Sering kali dikatakan bahwa kalau orang sudah tua dan
atau sakit-sakitan, orang sudah tak dapat dituntut untuk berkembang secara
dinamis. Orang hanya akan tergantung dan hanya minta pelayanan. Tetapi
keterbukaan hati sesuai dengan situasi hidup tak akan menghambat pengembangan
diri seseorang. Rama Harta dari Domus Pacis dapat menjadi contoh.
Rama Fransiscus Sales Suharta Widada, Pr. Inilah nama
beliau. Dari segi lama tahbisan, beliau termasuk senior karena sudah beberapa
tahun lalu merayakan Pesta Perak. Memang, Rama Harta belum termasuk rama
pensiun karena usia belum 65 tahun. Tetapi kondisi beliau membuatnya tidak bisa
menanggung beban pastoral resmi dari Keuskupan Agung Semarang. Maka beliau
termasuk penghuni Domus Pacis Puren. Bahkan kini ke sana-sini termasuk di rumah
beliau biasa ada di kursi roda. Makan pun ada yang menyuapi.
Pada tahun pertama tinggal di Domus, walau harus
dijemput dan dituntun, Rama Harta biasa ikut kumpulan rutin Lingkungan Puren.
Dari sinilah beliau mampu menghimpun warga untuk membentuk Presidium Legio
Maria yang kemudian juga diikuti oleh umat lain di Paroki Pringwulung.
Kehadiran beliau di Domus juga membuat Domus banyak dikunjungi orang baik
Katolik maupun beriman lain untuk berkonsultasi dan atau minta doa intensi
khusus. Dari sinilah beliau menghimpun umat untuk mendirikan Persekutuan Doa
Karismatik. Mulai dengan tahun 2012 persekutuan ini berpindah tempat karena
peserta berasal dari lokasi yang jauh dari Domus Pacis. Ternyata kondisi fisik
lemah dengan volume bicara yang terkesan "bisik-bisik" tidak
menghalangi Rama Harta masih melakukan partisipasi karya pastoral. Tak sedikit
orang termasuk remaja yang tertarik menjadi Katolik karena melihat Rama Harta
dan kemudian menjadi katekumen beliau hingga dipermandikan.
Dulu, ketika model kehidupan rama-rama Domus masih
terpisah di kamar masing-masing dan tidak ada makan bersama, Rama Hartalah yang
memiliki makanan dan fasilitas paling banyak. Dalam pendalaman iman prapaskah
27 Februari 2013 saya mengatakan pada beliau "Dulu rama-rama Domus mencap
Rama Harta sebagai sosok yang pelit." Dengan berkembangnya kehidupan
Komunitas Rama Domus Pacis, peran Rama Harta ternyata amat signifikan.
Perhatian beliau dalam perawatan dan pengembangan gedung Domus tak dapat
dikatakan kecil. Perkembangan karya pastoral Pendampingan Iman Kaum Tua
(PIKATU) juga besar. Walau dengan suara terbata-bata dan lemah, Rama Harta
dalam sharing termasuk menarik perhatian rombongan-rombongan pengunjung Domus.
Rama Harta termasuk dapat mendatangkan dana besar untuk kepentingan Domus.
Sekarang beliau kerap menyajikan snak dan lauk yang diperolah dari tamunya. Ini
amat bermakna untuk tambahan konsumsi para rama Domus. Kepada para karyawan pun
kini beliau termasuk murah hati. Beliau pun mampu mengikuti putusan dan
kesepakatan komunitas. Tamu-tamu yang dulu berdatangan tanpa memperhitungan
saat dari pagi sebelum makan pagi hingga lebih dari jam 11 malam, kini dapat
diatur dengan jam tamu. Beliau jadi rajin mengikuti acara Domus Pacis baik di
dalam maupun keluar rumah. Beliau yang dulu selalu takut bepergian bareng
karena keringat mudah membuat pakaian basah dan takut jatuh, kini selalu
bersemangat pergi bersama. Bahkan bila kami belum atau lupa menentukan bulan
depan akan ke mana (karena Komunitas Rama Domus memiliki acara rutin kunjungan
pastoran sebulan sekali), Rama Harta selalu mengingatkan dengan bertanya
"Besok kemana kunjungannya?" Ternyata KONDISI TUA DAN FISIK LEMAH TAK
MENGHALANGI PRIBADI TETAP DINAMIS.
0 comments:
Post a Comment