Pages

Subscribe:
/
  • Domus Pacis

    Domus Pacis atau Rumah Damai berada di Puren, Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta. Di rumah ini sedang dikembangkan pastoral ketuaan. "Tua tak mungkin terlambat datangnya, namun renta bisa ditunda hadirnya"

  • Indahnya di usia tua

    Tua namun tak renta, sakit tak sengsara, Mati masuk surga

  • Tua Yang Bijaksana

    Menjadi Tua itu kepastian, namun tua yang bijaksana itu suatu perjuangan.

Tuesday, July 31, 2018

Percikan Nas Rabu, 01 Agustus 2018


Rabu, 01 Agustus 2018

Peringatan Wajib St. Alfonsus Maria de Liguori
warna liturgi Putih

Bacaan-bacaan:
Yer. 15:10,16-21; Mzm. 59:2-3,4-5a,10-11,17-18; Mat. 13:44-46; BcO Ayb. 32:1-6; 33:1-22.
Nas Injil:
44 “Hal Kerajaan Sorga itu seumpama harta yang terpendam di ladang, yang ditemukan orang, lalu dipendamkannya lagi. Oleh sebab sukacitanya pergilah ia menjual seluruh miliknya lalu membeli ladang itu. 45 Demikian pula hal Kerajaan Sorga itu seumpama seorang pedagang yang mencari mutiara yang indah. 46 Setelah ditemukannya mutiara yang sangat berharga, iapun pergi menjual seluruh miliknya lalu membeli mutiara itu.”
Percikan Nas:
Apa yang anda lakukan kalau menemukan mutiara atau uang? Mengambil dan menyimpannya sendiri? Mengembalikan pada pemiliknya? Melapor kepada pihak yang dipercaya? Atau malah takut?
Bacaan Injil di atas memberikan pengajaran yang luar biasa. Orang yang menemukan mutiara di tempat orang lain tidak mengambil mutiara tersebut. Ia memang ingin memiliki mutiara tersebut. Namun ia ingin memiliki dengan cara yang benar. Ia mengembalikan mutiara tersebut, mengumpulkan uang untuk membelinya. Saat mendapatkannya ia pun bergembira ria.
Mendapatkan sesuatu dengan cara yang baik dan benar memang menggembirakan. Walau untuk itu butuh perjuangan. Rasanya malah perjuangan itu yang akan membuat kegembiraan makin penuh. Perolehan akan sesuatu memang butuh perjuangan. Perjuangan untuk memperoleh sesuatu merupakan daya yang menghidupkan hidup.
Doa:
Tuhan semoga aku menjadi pribadi yang berani berjuang mendapatkan sesuatu dengan baik dan benar. Temanilah aku selama menjalani perjuangan tersebut. Aku percaya Engkau merestui dan tidak meninggalkanku berjalan sendirian. Amin.
Mengejar Mutiara
(goeng).

Menemukan Harta Karun yakni Kristus


Rabu, 1 Agustus 2018
PW St Alfonsus Maria de Liguori, Uskup dan Pujangga Gereja
Pekan Biasa XVII
Mateus 13:44-46

Mari kita jujur dengan diri sendiri. Apa yang menjadi harta karun kita? Apakah kita menginginkan cinta tanpa syarat, kebaikan sejati, dan kebahagiaan abadi dalam Kristus? Sebagai orang Katolik, apakah Kristus menjadi jawaban atas pertanyaan terdalam kita? Mengapa?

Di dalam Kristus, Allah datang untuk menyerahkan Diri kepada kita. Dia adalah Pribadi yang benar-benar kita rindukan; harta karun kita. Dalam Kristus, kita telah mengalami kesetiaan yang luar biasa Allah yang mengasihi  kita. Dalam belas kasihNya, kita menemukan bahwa hidup kita memiliki nilai tak terbatas di mata Bapa. Dalam kasih karunia-Nya, kita menerima kekuatan untuk bertumbuh dalam kasih dan kekudusan. Di sinilah kita dapat membangun masa depan yang benar. Untuk itu, kita harus bersedia mengesampingkan semua kekhawatiran lain demi menemukan dan memiliki harta karun ini.

Oh Yesus, terima kasih atas karunia kasihMu. Engkaulah harta yang sangat kucari dan kurindukan. Bantulah aku untuk masuk lebih dalam ke lubuk hatiMu, apa pun resikonya. Anugerahilah daku kegembiraan karena dan di dalam Dikau kini dan selamanya. Amin.

JoharT Wurlirang, 31/7/2018

»̶·̵̭̌·̵̭̌✽̤̈̊•Ɓέяќǎђ•Đǎlєm•✽̤̥̈̊·̵̭̌·̵̭̌«̶
Aloys budi purnomo Pr

Sent from my heart of abudhenkpr
"abdi Dalem palawija"
Majalah INSPIRASI, Lentera yang Membebaskan;
Komisi Hubungan Antaragama dan Kepercayaan Keuskupan Agung Semarang;
Campus Ministry Unika Soegijapranata Semarang.

Lamunan Peringatan Wajib

Santo Alfonsus Maria de Liguori, Uskup dan Pujangga Gereja
Rabu, 1 Agustus 2018

Matius 13:44-46

13:44. "Hal Kerajaan Sorga itu seumpama harta yang terpendam di ladang, yang ditemukan orang, lalu dipendamkannya lagi. Oleh sebab sukacitanya pergilah ia menjual seluruh miliknya lalu membeli ladang itu.
13:45 Demikian pula hal Kerajaan Sorga itu seumpama seorang pedagang yang mencari mutiara yang indah.
13:46 Setelah ditemukannya mutiara yang sangat berharga, iapun pergi menjual seluruh miliknya lalu membeli mutiara itu."

Butir-butir Permenungan
  • Tampaknya, orang bekerja untuk meraih penghasilan. Dengan penghasilannya orang dapat membeli barang benda dan kekayaan lainnya.
  • Tampaknya, orang juga harus memikirkan masa depan dengan segala kebutuhannya. Demi masa depan orang berjuang memiliki tabungan harta dan benda untuk menjamin kesejahteraan yang akan datang.
  • Tetapi BISIK LUHUR berkata bahwa, bagi yang biasa bergaul intim dengan kedalaman batin, sekalipun harta benda membuat orang merasa hidup tenang, tetapi orang akan mengikhlaskan sebanyak apapun yang dimiliki bahkan sampai habis sama sekali demi mempertahankan hidup. Dalam yang ilahi karena kemesraannya dengan gema relung hati orang akan mengutamakan hidup dalam kuasa nurani di atas segalanya.
Ah, jaman kini tanpa kekayaan orang akan terpuruk dalam segalanya.

Piknik Jumpa Darat


Pada hari Kamis pagi 17 Juli 2018 jam 07.02 ada pesan masuk lewat WA Rm. Bambang "Sugeng enjang rm Bambang.  Salam taklim saking Semarang. Mugi romo2 Domus Pacis tansah pinayungan dening Gusti. Brayat lare kula Bl. Chasto Kristiambodo kepingin ngajak romo2 Domus Pacis Puren dahar siang wonten Bale Raos celak Kraton. Wekdalipun menawi cocok kaliyan romo2 benjang minggu 22 juli 2018. Menapa romo2 saged. Akomodasi kita engkang ngatur. Nyuwun konfirmasinipun. Berkah Dalem." (Selamat pagi, rama Bambang. Salam dari Semarang. Semoga para rama Domus Pacis selalu ada dalam lindungan Tuhan. Keluarga anak saya Bl. Chasto Kristiambodo ingin mengajak rama-rama Domus Pacis Puren untuk makan siang di Bale Raos dekat Kraton. Kalau setuju waktunya hari Minggu 22 Juli 2018. Apakah rama-rama bisa? Akomodasi kami tanggung. Mohon konfirmasinya. Tuhan Berkati). Ternyata pesan itu datang dari Bapak Joseph Murniyanto Hoekorowarsito yang tinggal di Semarang. Pak Murniyanto adalah mantan siswa Seminari Mertoyudan yang kini menjadi teman Rm. Bambang dalam kontak internet. Terhadap pesan ini Rm. Bambang menjawab "Menawi benjang Minggu 22 Juli 2018 sagetipun wetawis jam 4an sonten. Mangke kula matur para rama rumiyin" (Kalau besok Minggu 22 Juli 2018, bisa kami pada sekitar jam 04.00 sore. Nanti saya memberi informasi ke para rama) yang disambung Pak Murniyanto "Njih romo nyuwun kabaripun" (Ya rama, mohon dikabari).

Itulah yang melatarbelakangi mengapa pada jam 04.00 lebih pada sore Minggu 22 Juli 2018 ada dua mobil datang ke Domus Pacis. Rm. Ria, Rm. Harto, Rm. Tri Wahyono, Rm. Tri Wahyono, dan Rm. Bambang sudah siap didampingi oleh para karyawan Domus (Mas Abas, Mas Ardi, dan Mas Tono) dan suami-istri Handoko yang masuk sebagai relawan Domus Pacis. Rm. Yadi tidak ikut. Lima kursi roda masuk granmax, mobil Domus, yang dikendarai oleh Mas Handoko yang membawa Rm. Tri Hartono, Rm. Tri Wahyono, Rm. Bambang, Mbak Sri (istri Mas Handoko), dan Mas Tono. Rama-rama lain dan karyawan lain berada di mobil yang dikendarai oleh Mas Chasto, putra Pak Murniyanto, bersama beberapa anggota keluarga. Semua yang ikut adalah keluarga besan Pak Murniyanto beserta sanak lain. Ternyata pada waktu itu keluarga Mas Chasto dan Mbak Dian mengadakan acara syukur atas kelancaran dalam bekerja. Suami-istri ini mendapatkan posisi yang terpercaya. Ketika sudah duduk bersama mengelilingi meja makan Mas Chasto menyampaikan maksud dan tujuannya mengajak rama-rama Domus Pacis. Dalam kata-kata tanggapannya Rm. Bambang juga mengatakan "Bagi kami para rama Domus ini adalah acara piknik, yaitu makan luar". Rm. Bambang menjelaskan bahwa untuk rama-rama Domus dengan kondisi difabel, yang namanya piknik adalah pergi makan di restoran. "Kalau piknik pergi ke pantai, ya harus membawa rama untuk siap-siap Sakramen Perminyakan" kata Rm. Bambang yang membuat semua tertawa.

Monday, July 30, 2018

Percikan Nas Selasa, 31 Juli 2018


Selasa, 31 Juli 2018

Peringatan Wajib St. Ignasius dr Loyola
warna liturgi Putih


Bacaan-bacaan:
Yer. 14:17-22; Mzm. 79:8,9,11,13; Mat. 13:36-43; BcO Ayb. 31:1-23,35-37.
Nas Injil:
36 Maka Yesuspun meninggalkan orang banyak itu, lalu pulang. Murid-murid-Nya datang dan berkata kepada-Nya: “Jelaskanlah kepada kami perumpamaan tentang lalang di ladang itu.” 37 Ia menjawab, kata-Nya: “Orang yang menaburkan benih baik ialah Anak Manusia; 38 ladang ialah dunia. Benih yang baik itu anak-anak Kerajaan dan lalang anak-anak si jahat. 39 Musuh yang menaburkan benih lalang ialah Iblis. Waktu menuai ialah akhir zaman dan para penuai itu malaikat. 40 Maka seperti lalang itu dikumpulkan dan dibakar dalam api, demikian juga pada akhir zaman. 41 Anak Manusia akan menyuruh malaikat-malaikat-Nya dan mereka akan mengumpulkan segala sesuatu yang menyesatkan dan semua orang yang melakukan kejahatan dari dalam Kerajaan-Nya. 42 Semuanya akan dicampakkan ke dalam dapur api; di sanalah akan terdapat ratapan dan kertakan gigi. 43 Pada waktu itulah orang-orang benar akan bercahaya seperti matahari dalam Kerajaan Bapa mereka. Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengar!”
Percikan Nas:
Suatu kali di suatu kampung akan direncanakan pembangunan saluran got. Mereka sudah beberapa kali bertemu untuk membicarakan rencana pembangunan tersebut. Jalur saluran, konstruksi, bahan bangunan, anggaran, sistem pembangunan dll sudah mereka bahas dan sepakati. Lalu datang orang yang tidak pernah hadir dalam pertemuan-pertemuan sebelumnya. Ia menyampaikan banyak usulan bahkan kritikan yang pernah dibahas. Warga yang lain jengah dengan sikapnya. Lalu sang pemimpin kampung berkata, “Bapak terimakasih, tapi mohon maaf semua yang bapak katakan sudah kami bahas sebelumnya. Data-datanya ada di notulen. Silakan nanti membaca notulen dahulu. Kita sudah melangkah jauh dari itu.”
Murid-murid Yesus merasa belum tahu dengan maksud perumpamaan yang diberikan Yesus. Mereka tidak sok tahu lalu menerangkan apalagi mengkritik. Mereka dengan rendah hati bertanya kepada Yesus. Yesus pun menanggapi mereka dengan baik dan menjelaskan maksud perumpamaan-Nya. Penjelasan tersebut membuat para murid paham dan kemudian bisa menyelaraskan hidup sesuai dengan pengajaran Yesus.
Kiranya dua hal di atas bisa menjadi bahan pembelajaran hidup kita. Untuk berbicara sesuatu kita perlu mengetahui apa yang kita bicarakan. Kalau memang belum tahu bisa bertanya dahulu pada yang sudah tahu. Bila kita sudah paham baru kita berbicara. Jangan sampai kita berbicara dan sebenarnya itu mempermalukan diri kita sendiri karena yang kita bicarakan malah menunjukkan kita tidak tahu apa yang sudah diketahui banyak orang dan salah. Datang, bertanya, mencari tahu tidak akan pernah merendahkan martabat kita.
Doa:
Tuhan dengan lembut hati Engkau menjelaskan arti pengajaran-Mu kepada para murid. Kami pun ingin hadir dan bertanya kepada-Mu. Sudilah Engkau memberi kejelasan pada kami atas sabda-sabda-Mu. Amin.
Datang dan bertanya.
(goeng).

Becik Ketitik, Bener Ketenger, Ala Ketara


Selasa, 31 Juli 2018
PW St Ignatius Loyola
Mateus 13:36-43

Perbedaan antara yang baik dan yang jahat itu tipis. Bagi manusia mungkin rumit namun tidak bagi Tuhan. Kita diajak berjuang untuk hidup baik di dunia ini yang sering diresapi kejahatan. Melalui Injil hari ini Yesus meyakinkan kita bahwa Bapa melihat kebaikan yang kita lakukan dan akan memberi balasan untuk itu. Meski penuh tantangan dan rumit, kita harus tetap secara konsisten menaburkan kebaikan dalam hidup kita.

Kejahatan ada untuk memurnikan dan meyakinkan bahwa kebaikan itu ada! Kejahatan ada sehingga kebaikan itu menjadi murni. Jika kita telah menabur kebaikan dengan kehidupan kita dan jika kita hidup dalam rahmat Tuhan, kita akan terbebaskan dari wilayah kejahatan selamanya. Mari kita berjuang melawan kejahatan sebagai cara untuk menunjukkan ketulusan cinta dan kebaikan kita. Untuk itu, kita harus bangun dari tidur dan mengalami transformasi inspiratif. Becik ketitik, bener ketenger, ala ketara. Yang baik tampak, kebenaran tercatat dan kejahatan terlihat.

Ya Tuhan, kami menuai apa yang kami taburkan. Engkau menjamin bahwa kebaikan akan menang. Inilah yang memberi keyakinan dan kesungguhan serta kegembiraan bagi kami untuk berjuang demi kebaikan. Perjuangan kami tidak akan sia-sia. Bantulah aku untuk selalu melakukan kebaikan dalam kehidupan bersama dengan segala keterbatasan dan kerapuhanku kini dan selamanya. Amin. 

JoharT Wurlirang, 30/7/2018

»̶·̵̭̌·̵̭̌✽̤̈̊•Ɓέяќǎђ•Đǎlєm•✽̤̥̈̊·̵̭̌·̵̭̌«̶
Aloys budi purnomo Pr

Sent from my heart of abudhenkpr
"abdi Dalem palawija"
Majalah INSPIRASI, Lentera yang Membebaskan;
Komisi Hubungan Antaragama dan Kepercayaan Keuskupan Agung Semarang;
Campus Ministry Unika Soegijapranata Semarang.

Lamunan Peringatan Wajib

Santo Ignasius dari Loyola, Imam
Selasa, 31 Juli 2018

Matius 13:36-43

13:36 Maka Yesuspun meninggalkan orang banyak itu, lalu pulang. Murid-murid-Nya datang dan berkata kepada-Nya: "Jelaskanlah kepada kami perumpamaan tentang lalang di ladang itu."
13:37 Ia menjawab, kata-Nya: "Orang yang menaburkan benih baik ialah Anak Manusia;
13:38 ladang ialah dunia. Benih yang baik itu anak-anak Kerajaan dan lalang anak-anak si jahat.
13:39 Musuh yang menaburkan benih lalang ialah Iblis. Waktu menuai ialah akhir zaman dan para penuai itu malaikat.
13:40 Maka seperti lalang itu dikumpulkan dan dibakar dalam api, demikian juga pada akhir zaman.
13:41 Anak Manusia akan menyuruh malaikat-malaikat-Nya dan mereka akan mengumpulkan segala sesuatu yang menyesatkan dan semua orang yang melakukan kejahatan dari dalam Kerajaan-Nya.
13:42 Semuanya akan dicampakkan ke dalam dapur api; di sanalah akan terdapat ratapan dan kertakan gigi.
13:43 Pada waktu itulah orang-orang benar akan bercahaya seperti matahari dalam Kerajaan Bapa mereka. Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengar!"

Butir-butir Permenungan
  • Tampaknya, orang dapat mengatakan bahwa sebuah ceramah sungguh menarik karena memuaskan amat banyak pendengarnya. Hal itu terjadi karena kemampuan si penceramah menjelaskan yang dijadikan tema di hadapan massa pendengar.
  • Tampaknya, orang juga dapat mengatakan bahwa sebuah ceramah menjadi sangat mengena karena adanya sesi tanya-jawab. Di dalam sesi itu si penceramah dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan secara singkat-padat dengan bahasa lugas.
  • Tetapi BISIK LUHUR berkata bahwa, bagi yang biasa bergaul intim dengan kedalaman batin, sehebat apapun seseorang menjadi pembicara di hadapan massa pendengar, kalau berkaitan dengan misteri kehidupan orang sungguh memiliki pemahaman hingga dasar batin kalau tidak memiliki saat khusus untuk merenung atau berbincang dalam kelompok kecil. Dalam yang ilahi karena kemesraannya dengan gema relung hati orang akan mampu mengembangkan kehidupan batin karena punya kebiasaan berbicara dengan nuraninya meskipun sedang ada di tengah aktivitas.
Ah, untuk merenung apalagi berkontemplasi orang harus mengikuti retret.

Sunday, July 29, 2018

Tumbuh Menjadi Kuat dalam Kerajaan Tuhan


Senin, 30 Juli 2018
Pekan Biasa XVII
Mateus 13:31-35

Kerajaan Kristus bukanlah organisasi melainkan organisme yang hidup. Begitulah Gereja Katolik sebagai salah satu representasinya merupakan kekuatan spiritual. Iman, hatapan dan kasih kita membuat kita menjadi kuat di tengah-tengah kesulitan dan bahkan mampu menopang orang lain dalam perjalanan hidup mereka. Bagaimana saya mengizinkan Kerajaan untuk bertumbuh dalam hati saya sedemikian rupa sehingga saya dapat mendukung orang lain dengan nilai-nilai dan amal saya?
Saya percaya, saat kita membiarkan Kristus memerintah di dalam hati saya setiap waktu, saya menemukan dan mengalami bahwa pengaruhNya tidak hanya mempengaruhi diri pribadi saya tetapi juga orang-orang di sekitar saya. Dunia ini menjadi tempat yang lebih peduli, penuh kasih sayang dan persaudaraan serta kerukunan pun kian dirasakan banyak orang. Kebenaran ditaburkan. Cinta kasih Tuhan dihadirkan. Dunia ini menjadi tempat bagi banyak orang dapat menemukan Tuhan. Inilah transformasi inspiratif yang diam-diam bertumbuh, berkembang dan berbuah dalam hidup bersama, tanpa henti.

Ya Tuhan, Engkau memiliki rencana untuk memerintah di dalam hatiku. Buah kebaikan dalam hidupku terletak pada keterbukaan dan kerja samaku dengan kasih karuniaMu. Aku percaya pada kerajaanMu. Bantulah aku untuk bekerja dengan iman, harapan dan kasih demi KerajaanMu yang selalu hidup dan berkuasa dalam cinta kini dan selamanya. Amin.

JoharT Wurlirang, 30/7/2018

»̶·̵̭̌·̵̭̌✽̤̈̊•Ɓέяќǎђ•Đǎlєm•✽̤̥̈̊·̵̭̌·̵̭̌«̶
Aloys budi purnomo Pr

Sent from my heart of abudhenkpr
"abdi Dalem palawija"
Majalah INSPIRASI, Lentera yang Membebaskan;
Komisi Hubungan Antaragama dan Kepercayaan Keuskupan Agung Semarang;
Campus Ministry Unika Soegijapranata Semarang.

Percikan Nas Senin, 30 Juli 2018


Senin, 30 Juli 2018

Petrus Krisologus, Yustinus de Jakobis
warna liturgi Hijau


Bacaan-bacaan:
Yer. 13:1-11; MT Ul. 32:18-19,20,21; Mat. 13:31-35. BcO Ayb. 29:1-10; 30:1,9-23.
Nas Injil:
31 Yesus membentangkan suatu perumpamaan lain lagi kepada mereka, kata-Nya: “Hal Kerajaan Sorga itu seumpama biji sesawi, yang diambil dan ditaburkan orang di ladangnya. 32 Memang biji itu yang paling kecil dari segala jenis benih, tetapi apabila sudah tumbuh, sesawi itu lebih besar dari pada sayuran yang lain, bahkan menjadi pohon, sehingga burung-burung di udara datang bersarang pada cabang-cabangnya.” 33 Dan Ia menceriterakan perumpamaan ini juga kepada mereka: “Hal Kerajaan Sorga itu seumpama ragi yang diambil seorang perempuan dan diadukkan ke dalam tepung terigu tiga sukat sampai khamir seluruhnya.” 34 Semuanya itu disampaikan Yesus kepada orang banyak dalam perumpamaan, dan tanpa perumpamaan suatupun tidak disampaikan-Nya kepada mereka, 35 supaya genaplah firman yang disampaikan oleh nabi: “Aku mau membuka mulut-Ku mengatakan perumpamaan, Aku mau mengucapkan hal yang tersembunyi sejak dunia dijadikan.”
Percikan Nas:
Suatu kali ada seorang ibu sederhana dipilih seorang imam untuk menjadi anggota tim pemberi kursus perkawinan. Ibu itu ditinggal mati suaminya pada saat anak-anaknya masih kecil. Ia berjuang membesarkan anak-anaknya sendirian sampai anak-anaknya tumbuh besar dan kuliah. Ibu itu merasa kecil dan tidak mampu. Namun imam tersebut tetap memintanya bukan karena kemampuan otaknya tapi pengalamannya sebagai singel parent. Dia pun menerima dan akhirnya menjadi pengajar di kursus perkawinan dan banyak calon manten menimba pengalamannya.
Yesus memberi perumpamaan tentang biji sesawi dan ragi. Bacaan yang baru kita baca beberapa hari yang lalu. Di situ diterangkan bagaimana kerajaan surga itu bertumbuh dari kecil dan berangkat dari yang kecil dan membentuk sesuatu yang diharapkan. Ragi membentuk suatu adonan. Yang tampaknya kecil bila ditumbuhkan dan digunakan akan sangat berarti.
Mungkin kita pun sering merasa kecil dan tidak mampu. Hal itu makin terasa kalau harus menghadapi suatu tugas yang besar. Tidak sedikit yang tidak berani menerima tanggungjawab yang dipercayakan kepadanya. Bacaan hari ini menegaskan kepada kita bahwa sekecil apapun kalau kita hidupi dengan serius dan kita tumbuhkan akan menjadi daya yang berarti bahkan menimbulkan kekaguman. Maka kiranya kita bisa mengubah sikap dengan keyakinan bahwa walau kecil aku dipilih untuk karya Tuhan yang besar. Kecil tapi berdaya.
Doa:
Tuhan aku bersyukur karena Engkau menggunakanku sebagai alat-Mu. Bagimu tidak ada yang tidak berarti. Engkau memakaiku sebagai alat-Mu untuk mengerjakan karya-karya-Mu di dunia ini. Yakinkan hatiku untuk selalu menyadari bahwa Engkau menemaniku menjalankan tugas perutusan-Mu. Amin.
Kecil Berdaya.
(goeng).

Lamunan Pekan Biasa XVII

Senin, 30 Juli 2018

Matius 13:31-35

13:31 Yesus membentangkan suatu perumpamaan lain lagi kepada mereka, kata-Nya: "Hal Kerajaan Sorga itu seumpama biji sesawi, yang diambil dan ditaburkan orang di ladangnya.
13:32 Memang biji itu yang paling kecil dari segala jenis benih, tetapi apabila sudah tumbuh, sesawi itu lebih besar dari pada sayuran yang lain, bahkan menjadi pohon, sehingga burung-burung di udara datang bersarang pada cabang-cabangnya."
13:33 Dan Ia menceriterakan perumpamaan ini juga kepada mereka: "Hal Kerajaan Sorga itu seumpama ragi yang diambil seorang perempuan dan diadukkan ke dalam tepung terigu tiga sukat sampai khamir seluruhnya."
13:34 Semuanya itu disampaikan Yesus kepada orang banyak dalam perumpamaan, dan tanpa perumpamaan suatupun tidak disampaikan-Nya kepada mereka,
13:35 supaya genaplah firman yang disampaikan oleh nabi: "Aku mau membuka mulut-Ku mengatakan perumpamaan, Aku mau mengucapkan hal yang tersembunyi sejak dunia dijadikan."

Butir-butir Permenungan
  • Tampaknya, seorang ahli psikologi dianggap mampu menjelaskan hal-hal yang ada dalam kejiwaan. Dia ahli mengurai pengalaman kejiwaan seseorang.
  • Tampaknya, bersama seorang psikologi orang akan tahu apa itu cinta dan kebahagiaan. Hidup beriman dan perkembangannya pun dapat menjadi buku uraian ilmu jiwa.
  • Tetapi BISIK LUHUR berkata bahwa, bagi yang biasa bergaul intim dengan kedalaman batin, sekalipun ada uraian rinci tentang pengalaman-pengalaman batiniah, orang tak akan mampu memahami segala yang tak kasat mata tanpa merenungkannya lewat gambaran-gambaran realita hidup sehari-hari. Dalam yang ilahi karena kemesraannya dengan gema relung hati orang akan menyadari segala yang kasat mata adalah gambaran realita yang menjadi misteri kehidupan.
Ah, yang tak tampak itu hanya takhayul.

Saturday, July 28, 2018

Percikan Nas Minggu, 29 Juli 2018

Hari Minggu Biasa XVII
warna liturgi Hijau

Minggu, 29 Juli 2018

Bacaan-bacaan:
2Raj. 4:42-44; Mzm. 145:10-11,15-16,17-18; Ef. 4:1-6; Yoh. 6:1-15. BcO Ayb. 28:1-28.
Nas Injil:
1 Sesudah itu Yesus berangkat ke seberang danau Galilea, yaitu danau Tiberias. 2 Orang banyak berbondong-bondong mengikuti Dia, karena mereka melihat mujizat-mujizat penyembuhan, yang diadakan-Nya terhadap orang-orang sakit. 3 Dan Yesus naik ke atas gunung dan duduk di situ dengan murid-murid-Nya. 4 Dan Paskah, hari raya orang Yahudi, sudah dekat. 5 Ketika Yesus memandang sekeliling-Nya dan melihat, bahwa orang banyak berbondong-bondong datang kepada-Nya, berkatalah Ia kepada Filipus: “Di manakah kita akan membeli roti, supaya mereka ini dapat makan?” 6 Hal itu dikatakan-Nya untuk mencobai dia, sebab Ia sendiri tahu, apa yang hendak dilakukan-Nya. 7 Jawab Filipus kepada-Nya: “Roti seharga dua ratus dinar tidak akan cukup untuk mereka ini, sekalipun masing-masing mendapat sepotong kecil saja.” 8 Seorang dari murid-murid-Nya, yaitu Andreas, saudara Simon Petrus, berkata kepada-Nya: 9 “Di sini ada seorang anak, yang mempunyai lima roti jelai dan dua ikan; tetapi apakah artinya itu untuk orang sebanyak ini?” 10 Kata Yesus: “Suruhlah orang-orang itu duduk.” Adapun di tempat itu banyak rumput. Maka duduklah orang-orang itu, kira-kira lima ribu laki-laki banyaknya. 11 Lalu Yesus mengambil roti itu, mengucap syukur dan membagi-bagikannya kepada mereka yang duduk di situ, demikian juga dibuat-Nya dengan ikan-ikan itu, sebanyak yang mereka kehendaki. 12 Dan setelah mereka kenyang Ia berkata kepada murid-murid-Nya: “Kumpulkanlah potongan-potongan yang lebih supaya tidak ada yang terbuang.” 13 Maka merekapun mengumpulkannya, dan mengisi dua belas bakul penuh dengan potongan-potongan dari kelima roti jelai yang lebih setelah orang makan. 14 Ketika orang-orang itu melihat mujizat yang telah diadakan-Nya, mereka berkata: “Dia ini adalah benar-benar nabi yang akan datang ke dalam dunia.” 15 Karena Yesus tahu, bahwa mereka hendak datang dan hendak membawa Dia dengan paksa untuk menjadikan Dia raja, Ia menyingkir pula ke gunung, seorang diri.
Percikan Nas:
Di dalam hidup ini kita mungkin pernah mengalami situasi yang membuat kita tidak tenang, resah dan panik. Seorang pelajar panik karena harus menghadapi ujian padahal belum belajar dengan baik. Seorang ibu panik karena ada tagihan yang jatuh tempo tapi belum ada uang. Ada banyak lagi peristiwa yang bisa membuat panik.
Para murid pun dibuat panik karena diminta Yesus untuk memberi makan 5000 orang yang mengikuti mereka. Uang 200 dinar pun tidak akan cukup untuk secuil roti bagi semua. Mereka tidak tahu apa yang mesti dilakukan. Mereka gelisah dan panik.
Kala berada dalam situasi tersebut orang cenderung makin resah dan gelisah. Keresahan dan kegelisahan tidak menyelesaikan kepanikannya. Apa yang perlu kita lakukan dalam situasi seperti itu? Kali ini saya mengajak anda membaca ayat 9-10 dan silakan menarik permenungan diri tentang bagaimana mengatasi kepanikan. Bisa kan? Pasti bisa. Selamat mencoba.
Doa:
Tuhan semoga aku mampu mengatasi kepanikan-kepanikan hidupku. Semoga aku mampu mengubahnya dan menjadikan berkah bagi banyak orang. Bersama dengan-Mu aku percaya bisa melakukannya. Amin.
Panik?
(goeng).

Lamunan Pekan Biasa XVII

Minggu, 29 Juli 2018

Yohanes 6:1-15

6:1. Sesudah itu Yesus berangkat ke seberang danau Galilea, yaitu danau Tiberias.
6:2 Orang banyak berbondong-bondong mengikuti Dia, karena mereka melihat mujizat-mujizat penyembuhan, yang diadakan-Nya terhadap orang-orang sakit.
6:3 Dan Yesus naik ke atas gunung dan duduk di situ dengan murid-murid-Nya.
6:4 Dan Paskah, hari raya orang Yahudi, sudah dekat.
6:5 Ketika Yesus memandang sekeliling-Nya dan melihat, bahwa orang banyak berbondong-bondong datang kepada-Nya, berkatalah Ia kepada Filipus: "Di manakah kita akan membeli roti, supaya mereka ini dapat makan?"
6:6 Hal itu dikatakan-Nya untuk mencobai dia, sebab Ia sendiri tahu, apa yang hendak dilakukan-Nya.
6:7 Jawab Filipus kepada-Nya: "Roti seharga dua ratus dinar tidak akan cukup untuk mereka ini, sekalipun masing-masing mendapat sepotong kecil saja."
6:8 Seorang dari murid-murid-Nya, yaitu Andreas, saudara Simon Petrus, berkata kepada-Nya:
6:9 "Di sini ada seorang anak, yang mempunyai lima roti jelai dan dua ikan; tetapi apakah artinya itu untuk orang sebanyak ini?"
6:10 Kata Yesus: "Suruhlah orang-orang itu duduk." Adapun di tempat itu banyak rumput. Maka duduklah orang-orang itu, kira-kira lima ribu laki-laki banyaknya.
6:11 Lalu Yesus mengambil roti itu, mengucap syukur dan membagi-bagikannya kepada mereka yang duduk di situ, demikian juga dibuat-Nya dengan ikan-ikan itu, sebanyak yang mereka kehendaki.
6:12 Dan setelah mereka kenyang Ia berkata kepada murid-murid-Nya: "Kumpulkanlah potongan-potongan yang lebih supaya tidak ada yang terbuang."
6:13 Maka merekapun mengumpulkannya, dan mengisi dua belas bakul penuh dengan potongan-potongan dari kelima roti jelai yang lebih setelah orang makan.
6:14 Ketika orang-orang itu melihat mujizat yang telah diadakan-Nya, mereka berkata: "Dia ini adalah benar-benar nabi yang akan datang ke dalam dunia."
6:15. Karena Yesus tahu, bahwa mereka hendak datang dan hendak membawa Dia dengan paksa untuk menjadikan Dia raja, Ia menyingkir pula ke gunung, seorang diri.

Butir-butir Permenungan
  • Tampaknya, orang yang biasa berbuat amal demi kepentingan umum memang dapat menjadi terkenal. Perhatian masyarakat luas akan membuatnya mendapatkan tempat khusus di hati mereka.
  • Tampaknya, di dalam pemilihan pimpinan orang yang biasa berbagi kebaikan untuk kepentingan umum dapat memperoleh banyak dukungan. Banyak kelompok dan atau organisasi akan memintanya jadi pemimpin.
  • Tetapi BISIK LUHUR berkata bahwa, bagi yang biasa bergaul intim dengan kedalaman batin, sekalipun banyak berbagi kesejahteraan untuk kebutuhan masyarakat luas, orang yang dalam melakukannya biasa sebagai tindakan spontan karena jiwa kepedulian personal akan terhindar dari nafsu kejar jabatan setinggi apapun. Dalam yang ilahi karena kemesraannya dengan gema relung hati orang tidak akan memanfaatkan tindakan-tindakan baiknya sebagai alat untuk mendapatkan jabatan tinggi di tengah masyarakat.
Ah, hanyalah orang goblog yang menolak jabatan tinggi dalam masyarakat.

Friday, July 27, 2018

Injil Minggu Biasa 29 Jul 2018 ( Yoh 6:1-15)

diambil dari http://www.unio-indonesia.org ditulis oleh admin pada Sen, 23/07/2018 - 14:37


BINGKISAN KASIH
Injil Minggu Biasa XVII tahun B, Yoh 6:1-15, mengisahkan bagaimana Yesus mampu memberi makan lima ribu orang dengan membagi-bagikan lima roti jelai dan dua ikan yang kebetulan tersedia pada waktu itu. Sisa potongan roti setelah semua orang makan bahkan mencapai dua belas bakul penuh! Apa wartanya? Sebelum membicarakan lebih lanjut, marilah kita memahami kisah “Yesus memberi makan orang banyak” bukannya sebagai tindakan ajaib “memperbanyak makanan” semata-mata. Tekanan diletakkan pada perhatian Yesus kepada orang-orang yang mendatanginya, bukan pada mukjizatnya sendiri.
MENJELANG PASKAH YAHUDI
Peristiwa ini terjadi ketika hari raya Paskah orang Yahudi sudah dekat (Yoh 6:4). Dalam Injil Yohanes, penyebutan waktu ini didapati pada peristiwa-peristiwa yang penting. Pembersihan Bait Allah (Yoh 2:13) terjadi pada waktu itu. Kemudian pada peristiwa pemberian makan orang banyak seperti di sini. Perjamuan Terakhir dengan para murid (Yoh 13:1) terjadi juga menjelang Paskah Yahudi. (Perjamuan ini bukan perjamuan Paskah – yang bagi Yohanes terjadi ketika Yesus wafat di salib). Peristiwa memberi makan orang banyak kali ini ditampilkan sebagai salah satu dari tiga peristiwa penting yang mendahului Paskah baru, yakni kebangkitan Yesus.
Dalam kisah pembersihan Bait, orang menyangka Yesus hendak mengadakan pembaharuan sosial besar-besaran bagi orang Yahudi dalam waktu singkat. Tidak mereka sadari bahwa Bait yang morat marit dikotori sikap tak percaya itu sebentar lagi akan digantikan dengan dirinya yang nanti akan bangkit menjadi Bait yang hidup bagi semua orang. Juga dalam Perjamuan Terakhir para murid sendiri belum amat menyadari bahwa kebesaran Yesus terletak dalam pelayanan, yakni sikap yang diajarkannya pada saat-saat terakhir itu. Dan orang-orang yang telah dikenyangkan seperti dikisahkan dalam petikan hari ini hanya melihatnya hanya sebagai nabi yang telah datang ke dunia (Yoh 6:14) dan malah ingin menjadikannya raja.
Kesadaran batin orang-orang, juga para murid terdekat, belum berkembang utuh seperti orang buta sejak lahir yang dibuka penglihatannya oleh Yesus. Pada mulanya memang orang itu mengenal Yesus hanya sebagai penyembuh paranormal (Yoh 9:11 dan 15). Kemudian ketika ditanya-tanya oleh kaum Farisi, orang itu mulai berpikir bahwa tentunya Yesus itu nabi (Yoh 9:17). Tapi ketika bertemu Yesus lagi dan berbicara dengannya, ia menyadari siapa sesungguhnya dia dan sujud menyeru “Aku percaya, Tuhan” (Yoh 9:38). Orang-orang di Bait Allah, orang banyak di tepi Danau Tiberias di Galilea, bahkan para murid terdekat sendiri masih perlu maju setapak lagi agar menyadari siapa Yesus itu. Tanda-tanda besar – mukjizat – baru membuat orang mulai mengakui kebesarannya menurut bayangan masing-masing. Jadi belum tentu sejalan dengan yang dipikirkan Yesus. Kebenaran baru tercapai bila orang berani maju sendiri seperti orang tadi.
PERMINTAAN YESUS
Kisah memberi makan lima ribu orang ini dijumpai dalam semua Injil (Mrk 6:30-44 Mat 14:13-21 Luk 9:10-17 dan petikan hari ini Yoh 6:1-15). Menurut Markus, Matius dan Lukas, para murid menyadari bahwa hari sudah mulai petang dan akan makin sulit mendapatkan makanan. Warung-warung segera akan tutup. Waktu itu memang belum lazim ada kedai makan yang buka malam hari. Maka para murid mengusulkan kepada Yesus, yang sedang melayani orang-orang itu, agar menyuruh mereka bubar saja dan pergi membeli makanan sendiri-sendiri. Tapi Yesus malah menyuruh murid-muridnya ikut mengusahakan makanan bagi orang banyak itu. Sikap ini tampak jelas dalam Injil Yohanes. Di situ Yesus mulai menggugah perhatian Filipus dengan bertanya, “Di mana kita bisa membeli roti supaya mereka dapat makan?” Begitulah Yesus mengajak murid-murid melayani dan menyediakan makanan bagi orang-orang yang telah kena pesona para murid itu sendiri. Jangan orang-orang itu ditinggalkan dan dibiarkan sendirian setelah sukses dikecap. Kembalikan kepuasan kepada mereka!
Tentu saja tidak mudah. Filipus menghitung, uang dua ratus dinar takkan cukup buat orang sebanyak itu. Kita tahu, sedinar itu upah lazim satu hari kerja bagi pekerja biasa dan boleh jadi hanya cukup bagi satu keluarga dengan lima orang. Maka paling banter dengan dua ratus dinar hanya akan dapat disediakan makanan bagi seribu orang, bukan lima ribu! Masing-masing orang tak bakal mendapat sepotong kecil roti saja! Apa ini namanya memberi makan? Begitulah cara berpikir dengan angka-angka melulu. Hasilnya ialah angkat tangan menyerah.
Filipus bukan sebarang orang. Tokoh ini berasal dari Betsaida, kota pusat perdagangan ikan di tepi danau tempat peristiwa ini terjadi. Ia dulu dipanggil Yesus sendiri agar mengikutinya (Yoh 1:43-48). Ia kemudian mempertemukan Natanael dengan Yesus. Ia juga pernah diminta orang-orang “Yunani” (maksudnya, orang Yahudi yang berpendidikan modern) untuk memperkenalkan mereka kepada Yesus (Yoh 12:21). Memang Filipus orang yang terpandang di masyarakat. Boleh jadi ia usahawan penting di kota pasar ikan itu. Dan dia itulah yang sekarang diminta Yesus memikirkan keadaan orang banyak. Tapi ia hanya bisa mengalokasi 200 dinar bagi konsumsi masa. Lalu apa mesti menghubungi relasi sana sini yang bisa membantu? Pada saat itu Andreas, seorang murid yang berasal dari Betsaida juga, tampil dengan sebuah pemecahan yang malah semakin tak masuk akal.
Pembaca perlu membiarkan diri dibawa Yohanes masuk ke dalam Injilnya. Seakan-akan Oom Hans kita ini berbisik, kalian tahu kan, Filipus dan Andreas bisa saja mengontak para relasi mereka di Betsaida dan tempat-tempat lain yang dengan senang hati akan menyiapkan lima ribu nasi bungkus! Hubungi mereka cepat-cepat pasti beres deh! Kita makin diperkenalkan ke sisi-sisi manusiawi orang-orang yang diceritakan. Kita boleh jadi akan merasa rada kelabakan seperti Filipus. Baru begitu kita akan mulai melihat bahwa Filipus mungkin belum betul-betul memperhatikan kebutuhan orang banyak yang telah terjaring ke sana. Ia memang sudah bisa memikirkan sisi finansial pengurusan paroki tapi belum sigap menanggapi kebutuhan umat yang ada di situ. Oom Hans ini tidak menyindir Filipus atau siapa saja, ia mengajak kita membaca kisahnya dengan humor dan melihat diri kita sendiri di mana.
BUNGKUSAN MAKANAN – BINGKISAN KASIH
Pemecahan yang makin absurd diajukan oleh Andreas yang tentunya juga orang yang punya banyak relasi seperti Filipus. Andreas mendapati seorang anak kecil yang mempunyai lima roti dan dua ikan, tapi, tapi, tapi... Ia berpikir seperti Filipus juga. Yohanes membiarkan pembaca menangkap maksud tulisannya dengan kreatif. Kita boleh bertanya siapa anak kecil itu? Kok tiba-tiba dimunculkan. Dan apa yang dibawakannya? Lima roti dan dua ikan itu kiranya bukan bekal yang dibawanya. Terlalu banyak. Tentunya juga bukan barang dagangan. Lalu apa? Mari kita bayangkan, anak itu diutus oleh ibunya yang tinggal di dekat-dekat situ untuk menyampaikan bungkusan roti dan ikan bagi Andreas dan Filipus yang pernah mampir ke rumahnya. Kita ingat Yesus beberapa waktu sebelumnya mengutus murid-muridnya dua berdua mengunjungi pelbagai tempat menyiapkan kedatangannya. Bungkusan makanan itu sekedar tanda masih ingat akan kunjungan mereka berdua yang tak membawa bekal makanan. Juga ungkapan terima kasih. Tentu Andreas rada kikuk. Apa yang mau dibuat dengan roti dan ikan yang memang enak itu bagi orang sebanyak ini? Kita berhenti di sini dan masuk kembali ke dalam teks Yohanes.
Yesus mengambil roti tadi. Yesus mengucap syukur – mengucap terima kasih kepada Yang Maha Kuasa. Begitu juga dilakukannya dengan ikannya. Lalu dibagi-bagikannya kepada semua orang di situ. Itulah mukjizatnya! Yesus mengubah tanda terima kasih yang dibawakan anak kecil tadi menjadi makanan bagi lima ribu orang dewasa. Dan masih sisa dua belas bakul penuh potongan roti yang dapat diberikan kepada siapa saja.
Ungkapan syukur kepada yang ada di surga itu telah mengubah bungkusan roti dan ikan tadi menjadi bingkisan kasih yang luar biasa besarnya bagi semua orang yang ada di situ. Perkara yang tadi kelihatan tak mungkin kini menjadi kenyataan berkat ketulusan bocah yang membawakannya, dan juga berkat syukur Yesus kepada Bapanya.
Sebelum membagi-bagikan makanan, Yesus menyuruh orang-orang itu duduk. Yohanes mencatat, “...di tempat itu banyak rumput” (6:10). Orang-orang itu ditampilkan Yohanes sebagai domba-domba yang dibawa ke tempat yang banyak rumputnya oleh sang Gembala Baik. Terasa suasana tenteram yang di tempat orang-orang itu berada bersama dengan tokoh yang mereka dengarkan dan mereka ikuti ke mana saja ia pergi.
Salam hangat,
A. Gianto

Percikan Nas Sabtu, 28 Juli 2018

Yohanes Soret
warna liturgi Hijau

Sabtu, 28 Juli 2018

Bacaan-bacaan:
Yer. 7:1-11; Mzm. 84:3,4,5-6a,8a,11; Mat. 13:24-30. BcO Ayb. 23:1-24:12.
Nas Injil:
24 Yesus membentangkan suatu perumpamaan lain lagi kepada mereka, kata-Nya: “Hal Kerajaan Sorga itu seumpama orang yang menaburkan benih yang baik di ladangnya. 25 Tetapi pada waktu semua orang tidur, datanglah musuhnya menaburkan benih lalang di antara gandum itu, lalu pergi. 26 Ketika gandum itu tumbuh dan mulai berbulir, nampak jugalah lalang itu. 27 Maka datanglah hamba-hamba tuan ladang itu kepadanya dan berkata: Tuan, bukankah benih baik, yang tuan taburkan di ladang tuan? Dari manakah lalang itu? 28 Jawab tuan itu: Seorang musuh yang melakukannya. Lalu berkatalah hamba-hamba itu kepadanya: Jadi maukah tuan supaya kami pergi mencabut lalang itu? 29 Tetapi ia berkata: Jangan, sebab mungkin gandum itu ikut tercabut pada waktu kamu mencabut lalang itu. 30 Biarkanlah keduanya tumbuh bersama sampai waktu menuai. Pada waktu itu aku akan berkata kepada para penuai: Kumpulkanlah dahulu lalang itu dan ikatlah berberkas-berkas untuk dibakar; kemudian kumpulkanlah gandum itu ke dalam lumbungku.”
Percikan Nas:
Banyak perkumpulan hadir dan berusaha menawarkan kebaikan bagi masyarakat. Mereka berjuang mati-matian untuk menabur dan menanam hal-hal positif bagi kehidupan bersama. Dan terasa apa yang mereka usahakan. Namun selalu ada juga kelompok lain yang ingin merusak usaha tersebut dengan berbagai cara. Kelompok ini sering bekerja secara sembunyi-sembunyi tapi juga bergerak secara terbuka tanpa malu.
Tuhan memberikan perumpamaan tentang gandum dan ilalang. Dua tumbuhan ini menjadi hidup bersama karena musuh menaburkan benih ilalang di ladang gandum. Mereka dibiarkan tumbuh bersama karena kalau dicabut malah bisa mencabut gandumnya. Pada saatnya mereka akan dipisahkan.
Memang rasa hati kadang jengkel kala sudah berbuat banyak hal agar terjadi kehidupan yang baik lalu ada orang yang mengganggu. Belajar dari Tuhan nampaknya kita pun harus sanggup berada bersama dengan pribadi seperti itu. Keberadaannya selalu nyata dalam kehidupan ini. Kita tidak bisa menolak. Kita hanya bisa menerima dan mendoakan agar ia berubah. Pada saatnya Tuhan yang akan menentukan tindakan.
Doa:
Tuhan mampukanlah aku hidup bersama, bahkan kala harus berdampingan dengan yang jahat. Semoga aku kuat dan mampu menaburkan rahmat kasih-Mu. Kami berdoa untuk mereka yang bertindak jahat agar bertobat dan berbalik kepada-Mu. Amin.
Hanya menerima
(goeng).

Lamunan Pekan Biasa XVI

Sabtu, 28 Juli 2018

Matius 13:24-30

13:24. Yesus membentangkan suatu perumpamaan lain lagi kepada mereka, kata-Nya: "Hal Kerajaan Sorga itu seumpama orang yang menaburkan benih yang baik di ladangnya.
13:25 Tetapi pada waktu semua orang tidur, datanglah musuhnya menaburkan benih lalang di antara gandum itu, lalu pergi.
13:26 Ketika gandum itu tumbuh dan mulai berbulir, nampak jugalah lalang itu.
13:27 Maka datanglah hamba-hamba tuan ladang itu kepadanya dan berkata: Tuan, bukankah benih baik, yang tuan taburkan di ladang tuan? Dari manakah lalang itu?
13:28 Jawab tuan itu: Seorang musuh yang melakukannya. Lalu berkatalah hamba-hamba itu kepadanya: Jadi maukah tuan supaya kami pergi mencabut lalang itu?
13:29 Tetapi ia berkata: Jangan, sebab mungkin gandum itu ikut tercabut pada waktu kamu mencabut lalang itu.
13:30 Biarkanlah keduanya tumbuh bersama sampai waktu menuai. Pada waktu itu aku akan berkata kepada para penuai: Kumpulkanlah dahulu lalang itu dan ikatlah berberkas-berkas untuk dibakar; kemudian kumpulkanlah gandum itu ke dalam lumbungku."

Butir-butir Permenungan
  • Tampaknya, setiap program selalu disertai kegiatan kongkret untuk mencapai tujuannya. Di situ diperlukan adanya agenda kegiatan.
  • Tampaknya, kegiatan-kegiatan yang diagendakan akan membuat kelompok atau organisasi menjalani program tidak secara asal-asalan. Pada jangka waktu yang sudah ditetapkan akan ada saat evaluasi akhir untuk melihat berbagai keberhasilan.
  • Tetapi BISIK LUHUR berkata bahwa, bagi yang biasa bergaul akrab dengan kedalaman batin, sekalipun orang akan melihat kebaikan dan keberhasilan dalam evaluasi akhir dalam program kegiatan, di situ orang akan pertama-tama mengutamakan kesadaran akan berbagai hambatan bahkan kekeliruannya. Dalam yang ilahi karena kemesraannya dengan gema relug hati orang tidak akan menyembunyikan kelemahan dan kesalahan untuk memperoleh keutamaan hidup.
Ah, yang buruk-buruk harus disembunyikan agar tidak menjatuhkan martabat.

Lamunan Jumpa Darat


Ini terjadi pada hari Sabtu 21 Juli 2018. WAG Lamunan yang berisi renungan dan tulisan-tulisan dari Domus Pacis berisi cukup ramai dengan dialog maya antar beberapa ibu. "Romo, ibu bp sekalian, saya sdh sp rumah dgn selamat. Terima kasih atas kebersamaan kita seharian ini. Khusus b Rini ..... makasih banyak sdh capek2 ngurusin kita2 ini. Bu Hardy.... makasih apem nya.... sdh nglembur dr jam 2 pagi .......Gusti mberkahi....." tulis Bu Andriani pada jam 15.37 yang disambut oleh Bu Rini "Selamat sore Juga Ibu.....Andri  ..senang bisa berjumpa dg Ibu dan semuanya   ..sy mesam mesem  ...semoga bsk diberi kesempatan lg bertemu . ..😘😍😍🙏🙏🙏" dan Bu Hardy "Sami2 bu andriani.unt kebersamaan sy lakukan dg senang hati.ini sy sdh layat belakang rmh.smg kpn2 kt msh dikeparengaken bertemu malih dg yg lbh banyak piyayi.Tdk lupa trmksh sy kpd panitia yg sdh menyambut kami dg baik.BD👍😁😁👍". Bu Wiyono juga nimbrung "Idem bu Hardy... Lain wkt piknik bersama ya...." yang mendapatkan tanggapan "Setuju......." dari Bu Andrani. Dialog-dialog maya itu berjalan hingga malam.


Di hari berikut, Minggu 22 Juli 2018, omongan masih berlanjut seperti cobek dan celana kolor. Barang ini merupakan sebagian dari kado silang yang diundi sebagai door prize. Itu semua berkaitan dengan peristiwa jumpa darat antar beberapa anggota Grup WA Lamunan. Ada 13 orang yang hadir sejak pertemuan dimulai. Mereka masing-masing membawa berbagai macam snak yang jumlahnya amat banyak. Bahkan kue apem yang dibawa oleh Bu Hardy berjumlah 100 buah. Pada hari itu Domus Pacis hanya menyediakan makan siang sederhana dan minuman teh. Sebenarnya pada umumnya antar anggota belum pernah berjumpa face to face. Bahkan Bu Linda dan Bu Diah yang sebenarnya berasal dari sesama Paroki Pugeran juga belum pernah kontak langsung dan belum bisa membayangkan wajah nyatanya. Tetapi ketika datang, semua yang hadir saling bersalaman bahkan berpelukan dan kemudian saling berkelakar sehingga ada yang nyeletuk "Kok kita seperti sudah biasa bertemu sejak lama ya".

Pertemuan itu sebenarnya amat sederhana bahkan acak-acakan. Para rama Domus Pacis yang ikut adalah Rm. Yadi, Rm. Tri Hartono, Rm. Harto, dan tentu saja Rm. Bambang yang menjadi admin WAG Lamunan. Acara pertama adalah menghafal nama panggilan dan paroki asal satu persatu. Sesudah itu Rm. Bambang dengan menggunakan lagu Jawa Kodhok Ngorek mengajak menyebut satu persatu dengan asalnya: "Panggil di, panggil dia, panggil Bu ..... (Nama). Dari mana, dari mana, dari ..... (Asal)". Yang disebut berdiri dan menari. Sesudah itu mereka saling menyampaikan sharing pengalaman menjadi anggota WAG Lamunan. Terhadap peristiwa ini Rm. Yadi memberikan ulasan yang berisi makna penyadaran bagi para rama Domus Pacis akan pentingnya topangan relasi dengan jemaat. Karena jam sudah menunjukkan angka 12 dan terdengar lonceng dari gereja Pringwulung, doa Malaikat Tuhan dilambungkan dan dilanjutkan dengan makan siang. Pada saat ini menyusul Bu Mumun yang datang terlambat. Sesudah makan semua masih kembali ke ruang pertemuan dan ada lotera door prize yang semua mendapatkannya termasuk para karyawan. Ketika saling berpamitan salah satu ibu berkata "Kok cepat selesai, ya?"

Dari catatan yang hadir, selain rama Domus, adalah sebagai berikut:
  1. Bu Hardi dari Paroki Klaten.
  2. Bu Sri Handoko dari Paroki Pringwulung.
  3. Bu Andriani dari Paroki Kartasura.
  4. Bu Wiyono dari Paroki Delanggu.
  5. Bu Mini dari Paroki Pringgolayan.
  6. Bu Diah Widiarti dari Paroki Pugeran.
  7. Bu Linda Widyastuti dari Paroki Pugeran.
  8. Bu Rini Kusparwati dari Paroki Medari.
  9. Bu Paula dari Paroki Ignatius Magelang.
  10. Pak Sukamto dari Paroki Pringgolayan.
  11. Bu Veronika Iin Budiati dari Paroki Ignatius Magelang.
  12. Bu Sri dari Paroki Pakem.
  13. Pak Wignyo dari Paroki Pakem.
  14. Bu Mumun dari Paroki Pringwulung.