butir-butir Permenungan
  • Tampaknya, perhatian pada yang papa dan menderita makin lama makin berkembang pesat. Di dalam kehidupan bernegara dan bermasyarakat sikap berpihak pada golongan kecil menjadi andalan kesungguhan untuk memperhatikan kebaikan umum.
  • Tampaknya, perhatian pada yang papa dan menderita memang telah menjadi kepedulian sosial. Gerakan-gerakan kebersamaan yang diorganisasi dan bahkan sistem tatanan dalam bisnis telah menjadikan perhatian pada golongan kecil mendapatkan bentuk institusional.
  • Tetapi BISIK LUHUR berkata bahwa, bagi yang biasa bergaul akrab dengan kedalaman batin, sehebat apapun seseorang punya pengertian akan penderitaan orang lain dan sebesar apapun sumbangannya, kalau dia tidak bertindak ikut memenuhi kebutuhan nyata dari kebutuhan kaum kecil di hadapannya, sejatinya dia belum memiliki kepedulian sosial. Dalam yang ilahi karena kemesraannya dengan gema relung hati orang akan mengamalkan hidup sesuai dengan kebutuhan kongkret.
Ah, pokoknya kalau gaji sudah dipotong rutin untuk pos sosial, mengapa masih harus menambah pengeluaran lagi.

Saturday, July 30, 2016

Kasih Umat


Dua hari ini, Rabu tanggal 27 dan Kamis tanggal 28 Juli 2016, rama-rama Domus Pacis mendapatkan snak dan menu ekstra. Pada hari Rabu, ketika sedang mengetik di laptopnya, Rm. Bambang mendapatkan tamu. Ibu Dewa dari Lingkungan Kepuh, Paroki Pringwulung, pada sekitar jam 10.00 datang dan masuk di kamar Rm. Bambang. "Rama kersa pisang, ta?" (Bukankah rama mau pisang?) kata Bu Dewa sampil meletakkan pisang di meja kerja. Rm. Bambang menyambut dengan kata-kata "Wah, digodhog eca, nggih?" (Wah, sesudah direbus enak sekali). Bu Dewa juga berceritera kalau ditawari untuk ikut menjadi anggota relawati masak untuk Domus Pacis.

Pada hari berikutnya, yaitu Kamis, ada suara "Ramaaaa" menyusup kamar Rm. Bambang ketika dia sedang berbaring istirahat di tempat tidurnya. Ini terjadi pada jam 01.15 siang. Ternyata mereka adalah 2 orang ibu dan seorang bapak dari Semarang yang diantar oleh Rm. Kardi, pastor di Paroki Mlati, Yogyakarta. "Ini masakan babi, rama" salah satu ibu berkata yang langsung ditanggapi oleh Rm. Bambang "Wah, aku ora doyan. Ning rama-rama liyane dha seneng" (Aku tidak doyan. Tetapi para rama lain suka). Ibu itu menambahkan "Tetapi kesukaan rama juga saya bawakan" sambil menunjukkan enam bungkus plastik berisi kerupuk khas buatan orang Kebon Dalem, Semarang. Kelompok kecil ini juga membawa lumpia Semarang dan pizza. Karena semua oleh-oleh diletakkan di kamar Rm. Bambang, ini berarti Rm. Bambang harus membagi untuk para rama di kamar makan. Mengingat anggaran uang untuk konsumsi Domus Pacis yang sebetulnya amat terbatas, Rm. Bambang berkata dalam hati "Untunglah Tuhan mengembangkan Komunitas Rama Domus sungguh menjadi bagian hati umat".

Sabda Hidup


Minggu, 31 Juli 2016
Hari Minggu XVIII Biasa
warna liturgi Hijau 
Bacaan
Pkh. 1:2; 2:21-23; Mzm. 90:3-4,5-6,12-13,14,17; Kol. 3:1-5.9-11; Luk. 12:13-21. BcO Ob. 1-21

Lukas 12:13-21:
13 Seorang dari orang banyak itu berkata kepada Yesus: "Guru, katakanlah kepada saudaraku supaya ia berbagi warisan dengan aku." 14 Tetapi Yesus berkata kepadanya: "Saudara, siapakah yang telah mengangkat Aku menjadi hakim atau pengantara atas kamu?" 15 Kata-Nya lagi kepada mereka: "Berjaga-jagalah dan waspadalah terhadap segala ketamakan, sebab walaupun seorang berlimpah-limpah hartanya, hidupnya tidaklah tergantung dari pada kekayaannya itu." 16 Kemudian Ia mengatakan kepada mereka suatu perumpamaan, kata-Nya: "Ada seorang kaya, tanahnya berlimpah-limpah hasilnya. 17 Ia bertanya dalam hatinya: Apakah yang harus aku perbuat, sebab aku tidak mempunyai tempat di mana aku dapat menyimpan hasil tanahku. 18 Lalu katanya: Inilah yang akan aku perbuat; aku akan merombak lumbung-lumbungku dan aku akan mendirikan yang lebih besar dan aku akan menyimpan di dalamnya segala gandum dan barang-barangku. 19 Sesudah itu aku akan berkata kepada jiwaku: Jiwaku, ada padamu banyak barang, tertimbun untuk bertahun-tahun lamanya; beristirahatlah, makanlah, minumlah dan bersenang-senanglah! 20 Tetapi firman Allah kepadanya: Hai engkau orang bodoh, pada malam ini juga jiwamu akan diambil dari padamu, dan apa yang telah kausediakan, untuk siapakah itu nanti? 21 Demikianlah jadinya dengan orang yang mengumpulkan harta bagi dirinya sendiri, jikalau ia tidak kaya di hadapan Allah."

Renungan:
Warisan tentu disiapkan oleh pewaris demi kesejahteraan ahli waris. Mereka berharap para ahli waris bisa memanfaatkan sedemikian rupa sehingga hidup mereka terjamin, karena tinggal meneruskan. Namun tidak jarang warisan malah menjadi sumber perkara. Para ahli waris berselisih untuk memperebutkan warisan. Harta yang semestinya menjadi bekal untuk menjalani hidup malah menjadi sumber perpecahan kehidupan keluarga.
Pada masa sekarang ini pun masih sering kita dengar orang berebut warisan. Keluarga menjadi musuh. Harta yang dikumpulkan menjadi sumber perang. Tidak jarang kerakusanlah penyebabnya. Karena rakusnya satu dua orang maka semangat berbagi secara adil menjadi hilang.
Rasa saya warisan layak kita syukuri. Namun rasanya bukan membagi warisan yang kita utamakan. Sebaliknya bagaimana menjaga warisan itu sebagai bekal hidup bersama dan kenangan berharga layak dijaga. Andai mau berbagi warisan perlulah membangun sikap adil dan menghindarkan nafsu rakus. Kemauan menjaga dan mengembangkan warisan merupakan panggilan hidup kita.

Kontemplasi:
Bayangkan kisah dalam Injil Luk. 12:13-21. Bandingkan dengan pengalamanmu.

Refleksi:
Bagaimana mengelola warisan?

Doa:
Tuhan semoga aku mampu menjaga warisan yang kuterima dan mengembangkannya selaras dengan kehendakMu.  Amin.

Perutusan:
Aku akan menjaga warisan orang tuaku. -nasp-

Lamunan Pekan Biasa XVIII

Minggu, 31 Juli 2016

Lukas 12:13-21

12:13. Seorang dari orang banyak itu berkata kepada Yesus: "Guru, katakanlah kepada saudaraku supaya ia berbagi warisan dengan aku."
12:14 Tetapi Yesus berkata kepadanya: "Saudara, siapakah yang telah mengangkat Aku menjadi hakim atau pengantara atas kamu?"
12:15 Kata-Nya lagi kepada mereka: "Berjaga-jagalah dan waspadalah terhadap segala ketamakan, sebab walaupun seorang berlimpah-limpah hartanya, hidupnya tidaklah tergantung dari pada kekayaannya itu."
12:16 Kemudian Ia mengatakan kepada mereka suatu perumpamaan, kata-Nya: "Ada seorang kaya, tanahnya berlimpah-limpah hasilnya.
12:17 Ia bertanya dalam hatinya: Apakah yang harus aku perbuat, sebab aku tidak mempunyai tempat di mana aku dapat menyimpan hasil tanahku.
12:18 Lalu katanya: Inilah yang akan aku perbuat; aku akan merombak lumbung-lumbungku dan aku akan mendirikan yang lebih besar dan aku akan menyimpan di dalamnya segala gandum dan barang-barangku.
12:19 Sesudah itu aku akan berkata kepada jiwaku: Jiwaku, ada padamu banyak barang, tertimbun untuk bertahun-tahun lamanya; beristirahatlah, makanlah, minumlah dan bersenang-senanglah!
12:20 Tetapi firman Allah kepadanya: Hai engkau orang bodoh, pada malam ini juga jiwamu akan diambil dari padamu, dan apa yang telah kausediakan, untuk siapakah itu nanti?
12:21 Demikianlah jadinya dengan orang yang mengumpulkan harta bagi dirinya sendiri, jikalau ia tidak kaya di hadapan Allah."

Butir-butir Permenungan
  • Katanya, dalam hal kebutuhan ada teori tingkat-tingkat yang ada dalam proses hidup manusia. Ada tingkat kebutuhan dasar hingga tingkat puncak kebutuhan aktualisasi diri.
  • Katanya, kalau kebutuhan di bawah tercukupi orang akan naik merindukan tingkat atasnya. Orang yang sudah kaya harta akan memiliki titik jenuh menikmati hal-hal duniawi dan akan mengejar kebutuhan-kebutuhan jiwani.
  • Tetapi BISIK LUHUR berkata bahwa, bagi yang biasa bergaul akrab dengan kedalaman batin, sekalipun sudah amat sangat kaya raya dengan segala kelimpahan harta, kalau tidak menghayati nilai-nilai cahaya berpisahnya jiwa dari badan dengan adanya kematian, orang akan berkutat dalam kebutuhan duniawi dengan segala keserakahannya. Dalam yang ilahi karena kemesraannya dengan gema relung hati orang akan berjuang untuk tidak tamak dalam mencari dan menghayati harta kekayaannya.
Ah, bagaimanapun juga orang akan tenteram kalau kaya harta.

Friday, July 29, 2016

Ulasan Eksegetis Injil Minggu Biasa XVIII/C, 31 Juli 2016 (Luk 12:13-21)

diambil dari http://www.mirifica.net By on Jendela Alkitab, Mingguan


KEKAYAAN DAN KEHIDUPAN

Injil yang dibacakan pada hari Minggu Biasa XVIII tahun C ini (Luk 12:13-21) beranjak dari pembicaraan antara Yesus dan orang yang datang meminta pertolongannya untuk menyelesaikan perkara warisan (ayat 13-15). Orang itu merasa bahwa haknya dalam pembagian warisan tidak dihormati oleh saudaranya dan meminta Yesus berbicara kepada saudaranya. Memang ada kebiasaan orang pergi menghadap seorang yang dituakan, guru, penghulu adat, atau tokoh yang wibawanya diterima umum. Tetapi Yesus tidak bersedia menjadi hakim bagi perkara itu. Alih-alih, ia mengajak orang berpikir mengenai sikap terhadap harta kekayaan dengan sebuah perumpamaan mengenai orang kaya yang bodoh (ayat 16-21).

LATAR BELAKANG

Dalam masa pemerintahan Romawi, pada prinsipnya semua perkara diatur oleh hukum Romawi. Bahkan digariskan pula sampai mana dan bagaimana hukum adat dan agama bisa diberlakukan. Keputusan dalam hukum adat bertambah kuat bila diberi pengesahanan menurut hukum Romawi. Cukup sering perkara jual beli atau pembagian milik menurut adat dibawa ke lembaga resmi Romawi untuk dicatat dan diresmikan. Maklum perundang-undangan hukum positif di seluruh wilayah Romawi mengharuskan pengesahan semua keputusan adat. Tentu saja dalam pelaksanaannya tidak semuanya terjadi demikian. Pihak penguasa Romawi juga tidak selalu ikut campur dan mengontrol kecuali dalam perkara-perkara penting seperti pencatatan penduduk atau hukuman mati yang ditetapkan oleh mahkamah agama. Jelas campur tangan penguasa asing tidak disenangi di kalangan Yahudi walaupun mereka tak bisa mengelakkan dualitas hukum. Masalah apakah orang Yahudi boleh membayar pajak kepada kaisar atau tidak ialah satu perkara yang mencerminkan keadaan ini (Mrk 12:13-17; Mat 22:15-22; Luk 20:24-25). Dalam episode itu dualitas hukum dipakai lawan-lawan Yesus untuk menjeratnya. Tetapi ia mengembalikan permasalahannya kepada yang menanyainya dan tidak terperosok perangkap mereka

Mengapa orang tadi tidak mendapat hak warisannya? Boleh jadi saudara orang itu memang mengakangi seluruh warisan. Suatu keadaan yang tidak jarang terjadi di dalam keluarga yang baik-baik sekalipun. Ketamakan sang saudara? Boleh jadi. Tapi peristiwa ini sebaiknya tak perlu dijadikan bahan menuduh pihak-pihak tertentu. Perkara warisan di sini memang tidak dimaksud untuk menjerat Yesus. Malah jelas orang-orang menghormati wibawanya. Namun apa tanggapan Yesus? Ia menolak ikut serta dalam sengketa mengenai warisan. Mengapa? Boleh jadi latar belakang di atas membantu memahami. Soal sengketa itu bisa diurus dengan pihak yang lebih berwenang, khususnya dalam urusan hukum. Dengan demikian penyelesaiannya akan lebih terjamin.

BERJAGA-JAGA

Sudah menjadi kebiasaan bahwa orang yang datang kepada orang yang dihormati, seorang guru, tidak akan pulang dengan tangan hampa meskipun permintaannya tak dikabulkan atau permasalahannya tidak mendapat penyelesaian. Begitu pula Yesus yang dalam ayat 13 disapa sebagai “Guru” itu tidak menyuruh orang pergi tanpa bekal. Dan yang diberikannya ialah ajaran sikap hidup yang jauh lebih berharga daripada penyelesaian urusan warisan. Diberikannya nasehat agar berhati-hati dalam berurusan dengan harta, agar jangan kemaruk (ayat 15). Nasehat ini kemudian dijelaskan dengan perumpamaan orang kaya yang bodoh (ayat 16-21). Ada banyak kemiripan dengan cara yang dipakai Yesus dalam menjawab masalah yang diajukan seorang ahli Taurat mengenai cara terbaik memperoleh hidup kekal yang menjadi dasar bagi perumpamaan orang Samaria yang baik hati (Luk 10:25-37). Dalam kesempatan itu Yesus tidak mengupas hukum Taurat yang sudah dikenal baik sang ahli Taurat, tetapi ia mengajarkan hal yang baru dengan perumpamaan orang Samaria yang baik hati: apa artinya menjadi “sesama bagi orang lain” dan bukan terpaku pada gagasan siapa “sesama-ku” itu. Dalam peristiwa hari ini, suatu masalah dalam pembagian kekayaan beralih menjadi pengajaran hidup agar menjadi kaya di hadapan Allah.

Kepada siapa ditujukan nasehat agar berhati-hati terhadap sikap tamak akan harta (ayat 15)? Dapat diperiksa dari perubahan kata ganti. Dalam ayat sebelumnya, pembicaraan hanya terjadi antara Yesus dan orang yang datang membawa perkara warisan. Dalam ayat 15 Yesus berbicara kepada “mereka”, yaitu kepada orang-orang yang ikut mendengarkan bagaimana sang Guru memecahkan perkara tadi. Para pendengar kasus sengketa warisan itu kini menjadi murid ilmu kehidupan. Nasehatnya bukan celaan kepada orang yang datang kepadanya minta bantuan masalah warisan. Bukan pula anjuran tersirat kepada lawan orang tadi agar tidak tamak. Tetapi ia membantu semua orang melihat akar permasalahan yang dibawa kepadanya dengan memakai sebuah perumpamaan.

PERUMPAMAAN ORANG KAYA YANG BODOH

Bila dibaca dari awal hingga akhir, akan terasa betapa kosongnya kehidupan orang kaya dalam perumpamaan ini. Ia tidak mempunyai teman bicara. Ia hanya berbicara dengan diri sendiri. Ia bahkan tidak minta keringanan Allah yang berfirman kepadanya bahwa malam itu jiwanya akan diambil. Mungkin orang itu tak lagi dapat mendengar peringatan itu. Bahkan harta miliknya yang menjadi berkah dari atas itu tidak bisa menjadi barang hidup baginya. Tanah, panenan, lumbung, barang-barang yang dipunyai itu hanyalah obyek belaka. Semuanya itu dibawahkan kepada gagasan “dipunyai dan ditata” belaka, tidak pernah diupayakan berkembang agar makin “terasa ada dan berguna”. Orang itu tidak tahu bagaimana mengisi kesepian hidupnya. Ia justru makin mengisolasi dirinya dengan membangun lumbung yang makin luas dan yang akhirnya malah menguburkannya hidup-hidup. Ia bahkan tak sempat menjadi kawan bagi dirinya sendiri. Ia memperbudak diri dengan tidak mendengarkan yang sayup-sayup masih ada dalam nalarnya, yaitu untuk mengamalkan pada orang lain. Kita dapat tahu ini karena ini nanti dikatakan Allah dalam ayat 20 “…untuk siapakah itu nanti?” Suara hatinya sedemikian tertimbun kekayaannya sendiri. Orang kaya itu sebetulnya ingin rujuk dengan dirinya sendiri dulu, ia ingin menikmati istirahat, makan-minum, dan bersenang-senang (ayat 19) Bukan hal buruk. Tak perlu hal ini dilihat dari sudut pandang askese penyangkalan diri dari zaman kemudian. Dalam kesadaran religius umum waktu itu harta ialah berkat ilahi yang mesti dikembangkan seperti talenta dan tidak dipendam atau dijauhi. Yang mempunyai bisa makin menikmatinya dengan mengajak orang banyak. Ini penalaran yang pintar. Kebodohan mulai pada kemalasan untuk mengamalkan. Di situlah mulai ketamakan – “pleonexia” – yang disebut dalam ayat 15. Sikap penuh dengan diri sendiri dan tak butuh berbuat apa-apa lagi kecuali memiliki, memiliki, memiliki. Entah harta, entah pangkat, entah keahlian…. Tapi gaya hidup itu nanti akan membuat orang yang bersangkutan tak berarti apa-apa. Perumpamaan itu ditutup dengan pernyataan “Demikianlah jadinya dengan orang yang mengumpulkan harta bagi dirinya sendiri, jikalau ia tidak kaya di hadapan Allah”. Ajaran yang mau disampaikan: jadilah kaya di hadapan Allah!

Dengan perumpamaan itu Yesus menuntun setapak demi setapak orang yang “salah alamat” pergi kepada Yesus sang Guru minta dibela dalam perkara warisan. Ia tidak disuruh pergi begitu saja. Ia dibekali ajaran hidup. Bukan hanya orang itu sendiri, melainkan semua orang yang ikut datang mendengarkan ajaran ilmu untuk menjadi kaya di hadapan Allah.

Ajaran tadi disampaikan dalam ujud perumpamaan, dengan sebuah cerita yang membuat orang berpikir dan menemukan sendiri mana yang paling cocok bagi dirinya. Penekanan terletak pada ajakan agar orang tidak mengubur diri dengan harta milik atau apa saja yang diperlakukan sebagai harta milik. Orang-orang yang mengitari orang seperti ini sering dianggap sebagai milik belaka. Meskipun mereka menemani pesta dan mengawani bercanda, tetapi mereka jarang berperan sebagai pribadi-pribadi. Hanya sebagai milik yang bisa disimpan di lumbung. Awal mula perpecahan persahabatan dan kerontokan hidup keluarga sering mulai dari sana. Sebaliknya bila orang pandai-pandai membuat harta sebagai bagian kehidupan, dapat mengembangkan kemanusiaan dengannya, maka harta membuat orang lepas dari kecenderungan kemaruk. Malah bisa menjadi jalan menjadi kaya di hadapan Allah. Memperlakukan saudara, anak, istri, suami, orang lain bukan sebagai “barang milik” juga akan memecahkan isolasi diri, tentu dengan segala konsekuensinya, termasuk ikut berbagi penderitaan. Ikut menanggung kesusahan, juga dengan diam-diam ini harta semacam itu.

PRIBADI PENGINJIL

Siapa yang sudah benar-benar tampil sungguh kaya di hadapan Allah? Di mata penulis Injil orang itu ialah Yesus. Keilahian ia pasrahkan kepada kemanusiaan sehingga kemanusiaan sedikit-sedikit menemukan kembali yang sudah hilang dari padanya. Bukan tanpa penderitaan, bahkan penderitaan itu namanya mati di salib. Bukan kebetulan bila Lukas menaruh episode hari ini dalam untaian kisah perjalanan ke Yerusalem, ke salib, tapi sekaligus ke tempat kemuliaannya. Di sana ia terlihat kaya di hadapan Allah dan kekayaannya itu dibagikan kepada orang-orang dalam ujud kegembiraan paskah para murid pertama dan semua orang lain. Harta yang paling besar yang dibagikannya itu adalah Rohnya. Inilah kekuatan yang membangun hidup bersama para pengikut Yesus di sepanjang zaman.

Makin dibaca, cerita orang kaya itu makin menjadi cerita yang menimbulkan rasa iba. Maka boleh diharapkan homili hari ini tidak bernada sindiran atau kecaman. Cerita itu tidak menyarankan umpatan “tahu rasa lu!” kepada orang kaya yang bodoh tadi. Pembaca dan pendengar malah dapat merasakan rasa kasihan penulisnya tertuang di sana. Lukas menjumpai dan hidup bersama orang-orang seperti itu. Dan dia yang makin kita kenal sebagai Luc sahabat kita itu sebenarnya juga orang yang terpandang dan kaya tetapi bisa bergaul dengan siapa saja. Ia mengajak orang menyadari agar milik dan kekayaan jangan sampai mencelakan diri. Ia membantu orang menemukan yang tak bakal bisa lenyap: harta di hadapan Allah. Terngiang kata-kata Yesus kepada Marta mengenai Maria bahwa Maria telah memilih bagian yang terbaik yang tidak bakal hilang – yang tak bakal diambil dari padanya. Ini juga ajakan bagi kita semua untuk membuat makin banyak orang menemukan kekayaan seperti itu.

Salam,
A.  Gianto

Lamunan Pekan Biasa XVII

Sabtu, 30 Juli 2016

Matius 14:1-12

14:1. Pada masa itu sampailah berita-berita tentang Yesus kepada Herodes, raja wilayah.
14:2 Lalu ia berkata kepada pegawai-pegawainya: "Inilah Yohanes Pembaptis; ia sudah bangkit dari antara orang mati dan itulah sebabnya kuasa-kuasa itu bekerja di dalam-Nya."
14:3 Sebab memang Herodes telah menyuruh menangkap Yohanes, membelenggunya dan memenjarakannya, berhubung dengan peristiwa Herodias, isteri Filipus saudaranya.
14:4 Karena Yohanes pernah menegornya, katanya: "Tidak halal engkau mengambil Herodias!"
14:5 Herodes ingin membunuhnya, tetapi ia takut akan orang banyak yang memandang Yohanes sebagai nabi.
14:6 Tetapi pada hari ulang tahun Herodes, menarilah anak perempuan Herodias di tengah-tengah mereka dan menyukakan hati Herodes,
14:7 sehingga Herodes bersumpah akan memberikan kepadanya apa saja yang dimintanya.
14:8 Maka setelah dihasut oleh ibunya, anak perempuan itu berkata: "Berikanlah aku di sini kepala Yohanes Pembaptis di sebuah talam."
14:9 Lalu sedihlah hati raja, tetapi karena sumpahnya dan karena tamu-tamunya diperintahkannya juga untuk memberikannya.
14:10 Disuruhnya memenggal kepala Yohanes di penjara
14:11 dan kepala Yohanes itupun dibawa orang di sebuah talam, lalu diberikan kepada gadis itu dan ia membawanya kepada ibunya.
14:12 Kemudian datanglah murid-murid Yohanes Pembaptis mengambil mayatnya dan menguburkannya. Lalu pergilah mereka memberitahukannya kepada Yesus.

 Butir-butir Permenungan
  • Tampaknya, ada gambaran bahwa orang yang beragama akan paham tentang kebaikan dan keluhuran hidup. Dengan paham yang baik orang dibebaskan dari kejahatan.
  • Tampaknya, ada gambaran dengan beragama orang akan mendapatkan kebiasaan hidup beribadat dengan doa-doanya. Dengan membiasakan menjalani ibadat dan doa-doa yang disediakan oleh agama orang akan berperilaku baik tak mencelakakan orang lain.
  • Tetapi BISIK LUHUR berkata bahwa setekun apapun orang menjalani kebiasaan-kebiasaan agama, bagi yang biasa bergaul akrab dengan kedalaman batin, hal itu tidak akan membuat orang bebas dari kejahatan kalau agama hanya menjadi pemahaman dan upacara tetapi perilakunya dibentuk berdasarkan nafsu mengumbar selera diri. Dalam yang ilahi karena kemesraannya dengan gema relung hati orang akan menjadikan amanat agama menjadi perjuangan perilaku.
Ah, kalau tekun jalani ibadat yang hidupnya pasti baik.