Pages

Subscribe:
/
  • Domus Pacis

    Domus Pacis atau Rumah Damai berada di Puren, Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta. Di rumah ini sedang dikembangkan pastoral ketuaan. "Tua tak mungkin terlambat datangnya, namun renta bisa ditunda hadirnya"

  • Indahnya di usia tua

    Tua namun tak renta, sakit tak sengsara, Mati masuk surga

  • Tua Yang Bijaksana

    Menjadi Tua itu kepastian, namun tua yang bijaksana itu suatu perjuangan.

Monday, October 31, 2016

Sabda Hidup



Rabu, 02 November 2016
PERINGATAN MULIA
ARWAH SEMUA ORANG BERIMAN
warna liturgi Ungu/Hitam 
Bacaan
2Mak. 12:43-46; Mzm. 130:1-2,3-4,5-6a,6-7,8; 1Kor. 15:12-34; Yoh. 6:37-40. BcO Yer. 29:1-14

Yohanes 6:37-40:
37 Semua yang diberikan Bapa kepada-Ku akan datang kepada-Ku, dan barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan Kubuang. 38 Sebab Aku telah turun dari sorga bukan untuk melakukan kehendak-Ku, tetapi untuk melakukan kehendak Dia yang telah mengutus Aku. 39 Dan Inilah kehendak Dia yang telah mengutus Aku, yaitu supaya dari semua yang telah diberikan-Nya kepada-Ku jangan ada yang hilang, tetapi supaya Kubangkitkan pada akhir zaman. 40 Sebab inilah kehendak Bapa-Ku, yaitu supaya setiap orang, yang melihat Anak dan yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal, dan supaya Aku membangkitkannya pada akhir zaman."

Renungan:
Pada saat akan mengalami kematian seseorang bisa saja merasakan jalan yang hendak dilewati terasa gelap. Ia tidak bisa melihat arah dengan baik di kegelapan tersebut. Pada masa seperti itu orang butuh penuntun yang menolongnya untuk menemukan cahaya. Doa-doa orang di sekitarnya akan membantunya. Demikian juga bisa dialami oleh mereka yang telah meninggal. Mereka juga membutuhkan tuntunan dan pertolongan dengan doa-doa kita.
Doa-doa apa yang bisa kita lambungkan? Ada banyak doa yang bisa kita lambungkan. Namun rasanya kita mesti datang kepada Tuhan Yesus dan memohon kemurahan hati-Nya. Setiap orang yang datang kepada-Nya tidak akan ditolak. "Semua yang diberikan Bapa kepada-Ku akan datang kepada-Ku, dan barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan Kubuang" (Yoh 6:37).
Hari ini menjadi kesempatan bagi kita untuk berdoa bagi saudara-saudari kita yang telah meninggal. Kita percayakan mereka ke hadapan Tuhan yang tak pernah membuang mereka yang datang kepada-Nya. Kita pun percaya Tuhan akan membebaskan semua orang dari kegelapan menuju jalan terang-Nya.

Kontemplasi:
Pejamkan matamu sejenak. Hadirkan wajah saudara-saudarimu yang telah meninggal. Doakanlah mereka.

Refleksi:
Tulislah nama-nama saudaramu yang telah meninggal dan doakanlah mereka.

Doa:
Tuhan ampunilah dosa saudara-saudariku yang telah meninggal. Perkenankan mereka masuk dalam rengkuhan komunitas suci-Mu. Amin.

Perutusan:
Aku akan mendoakan saudara-saudariku yang telah meninggal dunia. -nasp-

Berhenti Merokok?


Sudah sejak Sabtu 29 Oktober 2016 ada sesuatu yang berbeda dalam diri Rm. Agoeng. Ketika sehari sebelumnya pulang dari retret 5 hari di Bandungan beliau tak ikut makan malam dan langsung tidur, tampaknya memang layak karena barangkali kecapekan. Tetapi pada hari Sabtu itu setiap kali pulang ke Domus Pacis, Rm. Agoeng langsung masuk kamar. Kalau biasanya pada malam hingga jam 11.00 bahkan lebih larut lampu kamar biasa hidup, tetapi sejak Sabtu kamarnya selalu gelap. "Awake rada ora penak, pa ya?" (Apakah baru tidak enak badan ya?) tanya Rm. Bambang dalam hati. Tetapi yang jelas beliau tetap aktif melakukan karya pelayanan. Pada Minggu pagi 30 Oktober pun sesudah makan pagi Rm. Agoeng tetap pergi untuk menunggu kegiatan shooting. Maklumlah beliau adalah Ketua Komisi Komsos Keuskupan.

Kondisi Rm. Agoeng akhirnya terbuka pada Minggu malam ketika sedang makan bersama, karena beliau berceritera "Awak kula rasane kaya rada gatel, gemringging lan lemes. Kalih dinten niki kula mboten udut" (Badan saya terasa agak gatal, tidak nyaman dan lemas. Sudah 2 hari saya tidak merokok). Ternyata beliau menghentikan kebiasaan merokok yang sesungguhnya sudah amat melekat dalam hidup hariannya. "Oooo, niku biasa sebab wonten perubahan ritme biologis. Dhek kula melepas menu sekul, nem dinten krasa lemes sanget. Hari ketujuh nembe kraos rada sekeca" (Ooo, itu biasa karena ada perubahan ritme bilogis. Ketika saya meninggalkan kebiasaan harian makan nasi, 6 hari menjadi lemas sekali. Baru pada hari ketujuh terasa agak enak) Rm. Bambang menanggapi. Ketika makan pagi Senin 31 Oktober Rm. Bambang bertanya "Pripun? Tesih lemes?" (Bagaimana? Masih lemas?) tanya Rm. Bambang yang dijawab oleh Rm. Agoeng "Pun krasa penak" (Sudah terasa enak). Rm. Bambang menyampaikan sharing kecil "Modal kula riyen namung keyakinan lemesa kaya ngapa ora bakal mati" (Dulu modal saya hanya keyakinan krisis lemas seberat apapun, aku tak akan mati).

Sabda Hidup


Selasa, 01 November 2016
HARI RAYA SEMUA ORANG KUDUS
warna liturgi Putih 
Bacaan
Why. 7:2-4,9-14; Mzm. 24:1-2,3-4ab,5-6; 1Yoh. 3:1-3; Mat. 5:1-12a. BcO Why. 4:1-11 atau Why. 5:1-14

Matius 5:1-12a:
1 Ketika Yesus melihat orang banyak itu, naiklah Ia ke atas bukit dan setelah Ia duduk, datanglah murid-murid-Nya kepada-Nya. 2 Maka Yesuspun mulai berbicara dan mengajar mereka, kata-Nya: 3 "Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga. 4 Berbahagialah orang yang berdukacita, karena mereka akan dihibur. 5 Berbahagialah orang yang lemah lembut, karena mereka akan memiliki bumi. 6 Berbahagialah orang yang lapar dan haus akan kebenaran, karena mereka akan dipuaskan. 7 Berbahagialah orang yang murah hatinya, karena mereka akan beroleh kemurahan. 8 Berbahagialah orang yang suci hatinya, karena mereka akan melihat Allah. 9 Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah. 10 Berbahagialah orang yang dianiaya oleh sebab kebenaran, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga. 11 Berbahagialah kamu, jika karena Aku kamu dicela dan dianiaya dan kepadamu difitnahkan segala yang jahat. 12 Bersukacita dan bergembiralah, karena upahmu besar di sorga, sebab demikian juga telah dianiaya nabi-nabi yang sebelum kamu."


Renungan:
Hari ini kita merayakan hari raya semua orang kudus. Siapa pun nama baptis yang kita ambil dari nama Santo-santa dirayakan hari ini. Semua orang yang kita percaya suci pun masuk dalam jangkauan hari raya ini. Kiranya hari ini menjadi hari kita semua.
Para kudus adalah pribadi yang sungguh telah menjalani sabda bahagia Tuhan Yesus. Mereka adalah pribadi-pribadi yang miskin di hadapan Allah, berdukacita, lemah lembut, lapar dan haus akan kebenaran, murah hati, suci hatinya, membawa damai, dianiaya karena kebenaran dan difitnah. Dalam kondisi apapun mereka yakin akan kasih dan kebenaran Allah dan setia mengikuti jalan Allah.
Merayakan para kudus bisa diartikan merayakan kehidupan manusia yang setia pada Allah. Para kudus adalah pertanda pribadi yang setia pada Allah. Maka merayakan para kudus ini menjadi kesempatan bagi kita untuk melihat kesetiaan kita pada Allah. Kita pun bisa bertanya apakah kita selalu ada pada jalan Allah.

Kontemplasi:
Pejamkan matamu sejenak. Bayangkan dirimu bertemu dengan orang suci yang kaupilih sebagai nama baptismu.

Refleksi:
Bagaimana jalanku menuju pada kekudusan?

Doa:
Tuhan, aku percaya Engkau menghendaki kami hidup kudus. Semoga kami selalu berada pada alur jalan kehendak-Mu. Amin.

Perutusan:
Aku akan berusaha menjaga kekudusan hidupku. -nasp-

Lamunan Hari Raya

Semua Orang Kudus
Selasa, 1 November 2016

Matius 5:1-12a

5:1. Ketika Yesus melihat orang banyak itu, naiklah Ia ke atas bukit dan setelah Ia duduk, datanglah murid-murid-Nya kepada-Nya.
5:2 Maka Yesuspun mulai berbicara dan mengajar mereka, kata-Nya:
5:3. "Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga.
5:4 Berbahagialah orang yang berdukacita, karena mereka akan dihibur.
5:5 Berbahagialah orang yang lemah lembut, karena mereka akan memiliki bumi.
5:6 Berbahagialah orang yang lapar dan haus akan kebenaran, karena mereka akan dipuaskan.
5:7 Berbahagialah orang yang murah hatinya, karena mereka akan beroleh kemurahan.
5:8 Berbahagialah orang yang suci hatinya, karena mereka akan melihat Allah.
5:9 Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah.
5:10 Berbahagialah orang yang dianiaya oleh sebab kebenaran, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga.
5:11 Berbahagialah kamu, jika karena Aku kamu dicela dan dianiaya dan kepadamu difitnahkan segala yang jahat.
5:12a. Bersukacita dan bergembiralah, karena upahmu besar di sorga,

Butir-butir Permenungan
  • Tampaknya, ada gambaran umum bahwa orang akan berbahagia bila kebutuhan hidupnya terpenuhi. Kemiskinan menjadi penghalang utama kebahagiaan karena ini menyangkut kebutuhan dasar manusia.
  • Tampaknya, dalam hidup bersama ada gambaran bahwa orang akan bahagia bila memiliki hubungan harmonis satu sama lain. Segala pertentangan dari pihak manapun menjadikan kebahagiaan tak dapat hadir.
  • Tetapi BISIK LUHUR berkata bahwa, bagi yang biasa bergaul akrab dengan kedalaman batin, kebahagiaan sejati datang karena orang mampu mendengarkan dan taat kepada yang bertahta dalam nurani sehingga hidupnya dapat lurus dan ceria sekalipun ada di tengah kondisi tak enak dan situasi menyengsarakan. Dalam yang ilahi karena kemesraannya dengan gema relung hati orang mampu meraih idealisme hidup di tengah keadaan yang tidak ideal.
Ah, yang membahagiakan itu ya yang menghadirkan rasa enak.

Sunday, October 30, 2016

Oleh-oleh Buku


Ketika para Rm. Yadi, Rm. Harto, Rm. Tri Wahyono dan Rm. Bambang akan memulai makan siang Minggu 23 Oktober 2016, Rm. Subiyanto dari Pastoran Paroki Pringwulung datang. Beliau adalah imam praja Keuskupan Agung Semarang yang sudah masuk golongan lansia karena usianya 73 tahun. Tetapi beliau masih menjadi pastor pembantu di Paroki Pringwulung. Kedatangannya membawa sebuah tas kresek (plastik). "Oleh-oleh panganan apa, ya?"(Makanan apa yang jadi oleh-olehnya) pikir Rm. Bambang. Rama Bi, begitu Rm. Biyanto biasa dipanggil, mengeluarkan isi dari tas itu. Ternyata isinya buku dengan judul TUHAN SUDAH MEMBEBASKAN KITA yang disusun oleh Rm. Aloysius Budyapranata Pr.

Kemudian beliau berjalan dari satu rama ke rama lain untuk membagi buku itu. Ketika satu buku diletakkan di depan Rm. Tri Wahyono, Rm. Bambang berkata "Tri Wahyono wis ora maca. Dinehke Tri Hartono wae" (Tri Wahyono sudah tidak membaca. Kasihkan saja ke Tri Hartono). "Kabeh takgawakke kok. Iki sing maringi Rama Budya nggo kabeh sing retret. Aku terus njupuk tambah pitu nggo Domus Pacis" (Aku membawa untuk semua. Buku-buku ini pemberian Rama Budya untuk semua yang ikut retret. Aku ambil tambahan tujuh buah untuk Domus Pacis) Rm. Bi menjelaskan. Beliau memang baru saja ikut retret untuk para rama tua di Syantikara. Ketika Rm. Bi sudah selesai membagi buku untuk para rama, Rm. Bambang berkata "Wis saiki dhahar" (Sekarang ambil makan) yang dijawab oleh Rm. Bi "Aku cen arep melu mangan awan neng kene" (Aku memang akan ikut makan di sini). Dari tiga orang rama yang berkarya di Paroki Pringwulung, Rm. Biyanto adalah yang kerap bergabung makan bersama di Domus Pacis.

Sabda Hidup


Senin, 31 Oktober 2016
Hari Biasa
warna liturgi Hijau 
Bacaan
Flp. 2:1-4; Mzm. 131:1,2,3; Luk. 14:12-14. BcO Keb. 9:1-18

Luk.as 14:12-14:
12 Dan Yesus berkata juga kepada orang yang mengundang Dia: "Apabila engkau mengadakan perjamuan siang atau perjamuan malam, janganlah engkau mengundang sahabat-sahabatmu atau saudara-saudaramu atau kaum keluargamu atau tetangga-tetanggamu yang kaya, karena mereka akan membalasnya dengan mengundang engkau pula dan dengan demikian engkau mendapat balasnya. 13 Tetapi apabila engkau mengadakan perjamuan, undanglah orang-orang miskin, orang-orang cacat, orang-orang lumpuh dan orang-orang buta. 14 Dan engkau akan berbahagia, karena mereka tidak mempunyai apa-apa untuk membalasnya kepadamu. Sebab engkau akan mendapat balasnya pada hari kebangkitan orang-orang benar."

Renungan:
Suatu kali ada seorang bapak ingin mengadakan ekaristi syukuran. Ketika anak-anaknya menyiapkan undangan, bapak tersebut meminta supaya undangan-undangan itu diberi nama para tetangganya terlebih dahulu. Lalu si bapak mulai mendikte anak-anaknya. Ia menyebut nama tetangga-tetangga mulai dari yang miskin. Ketika anaknya bertanya mengapa mereka yang diundang, si bapak menjawab, "Mereka adalah saudara-saudariku yang jarang diundang pesta. Aku mau pesta bareng mereka."
Dalam amanat-Nya Yesus pun mendorong para murid-Nya untuk mengundang mereka yang tidak mampu membalas. "Tetapi apabila engkau mengadakan perjamuan, undanglah orang-orang miskin, orang-orang cacat, orang-orang lumpuh dan orang-orang buta. Dan engkau akan berbahagia, karena mereka tidak mempunyai apa-apa untuk membalasnya kepadamu" (Luk 14:13-14).
Memang umumnya orang yang tidak mampu kala ada pesta hanya menjadi pekerja. Mereka membantu sana-sini dari urusan kebersihan sampai bagian disuruh ke sana kemari. Jarang diantara mereka yang diundang sebagai tamu duduk di bangku pesta. Kiranya kita pun perlu mengundang mereka sebagai tamu pesta kita. Mereka layak bergembira bersama dengan kegembiraan kita.

Kontemplasi:
Bayangkan dirimu berjalan keliling kampung. Lihatlah siapa orang yang akan kauundang ke perjamuanmu.

Refleksi:
Bagaimana memberi tempat pada mereka yang kecil dan tak berdaya?

Doa:
Tuhan semoga aku memberi ruang kepada mereka yang kecil dan tak berdaya. Semoga mereka pun mempunyai kesempatan merasakan pestaMu. Amin.

Perutusan:
Aku akan memberi ruang pada mereka yang kecil dan tak berdaya. -nasp-

Lamunan Pekan Biasa XXXI

Senin, 31 Oktober 2016

Lukas 14:12-14

14:12 Dan Yesus berkata juga kepada orang yang mengundang Dia: "Apabila engkau mengadakan perjamuan siang atau perjamuan malam, janganlah engkau mengundang sahabat-sahabatmu atau saudara-saudaramu atau kaum keluargamu atau tetangga-tetanggamu yang kaya, karena mereka akan membalasnya dengan mengundang engkau pula dan dengan demikian engkau mendapat balasnya.
14:13 Tetapi apabila engkau mengadakan perjamuan, undanglah orang-orang miskin, orang-orang cacat, orang-orang lumpuh dan orang-orang buta.
14:14 Dan engkau akan berbahagia, karena mereka tidak mempunyai apa-apa untuk membalasnya kepadamu. Sebab engkau akan mendapat balasnya pada hari kebangkitan orang-orang benar."

Butir-butir Permenungan
  • Tampaknya, orang akan merasa bahagia kalau kebaikannya mendapatkan balasan. Orang yang pernah mendapatkan kebaikan memberikan perlakuan yang sama ketika dia membutuhkan hal yang sama.
  • Tampaknya, di bawah sadar memang ada sikap naluriah “aku memberi agar engkau juga memberi” yang dapat menjangkiti banyak orang. Apalagi dorongan untuk saling berbalas kebaikan dapat dianggap sebagai keutamaan.
  • Tetapi BISIK LUHUR berkata bahwa, bagi yang biasa bergaul intim dengan kedalaman batin, tindakan kebaikan yang sungguh menghadirkan kebahagiaan adalah kalau hal itu diberikan kepada yang tak memiliki daya untuk membalas kebaikannya sehingga perbuatan baiknya berbobot adikodrati karena menjadi kepolosan sikap yang bebas dari nafsu pamrih pembalasan. Dalam yang ilahi karena kemesraannya dengan gema relung hati dalam berbuat baik orang hanya memikirkan kebutuhan orang lain.
Ah, pada jaman kini segalanya harus transaksional.

Saturday, October 29, 2016

Pelibatan Dengan Lagu


Pada Minggu 23 Oktober 2016 di Domus Pacis memang ada 3 rombongan pengunjung. Secara praktis pada sekitar jam 08.45-10.30 kedua rombongan pertama datang hampir bersamaan, yaitu dari salah satu Lingkungan di Paroki Kalasan dan juga salah satu Lingkungan di Paroki Karanganyar. Yang ketiga datang pada sekitar jam 11.30, yaitu Lingkungan Lukas dari Paroki Ungaran. Mereka langsung diajak oleh Rm. Bambang masuk ruang pertemuan dalam di gedung induk Domus dan duduk lesehan dengan tikar. Rm. Yadi, Rm. Tri Hartono, Rm. Tri Wahyono, dan Rm. Harto juga langsung duduk berjajar bersama Rm. Bambang dengan kursi roda di hadapan para tamu. Karena Rm. Tri Wahyono pernah menjadi pastor kepala di Paroki Ungaran, maka tidak mengherankan apabila para tamu tampak sudah begitu mengenal. "Ben Rama Tri seneng lan isa melu muni, yok dha nyanyi bareng" (Agar Rm. Tri Wahyono merasa senang dan ikut bersuara, ayo kita nyanyi bersama) kata Rm. Bambang yang disambut antusias oleh para tamu. Ketika Rm. Bambang bertanya "Lagu apa?" ternyata kebanyakan mengusulkan lagu Ndherek Dewi Maria. Maka di kala semua melantunkan lagu itu, mulut Rm. Tri Wahyono juga ikut mengucapkan kata-katanya bahkan Rm. Bambang mendengar suaranya ikut berlagu walau tidak pas nadanya.

Sesudah bernyanyi bersama, Rm. Bambang mengenalkan rama-rama yang ada di Domus Pacis. Kemudian di berkata "Nah, sakwise ada kene, apa ana hal-hal sing pengin ditakokke?" (Sesudah berada di dalam rumah ini, apa muncul hal-hal yang ingin ditanyakan?). Beberapa pertanyaan muncul seperti apa saja yang dikerjakan sehari-hari, bagaimana menghayati panggilan di usia tua, dan bagaimana mengatasi rasa sepi di tempat seperti ini. Secara praktis Rm. Yadi dan Rm. Bambang yang tampil menanggapi pertanyaan-pertanyaan. Tampaknya pengalaman panggilan imamat Rm. Yadi menghadirkan daya tarik khusus karena masuk Seminari Tinggi Kentungan sesudah usia 36 tahun. Di dalam sharing pengalaman jadi rama tua di Domus Pacis, nilai mendalam dari banyaknya waktu luang karena sudah tak memiliki dinas resmi juga dipaparkan. Usia makin tua ternyata membuat para rama juga makin banyak hal yang tak diketahui. Maka waktu luang juga menjadi rahmat untuk belajar terutama tentang dunia ketuaan. Ketika masih aktif berdinas hidup banyak terisi untuk menjalani pekerjaan sehingga waktu belajar menjadi sulit didapat. Bahkan untuk berdoa pribadi pun juga kerap kesulitan. Tetapi dengan banyaknya waktu luang,kesempatan doa menjadi leluasa bahkan doa yang sesuai dengan perkembangan situasi hidup. Belajar dan berdoa ternyata mampu menghadirkan daya mengelola hidup sesuai dengan kondisi badan yang umumnya sudah terjangkiti penyakit. Rombongan ini meninggalkan Domus pada sekitar jam 12.45 untuk meneruskan perjalanan ke Candi Hati Kudus Yesus Ganjuran.