Pages

Subscribe:
/
  • Domus Pacis

    Domus Pacis atau Rumah Damai berada di Puren, Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta. Di rumah ini sedang dikembangkan pastoral ketuaan. "Tua tak mungkin terlambat datangnya, namun renta bisa ditunda hadirnya"

  • Indahnya di usia tua

    Tua namun tak renta, sakit tak sengsara, Mati masuk surga

  • Tua Yang Bijaksana

    Menjadi Tua itu kepastian, namun tua yang bijaksana itu suatu perjuangan.

Wednesday, July 31, 2019

Percikan Nas Kamis, 01 Agustus 2019

Peringatan Wajib
St. Alfonsus Maria de Liguori
warna liturgi Putih

Bacaan-bacaan:
Kel. 40:16-21,34-38; Mzm. 84:3,4,5-6a,8a,11; Mat. 13:47-53;
BcO 1Raj. 12:20-33.

Bacaan Injil:
47 "Demikian pula hal Kerajaan Sorga itu seumpama pukat yang dilabuhkan di laut, lalu mengumpulkan berbagai-bagai jenis ikan. 48 Setelah penuh, pukat itupun diseret orang ke pantai, lalu duduklah mereka dan mengumpulkan ikan yang baik ke dalam pasu dan ikan yang tidak baik mereka buang. 49 Demikianlah juga pada akhir zaman: Malaikat-malaikat akan datang memisahkan orang jahat dari orang benar, 50 lalu mencampakkan orang jahat ke dalam dapur api; di sanalah akan terdapat ratapan dan kertakan gigi. 51 Mengertikah kamu semuanya itu?" Mereka menjawab: "Ya, kami mengerti." 52 Maka berkatalah Yesus kepada mereka: "Karena itu setiap ahli Taurat yang menerima pelajaran dari hal Kerajaan Sorga itu seumpama tuan rumah yang mengeluarkan harta yang baru dan yang lama dari perbendaharaannya." 53 Setelah Yesus selesai menceriterakan perumpamaan-perumpamaan itu, Iapun pergi dari situ.

Memetik Inspirasi:
Mengapa kita perlu berbuat baik? Bukankah Tuhan telah menyelamatkan kita? Jawabannya tentu bukan sekedar kalau tidak berbuat baik kita bisa masuk penjara. Salah satu jawaban yang bisa kita berikan adalah supaya kita pada saatnya bisa masuk dalam kerangka Kerajaan Tuhan.
Tuhan sendiri telah memberikan gambaran yang jelas tentang masa depan kehidupan manusia di akhir jaman. Kemarin kita mendengar tentang gandum dan ilalang. Hari ini kita diberi gambaran pukat penangkap ikan. Ikan yang baik dipilih, ikan yang jelek dibuang. “Demikian pula hal Kerajaan Sorga itu seumpama pukat yang dilabuhkan di laut, lalu mengumpulkan berbagai-bagai jenis ikan. Setelah penuh, pukat itupun diseret orang ke pantai, lalu duduklah mereka dan mengumpulkan ikan yang baik ke dalam pasu dan ikan yang tidak baik mereka buang” (Mat 13: 47-48).
Perbuatan baik yang kita lakukan dalam hidup ini akan menjadi salah satu penentu apakah kita termasuk yang baik yang dikumpulkan dalam pasu Tuhan atau dibuang. Maka kiranya kita mesti tetap berbuat baik. Meski Tuhan menyelamatkan bukan berarti kita pun enteng-enteng saja. Bahkan semestinya perbuatan baik menjadi kebiasaan hidup yang tidak perlu diminta. Maka mari kita membiasakan diri untuk berbuat baik.

Refleksi:
Bagaimana membiasakan diri berbuat baik?

Doa: 
Tuhan janganlah membuang kami. Tuntunlah hidup kami agar layak masuk dalam pasu kerajaan-Mu. Bebaskanlah aku dari yang jahat. Amin.

Biasa Baik
MoGoeng
Wates

Audionya:
spoon.today/cast_564006

Lamunan Peringatan Wajib

Santo Alfonsus Maria de Liguori, Uskup dan Pujangga Gereja
Kamis, 1 Agustus 2019

Matius 13:47-53

13:47 "Demikian pula hal Kerajaan Sorga itu seumpama pukat yang dilabuhkan di laut, lalu mengumpulkan berbagai-bagai jenis ikan.
13:48 Setelah penuh, pukat itupun diseret orang ke pantai, lalu duduklah mereka dan mengumpulkan ikan yang baik ke dalam pasu dan ikan yang tidak baik mereka buang.
13:49 Demikianlah juga pada akhir zaman: Malaikat-malaikat akan datang memisahkan orang jahat dari orang benar,
13:50 lalu mencampakkan orang jahat ke dalam dapur api; di sanalah akan terdapat ratapan dan kertakan gigi.
13:51 Mengertikah kamu semuanya itu?" Mereka menjawab: "Ya, kami mengerti."
13:52 Maka berkatalah Yesus kepada mereka: "Karena itu setiap ahli Taurat yang menerima pelajaran dari hal Kerajaan Sorga itu seumpama tuan rumah yang mengeluarkan harta yang baru dan yang lama dari perbendaharaannya."
13:53. Setelah Yesus selesai menceriterakan perumpamaan-perumpamaan itu, Iapun pergi dari situ.

Butir-butir Permenungan
  • Tampaknya, seorang ahli agama adalah sosok yang memiliki kemampuan mengurai berbagai warisan religi. Dia menguasai pengetahuan tentang segala warisan tradisi ajaran dan praktek keagamaan.
  • Tampaknya, seorang ahli agama adalah sosok yang mampu menjelaskan segala ajaran dan praktek yang secara tradisional harus ditaati oleh umat. Dia mampu menjelaskan asal-usul dan konteks terjadinya dan bahkan memiliki pengetahuan bahasa masa lampau sekalipun kini sudah tidak dipakai dalam komunikasi.
  • Tetapi BISIK LUHUR berkata bahwa, bagi yang biasa bergaul intim dengan kedalaman batin, sekalipun keahliannya berkaitan dengan pemahaman tentang masa lampau terjadinya berbagai hal dalam agama, seorang yang sungguh ahli dalam bidang agama juga akan mampu menggali segala perkembangannya hingga masa kini. Dalam yang ilahi karena kemesraannya dengan gema relung hati seorang ahli agama akan memahami ajaran dan praktek keagamaan berdasarkan asal-usul dan tanda-tanda zaman yang kongkret dihadapi pada masa kini.
Ah, bagaimanapun juga beragama itu adalah sikap mulia dengan taat terhadap warisan-warisan tradisional.

Santo Ignatius dari Loyola

diambil dari katakombe.org/para-kudus Hits: 19779 Diterbitkan: 11 September 2013 Diperbaharui: 03 Agustus 2014
ilustrasi dari koleksi Blog Domus

  • Perayaan
    31 Juli
  • Lahir
    tahun 1491
  • Kota asal
    Loyola, Guipuzcoa, Spanyol
  • Wafat
    31 Juli 1556 di Kota Roma - terkena sakit “Demam Romawi” (semacam penyakit malaria yang berulang-ulang terjadi di kota Roma, Italia, di beberapa periode dalam sejarah)
  • Beatifikasi
    27 Juli 1609 oleh Paus Paulus V
  • Kanonisasi
    12 Maret 1622 oleh Paus Gregorius XV Sumber : Katakombe.Org

Ignacio López de Loyola  atau yang kita kenal sebagai St. Ignasius de Loyola adalah pendiri dari Serikat Yesus. Ia dilahirkan di Kastil keluarga bangsawan Loyola di wilayah Basque, Spanyol. Ketika masih kanak-kanak, ia dikirim untuk menjadi abdi di istana raja. Di sana ia tinggal sambil berangan-angan bahwa suatu hari nanti ia akan menjadi seorang kesatria yang hebat. Ignasius kemudian masuk militer dan menjadi seorang perwira.
Pada penyerbuan benteng Pamplona, Ignasius bertempur dengan berani namun ia terkena peluru meriam dan terluka parah.  Di kemudian hari, ia mendapat penghargaan karena kegagahannya dalam pertempuran itu. Tetapi, luka di tubuhnya membuat Ignatius terbaring tak berdaya selama berbulan-bulan di atas pembaringannya di Benteng Loyola.
Ignatius meminta buku-buku bacaan untuk menghilangkan rasa bosannya. Ia menyukai cerita-cerita tentang kepahlawanan, tetapi di sana hanya tersedia kisah hidup Yesus dan para kudus. Karena tidak ada pilihan lain, ia membaca juga buku-buku itu. Perlahan-lahan, buku-buku itu mulai menarik hatinya. Hidupnya mulai berubah. Ia berkata kepada dirinya sendiri, “Mereka adalah orang-orang yang sama seperti aku, jadi mengapa aku tidak bisa melakukan seperti apa yang telah mereka lakukan?” Semua kemuliaan dan kehormatan yang sebelumnya sangat ia dambakan, tampak tak berarti lagi baginya sekarang. Ia mulai meneladani para kudus dalam doa, silih dan perbuatan-perbuatan baik.
Setelah sembuh, Ignasius mengunjungi sebuah biara dimana ia menanggalkan jubah militernya dan mempersembahkannya pada lukisan Sang Perawan Maria. Ia kemudian pergi ke kota Catalunya, dan selama beberapa bulan tinggal di sebuah gua di dekat kota itu di mana ia bertapa dengan keras. Ignatius juga mengalami beberapa penampakan di tengah-tengah hari selama di rumah sakit. Penampakan-penampakan yang terjadi berulang kali ini tampil sebagai “suatu wujud yang mengambang di udara yang berada di dekatnya dan wujud ini memberinya rasa ketenangan yang amat mendalam karena wujud itu sangatlah indah … wujud itu entah bagaimana terlihat memiliki bentuk mengular dan memiliki banyak benda yang bersinar seperti mata, tapi bukanlah mata. Ia menjadi bahagia dan mengalami ketenangan hanya dengan menatap wujud ini … namun ketika wujud ini hilang ia menjadi sedih.”  
Ignasius lalu berziarah ke Tanah Suci dan ia bertekad untuk mentobatkan orang-orang yang belum mengenal Yesus disana. Namun ia tidak diperkenankan. Lalu veteran perang yang berusia 30 tahun itu pulang dan mulai belajar untuk mempersiapkan dirinya berkarya bagi nama Yesus. Mula-mula ia  belajar bahasa Latin bersama anak-anak sekolah Dasar si Barcelona sampai kemudian meraih Gelar sarjana di Universitas Paris.
Sejak masih kuliah Ignasius sering memberikan bimbingan rohani kepada teman-temannya. Di masa itu (bahkan sampai sekarang) tidaklah lazim apabila seorang awam mengajar spiritualitas; ia lalu  dicurigai sebagai penyebar bidaah (=agama sesat) dan dipenjarakan untuk sementara waktu  namun kemudian dilepaskan.  Kejadian itu tidak menghentikan Ignatius. “Seluruh kota tidak akan cukup menampung begitu banyak rantai yang ingin aku kenakan karena cinta kepada Yesus,” katanya.  
Di Paris Ignasius mengilhami tujuh mahasiswa (dua diantaranya adalah St. Fransiskus Xaverius dan St. Petrus Faber) untuk bersatu mengadakan ikatan. Mereka berjanji setia dan bersepakat untuk menyebarkan injil kepada mereka yang belum mengenal Kristus. Kelompok mereka ini kemudian menghadap Paus Paulus III dan menawarkan diri untuk menjalankan tugas apa saja. Bapa suci yang melihat semangat kerasulan mereka; dan pendidikan mereka yang tinggi akhirnya mengabulkan keinginan Ignasius dan kelompoknya. Bahkan lebih jauh lagi; Bapa Suci mentahbiskan mereka menjadi imam dan ikatan persaudaraan mereka dikokohkan menjadi Serikat  Rohaniwan. Serikat ini kemudian dinamakan Serikat Jesus dan mendasarkan diri pada tiga kaul yaitu : Kemiskinan, Ketaatan, dan Kemurnian; ditambah lagi dengan satu kaul khusus yaitu : Kesigapan untuk melaksanakan perintah Tahta Suci kapan saja dan dimana saja.
Selama 15 tahun sejak persetujuan paus itu Ignasius memimpin Serikat Jesus dari Roma. Ia meyaksikan perkembangan Serikatnya berawal dari 10 orang sampai menjadi lebih dari 1000 orang. Para Jesuit berkarya dari Eropa, Asia sampai ke Benua baru Amerika.  Saat ini para Jesuit memiliki lebih dari 500 Universitas dan Perguruan Tinggi, 30.000 anggota, dan mengajar lebih dari 200.000 siswa setiap tahun.
Seringkali Ignatius berdoa, “Berilah aku hanya cinta dan rahmat-Mu, ya Tuhan. Dengan itu aku sudah menjadi kaya, dan aku tidak mengharapkan apa-apa lagi.”
St. Ignatius wafat di Roma pada tanggal 31 Juli 1556. Ia dinyatakan kudus pada tahun 1622 oleh Paus Gregorius XV.
 Sumber : Katakombe.Org

Tuesday, July 30, 2019

Percikan Nas Rabu, 31 Juli 2019

Peringatan Wajib
St. Ignasius dari Loyola
warna liturgi Putih

Bacaan-bacaan:
Kel. 34:29-35; Mzm. 99:5,6,7,9; Mat. 13:44-46; atau Luk. 14:25-33.
BcO 1Raj. 12:1-19.

Bacaan Injil:
25 Pada suatu kali banyak orang berduyun-duyun mengikuti Yesus dalam perjalanan-Nya. Sambil berpaling Ia berkata kepada mereka: 26 "Jikalau seorang datang kepada-Ku dan ia tidak membenci bapanya, ibunya, isterinya, anak-anaknya, saudara-saudaranya laki-laki atau perempuan, bahkan nyawanya sendiri, ia tidak dapat menjadi murid-Ku. 27 Barangsiapa tidak memikul salibnya dan mengikut Aku, ia tidak dapat menjadi murid-Ku. 28 Sebab siapakah di antara kamu yang kalau mau mendirikan sebuah menara tidak duduk dahulu membuat anggaran biayanya, kalau-kalau cukup uangnya untuk menyelesaikan pekerjaan itu? 29 Supaya jikalau ia sudah meletakkan dasarnya dan tidak dapat menyelesaikannya, jangan-jangan semua orang yang melihatnya, mengejek dia, 30 sambil berkata: Orang itu mulai mendirikan, tetapi ia tidak sanggup menyelesaikannya. 31 Atau, raja manakah yang kalau mau pergi berperang melawan raja lain tidak duduk dahulu untuk mempertimbangkan, apakah dengan sepuluh ribu orang ia sanggup menghadapi lawan yang mendatanginya dengan dua puluh ribu orang? 32 Jikalau tidak, ia akan mengirim utusan selama musuh itu masih jauh untuk menanyakan syarat-syarat perdamaian. 33 Demikian pulalah tiap-tiap orang di antara kamu, yang tidak melepaskan dirinya dari segala miliknya, tidak dapat menjadi murid-Ku.

Memetik Inspirasi: 
Perhitungan layak dibuat seseorang kala mau melakukan sesuatu. Perhitungan yang matang akan menghasilkan sesuatu yang baik. Sebaliknya bila sesuatu hanya dilandasi emosi dan sekedar nekad, maka pada saatnya akan menghadirkan penyesalan dan kekecewaan.
Mereka yang mau mendirikan menara berhitung dengan kemampuannya. Mereka yang akan berperang menghitung kekuatannya. Perhitungan yang baik akan menyelesaikan angan-angan dan rencana yang dibuat.
Rasanya kita pun perlu sungguh untuk memikirkan dengan baik apa yang akan kita lakukan. Masalahnya hanyalah seringkali manusia tidak mampu menjaga emosinya. Maka bukan perhitungan yang baik yang menentukan pilihan hidupnya, namun emosinya. Akibatnya semua yang baik tertutup oleh amarah yang membabi buta. Buahnya: penyesalan. Maka mari kita menata dan berhitung dengan tenang dan bijak.

Refleksi: 
Bagaimana anda menjalankan hidupmu: dengan perhitungan atau mengikuti emosi?

Doa:
Tuhan jagalah diri kami dalam menapakkan jejak hidup. Engkau tahu kami sering lemah dan terbelenggu emosi kami. Semoga kami mampu membuat perhitungan yang baik dan bijak bagi hidup kami. Amin.

Perhitungan
MoGoeng
Wates

Lamunan Peringatan Wajib

Santo Ignasius dari Loyola, Imam
Rabu, 31 Juli 2019

Matius 13:44-46

13:44. "Hal Kerajaan Sorga itu seumpama harta yang terpendam di ladang, yang ditemukan orang, lalu dipendamkannya lagi. Oleh sebab sukacitanya pergilah ia menjual seluruh miliknya lalu membeli ladang itu.
13:45 Demikian pula hal Kerajaan Sorga itu seumpama seorang pedagang yang mencari mutiara yang indah.
13:46 Setelah ditemukannya mutiara yang sangat berharga, iapun pergi menjual seluruh miliknya lalu membeli mutiara itu."

Butir-butir Permenungan
  • Tampaknya, pada zaman kini orang harus menunjukkan kompetensinya. Hal ini adalah tuntutan untuk menjadi laku demi kelancaran mendapatkan penghasilan.
  • Tampaknya, di era global persaingan adalah realita yang mau tidak mau dihadapi oleh siapapun. Setiap orang harus berusaha menunjukkan prestasi hebatnya untuk mengalahkan yang lain.
  • Tetapi BISIK LUHUR berkata bahwa, bagi yang biasa bergaul intim dengan kedalaman batin, sekalipun memiliki potensi amat besar dan prestasi amat mengagumkan, orang belum tentu mengalami kebahagiaan sejati kalau tidak memiliki kemampuan menyimpan dan merenungkan segalanya sebagai olahan hati. Dalam yang ilahi karena kemesraannya dengan gema relung hati orang akan menjadikan segala kebaikan dan keluhuran pencapaian hidup bukan terutama sebagai omongan tetapi sebagai olahan batin.
Ah, untuk merebut pasar orang harus pandai mengiklankan diri.

Percikan Nas Selasa, 30 Juli 2019

Petrus Krisologus, Yustinus de Yakobis
warna liturgi Hijau

Bacaan-bacaan:
Kel. 33:7-11; 34:5b-9,28; Mzm. 103:6-7,8-9,10-11,12-13; Mat. 13:36-43.
BcO 1Raj. 11:1-4,26-43.

Bacaan Injil: 
36 Maka Yesuspun meninggalkan orang banyak itu, lalu pulang. Murid-murid-Nya datang dan berkata kepada-Nya: "Jelaskanlah kepada kami perumpamaan tentang lalang di ladang itu." 37 Ia menjawab, kata-Nya: "Orang yang menaburkan benih baik ialah Anak Manusia; 38 ladang ialah dunia. Benih yang baik itu anak-anak Kerajaan dan lalang anak-anak si jahat. 39 Musuh yang menaburkan benih lalang ialah Iblis. Waktu menuai ialah akhir zaman dan para penuai itu malaikat. 40 Maka seperti lalang itu dikumpulkan dan dibakar dalam api, demikian juga pada akhir zaman. 41 Anak Manusia akan menyuruh malaikat-malaikat-Nya dan mereka akan mengumpulkan segala sesuatu yang menyesatkan dan semua orang yang melakukan kejahatan dari dalam Kerajaan-Nya. 42 Semuanya akan dicampakkan ke dalam dapur api; di sanalah akan terdapat ratapan dan kertakan gigi. 43 Pada waktu itulah orang-orang benar akan bercahaya seperti matahari dalam Kerajaan Bapa mereka. Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengar!"

Memetik Inspirasi:
Apakah ajaran tentang akhir jaman masih bergema dalam hidupmu? Mungkin masih banyak yang merasakan getaran mendengar ajaran tentang akhir jaman. Banyak orang masih merasa perlu menjaga kebaikan hidup karena akhir jaman yang akan dialami. Ada pula mereka yang tidak percaya dan tidak peduli akan akhir jaman, bahkan melihat yang terpenting adalah dirinya yang mampu menentukan keberhasilannya.
Dalam penjelasannya tentang ilalang dan gandum Tuhan Yesus menguraikan apa yang terjadi pada akhir jaman. Mereka yang berbuat jahat dan bersekongkol dengan Iblis akan dicampakkan ke api neraka pada akhir jaman. Mereka yang hidup benar akan bercahaya.
Boleh saja kita tidak takut pada siapapun. Hanya kepada Tuhan kita layak takut. Ia yang akan menentukan apa yang akan terjadi pada kita di akhir jaman. Akhir jaman menjadi ajaran yang bisa menghantar kita pada pertobatan yang tak kunjung henti. Akhir jaman layak kita renungkan dan batinkan secara serius.

Refleksi:
Apa yang kaumengerti tentang akhir jaman?

Doa:
Tuhan masa itu akan datang. Saat itu adalah saat Engkau mengadili semua mahkluk. Semoga kami siap menyambut masa tersebut. Amin.

Akhir Zaman
MoGoeng
Wates

Monday, July 29, 2019

Beato Manés de Guzmán

diambil dari katakombe.org/para-kudus Hits: 1858 Diterbitkan: 30 Juli 2017 Diperbaharui: 30 Juli 2017
ilustrasi dari koleksi Blog Domus 

  • Perayaan
    30 Juli
  • Lahir
    Sebelum tahun 1170
  • Kota asal
    Calaruega Castille (sekarang Burgos Spanyol)
  • Wafat
    Sekitar 1235 di Biara San Pedro Gumiel de Izan, Castille (sekarang Burgos Spanyol)
    Sebab alamiah
  • Beatifikasi
    2 Juni 1834 oleh Paus Gregorius XVI
  • Kanonisasi
    - Sumber : Katakombe.Org

Beato Manés de Guzmán berasal dari keluarga bangsawan Spanyol yang saleh. Ia adalah  putra Don Felix de Guzman dan Beata Juana dari Aza. Adiknya adalah Santo Dominikus de Guzmán, pendiri Ordo Praedicatorum (Ordo para pengkotbah atau Ordo Dominikan) yang terkenal itu. Lahir di Calaruega Castille (sekarang Burgos Spanyol), Manés de Guzmán dididik oleh seorang pamannya bernama Gonzalo de Aza yang tinggal di Gumiel de Izan. Pada tahun 1183 Manés masuk biara Cistercians San Pedro (Santo Petrus) di Gumiel de Izan dan menjadi seorang imam.
Saat Ordo Praedicatorum memperoleh pengesahan dari Paus Honorius III melalui Bulla Kepausan Religiosam Vitam pada 22 Desember 1216, Manés de Guzmán menjadi salah satu dari 15 Dominikan perdana yang ditahbiskan tanggal 15 Agustus 1217. Ia lalu ditugaskan memimpin biara Dominikan Saint-Jacques di Paris, Perancis.  Disini ia juga mendirikan sebuah biara Susteran Dominikan di Paris.
Manés de Guzmán, OP dikenal sebagai seorang yang tenang dan kontemplatif, serta seorang pengkhotbah yang berapi-api. Kepribadiannya sangat membantu awal penyebaran Ordo Dominikan. Pada tahun 1219, ia ditugaskan ke Madrid, Spanyol untuk mendirikan biara Susteran Dominikan di kota itu.
Pada tanggal 6 Agustus 1221, Santo Dominikus tutup usia di kota Bologna, Italia dan Beato Yordanus Saxony dipilih menjadi pemimpin umum Ordo Dominikan yang baru. Manés tetap tinggal di Spanyol dan membimbing perkembangan Ordo tersebut di semenanjung Iberia.
Dia menghadiri upacara Kanonisasi Santo Dominikus pada tanggal 13 Juli 1234 di Roma, Italia, dan kembali ke Spanyol dengan rencana besar untuk mendirikan sebuah Basilika yang didedikasikan untuk Santo Dominikus. Namun ia tutup usia sebelum merealisasikan rencananya.
Manés de Guzmán, OP di beatifikasi pada 2 Juni 1834 oleh Paus Gregorius XVI.
 Sumber : Katakombe.Org

Lamunan Pekan Biasa XVII

Selasa, 30 Juli 2019

Matius 13:36-43

13:36 Maka Yesuspun meninggalkan orang banyak itu, lalu pulang. Murid-murid-Nya datang dan berkata kepada-Nya: "Jelaskanlah kepada kami perumpamaan tentang lalang di ladang itu."
13:37 Ia menjawab, kata-Nya: "Orang yang menaburkan benih baik ialah Anak Manusia;
13:38 ladang ialah dunia. Benih yang baik itu anak-anak Kerajaan dan lalang anak-anak si jahat.
13:39 Musuh yang menaburkan benih lalang ialah Iblis. Waktu menuai ialah akhir zaman dan para penuai itu malaikat.
13:40 Maka seperti lalang itu dikumpulkan dan dibakar dalam api, demikian juga pada akhir zaman.
13:41 Anak Manusia akan menyuruh malaikat-malaikat-Nya dan mereka akan mengumpulkan segala sesuatu yang menyesatkan dan semua orang yang melakukan kejahatan dari dalam Kerajaan-Nya.
13:42 Semuanya akan dicampakkan ke dalam dapur api; di sanalah akan terdapat ratapan dan kertakan gigi.
13:43 Pada waktu itulah orang-orang benar akan bercahaya seperti matahari dalam Kerajaan Bapa mereka. Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengar!"

Butir-butir Permenungan
  • Tampaknya, di tengah-tengah dunia ini tidaklah mudah untuk menjalani kehidupan baik dan benar. Tak sedikit yang akan berseberangan dengannya.
  • Tampaknya, untuk menjadi baik dan benar orang harus siap mengalami susah derita. Orang baik dan benar selalu akan berhimpitan dengan orang-orang buruk yang hanya mengejar nafsu pribadi dan atau golongan.
  • Tetapi BISIK LUHUR berkata bahwa, bagi yang biasa bergaul intim dengan kedalaman batin, sekalipun mengalami himpitan dengan berbagai susah payah dan derita karena tekanan dari orang-orang jahat, kondisi seperti itu justru menjadi proses menuju puncak hidup yang menghadirkan keceriaan mendalam. Dalam yang ilahi karena kemesraannya dengan gema relung hati orang menyadari bahwa segala kehidupan mulia penuh kebahagiaan harus selalu dilandasi oleh kesediaan berhadapan dengan berbagai himpitan tantangan bahkan ancaman.
Ah, orang baik tak akan sengsara.

Santa Marta

diambil dari katakombe.org/para-kudus Hits: 7613 Diterbitkan: 07 September 2013 Diperbaharui: 01 Juni 2014

  • Perayaan
    29 Juli
  • Lahir
    Hidup abad pertama
  • Kota asal
    Bethany - Yerusalem - Israel
  • Wafat
    Sekitar Tahun 80 - Sebab alamiah
    Makam diyakini berada di Tarascon Perancis
  • Kanonisasi
    Pre-Congregation Sumber : Katakombe.Org

Marta adalah saudari Maria dan Lazarus. Mereka tinggal di sebuah kota kecil bernama Betania, dekat Yerusalem. Ketiga bersaudara itu adalah sahabat-sahabat Yesus. Yesus seringkali datang mengunjungi mereka. Sesungguhnya, dalam Injil dikatakan: Yesus mengasihi Marta, dan saudaranya Maria dan Lazarus.
Marta dengan senang hati melayani Yesus apabila Ia datang mengunjungi mereka. Suatu hari, Marta sedang menyiapkan makanan bagi Yesus dan para murid-Nya. Marta yakin bahwa tugasnya akan lebih ringan apabila saudarinya datang membantu. Ia melihat Maria duduk tenang dekat kaki Yesus, asyik mendengarkan Dia. “Tuhan, suruhlah dia membantu aku,” pinta Marta kepada Yesus. Yesus amat senang dengan semua layanan kasih sayang Marta. Tetapi, Ia ingin Marta tahu bahwa mendengarkan Sabda Tuhan dan berdoa jauh lebih penting. Jadi dengan lembut Yesus berkata kepadanya, “Marta, Marta engkau khawatir akan banyak hal, namun hanya satu saja yang perlu. Maria telah memilih bagian yang terbaik.”
Iman Marta yang mendalam kepada Yesus tampak nyata ketika saudaranya, Lazarus, meninggal. Begitu ia mendengar bahwa Yesus sedang dalam perjalanan menuju Betania, Marta pergi menyongsong-Nya. Ia percaya kepada Yesus dan dengan terus terang berkata : “Tuhan, sekiranya Engkau ada di sini, saudaraku pasti tidak mati.” Kemudian Yesus mengatakan kepadanya bahwa Lazarus akan bangkit. Kata-Nya, “Barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan hidup walaupun ia sudah mati. Percayakah engkau akan hal ini?" Dan Marta menjawab, “Ya, Tuhan, aku percaya, bahwa Engkau-lah Mesias, Anak Allah, Dia yang akan datang ke dalam dunia.” Yesus mengadakan suatu mukjizat besar dengan membangkitkan Lazarus dari antara orang mati!
Sesudah kejadian itu, Yesus datang lagi dan makan bersama dengan Lazarus, Marta dan Maria. Seperti biasanya, Marta melayani mereka. Namun demikian, kali ini Marta melayani dengan sikap yang lebih tulus serta penuh kasih. Ia melayani dengan hati yang penuh sukacita. Cinta tulus kakak beradik ini kepada Yesus mereka buktikan sampai di puncak bukit Golgota, menunggui detik-detik terakhir wafat Yesus.
Ada beberapa legenda dan tradisi yang simpang-siur tentang kehidupan Marta dan saudaranya setelah kenaikan Yesus ke surga. Salah satu yang paling populer adalah Legenda tentang makam St. Martha si Tarascon Perancis. Dikatakan bahwa Martha meninggalkan Yudea dan pergi ke Tarascon, Prancis. Ia melalui hari-harinya di desa tersebut dengan berdoa dan berpuasa sampai pada akhir hidupnya. Masih menurut legenda; Marta meninggal di Tarascon, dan dimakamkan di ruang bawah tanah Gereja Collegiate di Tarascon.
 Sumber : Katakombe.Org

Sunday, July 28, 2019

Percikan Nas Senin, 29 Juli 2019

Peringatan Wajib
St. Marta
warna liturgi Hijau

Bacaan-bacaan:
Kel. 32:15-24,30-34; Mzm. 106:19-20,21-22,23; Mat. 13:31-35;
BcO 1Raj. 10:1-13.

Bacaan Injil:
31 Yesus membentangkan suatu perumpamaan lain lagi kepada mereka, kata-Nya: "Hal Kerajaan Sorga itu seumpama biji sesawi, yang diambil dan ditaburkan orang di ladangnya. 32 Memang biji itu yang paling kecil dari segala jenis benih, tetapi apabila sudah tumbuh, sesawi itu lebih besar dari pada sayuran yang lain, bahkan menjadi pohon, sehingga burung-burung di udara datang bersarang pada cabang-cabangnya." 33 Dan Ia menceriterakan perumpamaan ini juga kepada mereka: "Hal Kerajaan Sorga itu seumpama ragi yang diambil seorang perempuan dan diadukkan ke dalam tepung terigu tiga sukat sampai khamir seluruhnya." 34 Semuanya itu disampaikan Yesus kepada orang banyak dalam perumpamaan, dan tanpa perumpamaan suatupun tidak disampaikan-Nya kepada mereka, 35 supaya genaplah firman yang disampaikan oleh nabi: "Aku mau membuka mulut-Ku mengatakan perumpamaan, Aku mau mengucapkan hal yang tersembunyi sejak dunia dijadikan."

Memetik Inspirasi: 
Ada banyak kisah tentang orang yang tidak mempunyai pendidikan tinggi tapi berhasil dalam hidupnya. Ada yang hanya tamatan SMP. Ada pula yang SMA. Walau pendidikan tidak tinggi orang-orang tersebut mempunyai minat tertentu dan mempunyai intuisi yang tinggi terhadap minat tersebut. Mereka pun mengasah itu dengan segala suka dukanya sampai akhirnya membuahkan hasil yang mengagumkan.
Daya capai memang sangat dipengaruhi oleh kemampuan dari dalam diri yang terus diasah dan dikembangkan. Biji sesawi adalah biji yang kecil. Namun ia mempunyai daya tumbuh yang luar biasa. Ketika ia menemukan tempatnya ia pun mampu bertumbuh dan mengagumkan semua yang melihatnya.
Pendidikan yang tinggi membuka ruang pengharapan yang lebih besar dalam hidup seseorang. Namun rasanya mereka yang berpendidikan rendah tidak perlu lalu menjadi rendah diri. Mari temukan kekuatan dasar dalam diri kita, asah itu dengan tekun dan lakukan dalam perjuangan hidup. Dengan begitu maka pada saatnya akan terjadi yang mengagumkan.

Refleksi: 
Apa kekuatan dasarmu?

Doa: 
Tuhan Engkau tidak pernah tidak memberikan bekal kemampuan pada manusia untuk hidup. Setiap pribadi pasti Kauberi anugerah yang cukup. Semoga kami mampu menemukan dan mengolah dengan baik bekal tersebut. Amin.

Kekuatan dasar
MoGoeng
Wates

Lamunan Peringatan Wajib

Santa Marta
Senin, 29 Juli 2019

Matius 13:31-35

13:31 Yesus membentangkan suatu perumpamaan lain lagi kepada mereka, kata-Nya: "Hal Kerajaan Sorga itu seumpama biji sesawi, yang diambil dan ditaburkan orang di ladangnya.
13:32 Memang biji itu yang paling kecil dari segala jenis benih, tetapi apabila sudah tumbuh, sesawi itu lebih besar dari pada sayuran yang lain, bahkan menjadi pohon, sehingga burung-burung di udara datang bersarang pada cabang-cabangnya."
13:33 Dan Ia menceriterakan perumpamaan ini juga kepada mereka: "Hal Kerajaan Sorga itu seumpama ragi yang diambil seorang perempuan dan diadukkan ke dalam tepung terigu tiga sukat sampai khamir seluruhnya."
13:34 Semuanya itu disampaikan Yesus kepada orang banyak dalam perumpamaan, dan tanpa perumpamaan suatupun tidak disampaikan-Nya kepada mereka,
13:35 supaya genaplah firman yang disampaikan oleh nabi: "Aku mau membuka mulut-Ku mengatakan perumpamaan, Aku mau mengucapkan hal yang tersembunyi sejak dunia dijadikan."

Butir-butir Permenungan
  • Tampaknya, orang dapat berpikir bahwa hidup akan nyaman kalau memiliki banyak hal. Dengan memiliki kekayaan orang akan mudah meraih banyak kebutuhan dengan mudah.
  • Tampaknya, orang dapat berpikir bahwa yang disebut kaya adalah kalau dalam dirinya ada banyak harta. Bakat dan kemampuan juga bisa disebut kekayaan.
  • Tetapi BISIK LUHUR berkata bahwa, bagi yang biasa bergaul intim dengan kedalaman batin, sekalipun memiliki banyak bakat dan kekayaan, hal itu tidak akan menjamin orang menciptakan damai sejahtera yang sejatinya tidak ditentukan oleh banyak sedikitnya kepemilikan tetapi oleh pengembangan diri. Dalam yang ilahi karena kemesraannya dengan gema relung hati orang akan sadar bahwa sekecil apapun kemampuan yang ada asal dikembangkan akan sungguh menghasilkan segala bentuk pengayoman hidup.
Ah, bagaimanapun yang kecil itu adalah tanda kemiskinan.

Percikan Nas Minggu, 28 Juli 2019

Hari Minggu Biasa XVII
warna liturgi Hijau

Bacaan-bacaan: 
Kej. 18:20-33; Mzm. 138:1-2a,2bc-3,6-7ab,7c-8; Kol. 2:12-14; Luk. 11:1-13.
BcO 1Raj. 8:22-34,54-61.

Bacaan Injil: 
1 Pada suatu kali Yesus sedang berdoa di salah satu tempat. Ketika Ia berhenti berdoa, berkatalah seorang dari murid-murid-Nya kepada-Nya: "Tuhan, ajarlah kami berdoa, sama seperti yang diajarkan Yohanes kepada murid-muridnya." 2 Jawab Yesus kepada mereka: "Apabila kamu berdoa, katakanlah: Bapa, dikuduskanlah nama-Mu; datanglah Kerajaan-Mu. 3 Berikanlah kami setiap hari makanan kami yang secukupnya 4 dan ampunilah kami akan dosa kami, sebab kamipun mengampuni setiap orang yang bersalah kepada kami; dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan." 5 Lalu kata-Nya kepada mereka: "Jika seorang di antara kamu pada tengah malam pergi ke rumah seorang sahabatnya dan berkata kepadanya: Saudara, pinjamkanlah kepadaku tiga roti, 6 sebab seorang sahabatku yang sedang berada dalam perjalanan singgah ke rumahku dan aku tidak mempunyai apa-apa untuk dihidangkan kepadanya; 7 masakan ia yang di dalam rumah itu akan menjawab: Jangan mengganggu aku, pintu sudah tertutup dan aku serta anak-anakku sudah tidur; aku tidak dapat bangun dan memberikannya kepada saudara. 8 Aku berkata kepadamu: Sekalipun ia tidak mau bangun dan memberikannya kepadanya karena orang itu adalah sahabatnya, namun karena sikapnya yang tidak malu itu, ia akan bangun juga dan memberikan kepadanya apa yang diperlukannya. 9 Oleh karena itu Aku berkata kepadamu: Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu. 10 Karena setiap orang yang meminta, menerima dan setiap orang yang mencari, mendapat dan setiap orang yang mengetok, baginya pintu dibukakan. 11 Bapa manakah di antara kamu, jika anaknya minta ikan dari padanya, akan memberikan ular kepada anaknya itu ganti ikan? 12 Atau, jika ia minta telur, akan memberikan kepadanya kalajengking? 13 Jadi jika kamu yang jahat tahu memberi pemberian yang baik kepada anak-anakmu, apalagi Bapamu yang di sorga! Ia akan memberikan Roh Kudus kepada mereka yang meminta kepada-Nya."

Memetik Inspirasi:
Seorang nenek duduk terdiam di teras rumahnya. Wajahnya hampa cenderung sedih. Ia bercerita bahwa anak-anak, juga cucu-cucunya sudah tidak membutuhkannya lagi. Sebelumnya anak dan cucunya datang. Ia menawari sesuatu kepada mereka tapi ditolak. Padahal ia sudah menyiapkan dana untuk anak cucunya.
Tuhan mengajak kita untuk meminta, “Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu” (Luk 11:9). Ia menjanjikan akan memberikan yang terbaik kepada yang meminta.
Memberi adalah salah satu existensi Tuhan. Nenek, sang manusia pun, eksistensinya terasa kala bisa memberi pada anak cucunya.  Kala pemberian ditolak ia pun merasa ada yang hilang dari eksistensinya. Maka marilah kita datang kepada Tuhan dan meminta.

Refleksi: 
Apa yang kauminta dari Tuhan?

Doa:
Aku percaya Engkau akan memenuhi permintaan kami. Kami mohon dampingilah kami agar mampu meminta dengan baik. Tuhan pasti menambahkan. Amin.

Meminta
MoGoeng
Wates

Saturday, July 27, 2019

Santo Nazarius

diambil dari katakombe.org/para-kudus Hits: 2057 Diterbitkan: 03 Agustus 2017 Diperbaharui: 12 Agustus 2017
ilustrasi dari koleksi Blog Domus

  • Perayaan
    28 Juli
  • Lahir
    Hidup pada abad pertama
  • Kota asal
    Roma, Italia
  • Wilayah karya
    Gaul (Perancis), Jerman, Swiss
  • Wafat
    Martir | dihukum penggal bersama Santo Celsus pada sekitar tahun 68 M
    Legenda menuturkan bahwa saat Relikwi-nya ditemukan oleh Santo Ambrosius di tahun 395 M, Darah Nazarius belum mengering
  • Beatifikasi
    -
  • Kanonisasi
    Pre-Congregation Sumber : Katakombe.Org

Santo Nazarius adalah warga kota Roma. Ayahnya adalah seorang perwira tentara Romawi dan ibunya adalah Santa Perpetua. Ibunya dibaptis oleh Santo Petrus dan ayahnya yang semula kafir, akhirnya dibaptis atas upaya ibunya. Nazarius menjadi murid Santo Petrus dan dibaptis oleh Santo Linus, Paus kita yang kedua penerus Santo Petrus.
Ketika Kaisar Nero mulai menganiaya umat Tuhan, Nazarius menyelamatkan diri ke Lombardi, mengunjungi Piacenza dan Milan. Ia kemudian tertangkap, dihukum cambuk dan diasingkan ke Gaul (sekarang Perancis).
Di Gaul, Nazarius bertemu dengan Santo Celsus yang saat itu masih berusia 9 tahun. Ibunda Celsus telah meminta Nazarius untuk mengajari mereka iman Kristiani. Nazarius lalu mendidik dan membabtis Celsus serta menjadikannya rekan seperjalanan dalam mewartakan iman Kristiani di Gaul.
Bertahun-tahun Nazarius dan Celsus berkarya dan membawa banyak jiwa di Gaul menjadi umat Tuhan. Hal ini membuat otoritas Romawi murka. Keduanya ditangkap, disiksa, dan dipenjarakan.  Mereka baru dibebaskan setelah bersedia untuk tidak lagi berkhotbah di wilayah Gaul.
Nazarius dan Celsus lalu berkarya di wilayah sekitar Pegunungan Alpen dan membangun sebuah kapel di Embrun. Mereka melanjutkan perjalanan kerasulan mereka ke Jenewa, lalu ke Trier. Mereka tinggal cukup lama di Trier, dan membawa banyak orang ke dalam pelukan gereja.
Nazarius dan Celsus disebutkan meninggalkan Trier menuju Italia. Mereka tiba di Genoa, lalu ke Milan. Mereka tertangkap disana dan dihukum mati dengan cara dipenggal.

Lamunan Pekan Biasa XVII

Minggu, 28 Juli 2019

Lukas 11:1-13

11:1. Pada suatu kali Yesus sedang berdoa di salah satu tempat. Ketika Ia berhenti berdoa, berkatalah seorang dari murid-murid-Nya kepada-Nya: "Tuhan, ajarlah kami berdoa, sama seperti yang diajarkan Yohanes kepada murid-muridnya."
11:2 Jawab Yesus kepada mereka: "Apabila kamu berdoa, katakanlah: Bapa, dikuduskanlah nama-Mu; datanglah Kerajaan-Mu.
11:3 Berikanlah kami setiap hari makanan kami yang secukupnya
11:4 dan ampunilah kami akan dosa kami, sebab kamipun mengampuni setiap orang yang bersalah kepada kami; dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan."
11:5 Lalu kata-Nya kepada mereka: "Jika seorang di antara kamu pada tengah malam pergi ke rumah seorang sahabatnya dan berkata kepadanya: Saudara, pinjamkanlah kepadaku tiga roti,
11:6 sebab seorang sahabatku yang sedang berada dalam perjalanan singgah ke rumahku dan aku tidak mempunyai apa-apa untuk dihidangkan kepadanya;
11:7 masakan ia yang di dalam rumah itu akan menjawab: Jangan mengganggu aku, pintu sudah tertutup dan aku serta anak-anakku sudah tidur; aku tidak dapat bangun dan memberikannya kepada saudara.
11:8 Aku berkata kepadamu: Sekalipun ia tidak mau bangun dan memberikannya kepadanya karena orang itu adalah sahabatnya, namun karena sikapnya yang tidak malu itu, ia akan bangun juga dan memberikan kepadanya apa yang diperlukannya.
11:9 Oleh karena itu Aku berkata kepadamu: Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu.
11:10 Karena setiap orang yang meminta, menerima dan setiap orang yang mencari, mendapat dan setiap orang yang mengetok, baginya pintu dibukakan.
11:11 Bapa manakah di antara kamu, jika anaknya minta ikan dari padanya, akan memberikan ular kepada anaknya itu ganti ikan?
11:12 Atau, jika ia minta telur, akan memberikan kepadanya kalajengking?
11:13 Jadi jika kamu yang jahat tahu memberi pemberian yang baik kepada anak-anakmu, apalagi Bapamu yang di sorga! Ia akan memberikan Roh Kudus kepada mereka yang meminta kepada-Nya."

Butir-butir Permenungan
  • Tampaknya, dalam hidup keagamaan orang memang biasa berdoa. Permohonan menjadi isi paling banyak dalam berdoa.
  • Tampaknya, orang merasa bergembira kalau permohonannya terkabul. Apa yang dibutuhkan dan atau diingini menjadi tersedia.
  • Tetapi BISIK LUHUR berkata bahwa, bagi yang biasa bergaul intim dengan kedalaman batin, sekalipun mendapatkan apapun yang dibutuhkan dan diinginkan, orang belum sungguh mengalami kegembiraan yang sejatinya terjadi kalau orang mendapatkan daya batin untuk mengarungi perjalanan hidup. Dalam yang ilahi karena kemesraannya dengan gema relung hati orang akan menyadari bahwa kebutuhan paling dasar dalam hidup adalah semangat yang tak terpadamkan yang mampu selalu menggerakkan diri menghadapi keadaan apapun dalam kehidupan.
Ah, yang paling membahagiakan ya kalau orang dapat kaya dan berkedudukan tinggi.

Santo Pantaleon

diambil dari katakombe.org/para-kudus Hits: 3339 Diterbitkan: 07 September 2013 Diperbaharui: 20 Juli 2016
ilustrasi dari koleksi Blog Domus

  • Perayaan
    27 Juli
  • Lahir
    Hidup pada Abad ke-4
  • Kota asal
    Nicomedia - Asia Tengah
  • Wilayah karya
    Roma - Italia
  • Wafat
    Tahun 305 di Roma. Martir -
  • Kanonisasi
    Pre-Congregation Sumber : Katakombe.Org

Pantaleon hidup pada abad keempat. Ia berasal dari Nicomedia, dekat Laut Hitam di Asia.  Ia merupakan seorang dokter yang amat terkenal hingga Kaisar Galerius Maximianus memilihnya untuk menjadi dokter istana.
Di sana, di istana yang jahat dan kafir, Pantaleon terjerumus ke dalam masalah. Ia adalah seorang Kristiani, namun sedikit demi sedikit, ia membiarkan teladan buruk sekelilingnya merusak imannya. Ia mulai sependapat dengan kebijaksanaan palsu yang dipuja orang-orang kafir. Akhirnya, ia melakukan dosa berat dengan sepenuhnya meninggalkan iman Kristiani.
Seorang imam yang kudus bernama Hermolaos teramat sedih melihat dokter yang temashyur ini meninggalkan Yesus. Ia datang menemuinya. Dengan kata-kata yang bijaksana dan lemah lembut, sang imam berhasil menyadarkan Pantaleon akan dosa yang telah dilakukannya. Pantaleon mendengarkan nasehatnya dan mengakui bahwa ia telah sungguh keliru. Ia mengaku dosa dan bergabung kembali dengan Gereja. Sebagai laku silih, Pantaleon giat merawat orang-orang miskin yang sakit tanpa memungut bayaran. Ia kini hidup dalam doa, dan memiliki kerinduan yang berkobar untuk menderita bagi Yesus.
Ketika Kaisar Diocletianus mulai menganiaya umat Kristiani, Pantaleon segera bersiap untuk meninggalkan istana. Ia lalu membagi-bagikan segala yang ia miliki kepada orang-orang miskin. Ia tahu bahwa sewaktu-waktu ia bisa ditangkap. Dan ia benar.
Beberapa dokter yang iri hati mengadukannya sebagai seorang Kristiani. Kepada dokter istana ini, Kaisar memberikan pilihan untuk menyangkal iman atau dihukum mati. Pantaleon tidak mau menyangkal imannya dan tak ada suatu aniaya pun yang dapat memaksanya untuk melakukan hal itu.  Ia kemudian dianiaya sampai wafat sebagari martir pada tahun 305.
Di masa lampau terdapat suatu devosi yang kuat kepada orang kudus ini. Di Gereja Timur, ia disebut sebagai “martir besar dan pekerja ajaib”.
 Sumber : Katakombe.Org