Pages

Subscribe:
/
  • Domus Pacis

    Domus Pacis atau Rumah Damai berada di Puren, Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta. Di rumah ini sedang dikembangkan pastoral ketuaan. "Tua tak mungkin terlambat datangnya, namun renta bisa ditunda hadirnya"

  • Indahnya di usia tua

    Tua namun tak renta, sakit tak sengsara, Mati masuk surga

  • Tua Yang Bijaksana

    Menjadi Tua itu kepastian, namun tua yang bijaksana itu suatu perjuangan.

Saturday, February 17, 2018

Mens Sana in Corpore Sano?


Sebenarnya kelompok Umat Lingkungan Yohanes Don Bosco, Paroki Bintaran, menginginkan berkunjung di Domus Pacis pada tanggal 4 Februari 2018. Akan tetapi kemudian mundur seminggu sesudahnya karena di hari itu Lingkungan Yohanes de Britto dari Paroki yang sama sudah melakukan perjanjian berkunjung lebih dahulu. Kunjungan Lingkungan Don Bosco pada Minggu 11 Februari 2018, sebagaimana de Britto, juga untuk merayakan Hari Pelindung Lingkungan. Untuk makan siang Don Bosco minta pesan dari Domus Pacis yang dilayani oleh para relawan. Tetapi untuk snak mereka sudah membawa sendiri dan hanya minta dibuatkan teh dari Domus. Maka pada hari yang ditentukan sudah ada beberapa ibu yang datang pada jam 08.00 pagi untuk menyiapkan sajian snak. Keseluruhan anggota yang berjumlah 71 orang sudah masuk Domus pada sekitar jam 09.00. Mereka langsung menikmati sajian teh dan beberapa menu snak yang disajikan.

"Nyuwun pangapunten, rama. Kala wau rama ngendika supados jujur kemawon ngungkapaken menapa ingkang muncul ing raos lan pikiran rikala mlebet ing Domus Pacis" (Maaf, rama. Tadi rama mengatakan agar kami jujur mengungkapkan apa yang muncul dalam perasaan dan pikiran ketika masuk di Domus Pacis) kata salah satu bapak dalam pertemuan omong-omong di ruang aula dalam. Rm. Bambang memang meminta apa saja yang akan ditanyakan sesuai yang terasa dan terpikir secara blak-blakan. Yang dikatakan oleh bapak itu menyusul beberapa pertanyaan mengenai jumlah rama-rama dan beberapa keadaan Domus Pacis. Sesudah mengucapkan kata-kata tersebut, bapak itu meneruskan "Sepisan malih nyuwun pangapunten, rama. Kula kepikir kawontenanipun para rama ingkang fisikipun difabel lan kagungan sawetawis gerah. Kathah ingkang sampun ngagem kursi rodha. Kula lajeng mikir bab kesucian" (Sekali lagi mohon maaf, rama. Saya berpikir tentang keadaan para rama dalam kondisi difabel dan memiliki beberapa penyakit. Banyak yang sudah berkursi roda. Kemudian saya menghubungkan dengan kesucian). Mendengar kata-kata ini Rm. Bambang langsung menyahut "Kamangka wonten unen-unen MENS SANA IN CORPORE SANO, jiwa yang sehat ada dalam tubuh yang sehat" (Padahal ada ungkapan MENS SANA IN CORPORE SANO, jiwa yang sehat ada dalam tubuh yang sehat). Bapa itu menanggapi "Mekaten, rama. Kados pundi njih menika?"(Betul, rama. Lalu bagaimana?).

Ternyata soal "Mens Sana in Corpore Sano" menjadi pembicaraan hangat. Para rama memberikan jawaban berkaitan dengan kondisi fisik buruk bukan halangan untuk menghayati hubungan batin dengan Tuhan. Bahkan dalam kenyataan banyak yang kondisi fit tetapi bertindak bertentangan dengan kebaikan bahkan terlibat dalam kejahatan seperti yang terjadi pada para koruptor. Rm. Bambang memberikan cakrawala pandangan umum bahwa yang suci pasti sehat sebagaimana terjadi dalam Perjanjian Lama dan gambaran umum. Tetapi dalam Perjanjian Baru Yesus sungguh dekat pada yang papa dan menderita dan mengutamakan yang kecil, lemah, miskin, tersingkir, dan difabel. Acara pertemuan di tempat pertemuan ini di teruskan dengan Misa Kudus di Kapel yang dipimpin oleh Rm. Bambang. Sebagaimana terjadi pada Minggu sebelumnya dengan Lingkungan Yohanes de Britto, para peserta kunjungan ini sudah mempersiapkan acara liturgi dengan bagus. Rm. Bambang mengurai kisah Yohanes Don Bosco dengan menekankan hikmah gerakan "Ora et Labora" di kalangan kaum muda. Makan siang yang disajikan oleh para relawan Domus menjadi penutup kunjungan.

0 comments:

Post a Comment