Domus Pacis atau Rumah Damai berada di Puren, Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta. Di rumah ini sedang dikembangkan pastoral ketuaan. "Tua tak mungkin terlambat datangnya, namun renta bisa ditunda hadirnya"
23 Jawab Yesus:
"Jika seorang mengasihi Aku, ia akan menuruti firman-Ku dan Bapa-Ku akan
mengasihi dia dan Kami akan datang kepadanya dan diam bersama-sama dengan dia. 24
Barangsiapa tidak mengasihi Aku, ia tidak menuruti firman-Ku; dan firman yang kamu
dengar itu bukanlah dari pada-Ku, melainkan dari Bapa yang mengutus Aku. 25 Semuanya
itu Kukatakan kepadamu, selagi Aku berada bersama-sama dengan kamu; 26 tetapi
Penghibur, yaitu Roh Kudus, yang akan diutus oleh Bapa dalam nama-Ku, Dialah
yang akan mengajarkan segala sesuatu kepadamu dan akan mengingatkan kamu akan
semua yang telah Kukatakan kepadamu. 27 Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu.
Damai sejahtera-Ku Kuberikan kepadamu, dan apa yang Kuberikan tidak seperti
yang diberikan oleh dunia kepadamu. Janganlah gelisah dan gentar hatimu. 28 Kamu
telah mendengar, bahwa Aku telah berkata kepadamu: Aku pergi, tetapi Aku datang
kembali kepadamu. Sekiranya kamu mengasihi Aku, kamu tentu akan bersukacita
karena Aku pergi kepada Bapa-Ku, sebab Bapa lebih besar dari pada Aku. 29 Dan
sekarang juga Aku mengatakannya kepadamu sebelum hal itu terjadi, supaya kamu
percaya, apabila hal itu terjadi.
Renungan:
Seorang anak
umumnya menuruti kata-kata dari orang tuanya. Kesan saya anak tahu siapa yang
mendidik mereka. Orang tua adalah pribadi yang mendidik dan menjadi panutan
bagi hidupnya. Maka mereka pun menuruti kata-kata, perintah maupun larangannya.
Tuhan mengatakan,
"Jika seorang mengasihi Aku, ia akan menuruti firman-Ku dan Bapa-Ku akan
mengasihi dia dan Kami akan datang kepadanya dan diam bersama-sama dengan dia"
(Yoh 14:23). Mereka yang mengasihi adalah mereka yang akan paham dengan firman
dan maksudnya. FirmanNya akan menuntun dia pada kehidupan sejati.
Kata-kata orang
tua yang kita ikuti pada masa kecil terus bergema sampai kita beranjak dewasa.
Kasih kita kepada mereka semakin menempatkan mereka sebagai panutan. Pada masa
berikutnya kita pun akan dituruti oleh anak-anak kita. Maka kita pun perlu
sungguh menjaga kata dan tindakan kita. Dengan begitu rasanya sejarah kasih
akan menyertai kehidupan manusia.
Kontemplasi:
Pejamkan sejenak
matamu. Bayangkan kasih yang kauterima dari orang tuamu. Bayangkan kala anda
menjadi panutan anak-anakmu.
Refleksi:
Tulislah
pengalamanmu melanjutkan generasi kasih.
Doa:
Bapa, aku
mengasihiMu. Aku mendengarkan firmanMu. Semoga aku pun mampu mengamalkan
kasihMu. Amin.
14:23
Jawab Yesus: "Jika seorang mengasihi Aku, ia akan menuruti firman-Ku dan
Bapa-Ku akan mengasihi dia dan Kami akan datang kepadanya dan diam bersama-sama
dengan dia.
14:24
Barangsiapa tidak mengasihi Aku, ia tidak menuruti firman-Ku; dan firman yang
kamu dengar itu bukanlah dari pada-Ku, melainkan dari Bapa yang mengutus Aku.
14:25.
Semuanya itu Kukatakan kepadamu, selagi Aku berada bersama-sama dengan kamu;
14:26
tetapi Penghibur, yaitu Roh Kudus, yang akan diutus oleh Bapa dalam nama-Ku,
Dialah yang akan mengajarkan segala sesuatu kepadamu dan akan mengingatkan kamu
akan semua yang telah Kukatakan kepadamu.
14:27
Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu. Damai sejahtera-Ku Kuberikan kepadamu, dan
apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh dunia kepadamu. Janganlah
gelisah dan gentar hatimu.
14:28.
Kamu telah mendengar, bahwa Aku telah berkata kepadamu: Aku pergi, tetapi Aku
datang kembali kepadamu. Sekiranya kamu mengasihi Aku, kamu tentu akan
bersukacita karena Aku pergi kepada Bapa-Ku, sebab Bapa lebih besar dari pada
Aku.
14:29 Dan sekarang juga Aku
mengatakannya kepadamu sebelum hal itu terjadi, supaya kamu percaya, apabila
hal itu terjadi.
Butir-butir
Permenungan
Tampaknya,
orang akan disebut cerdas kalau mampu mengerti yang tidak dimengerti oleh
banyak orang di sekitarnya. Dia dianggap memiliki kekuatan intelektual melebihi
sekitarnya.
Tampaknya,
orang yang cerdas juga biasa memiliki kreativitas. Dengan kreativitasnya orang
akan mudah mendapatkan kekaguman dari banyak orang di sekitarnya.
Tetapi BISIK
LUHUR berkata bahwa orang yang memiliki keakraban dengan kedalaman batin akan
menyadari bahwa segala pemahaman akan hal-hal yang tidak diketahui oleh banyak
orang di sekitarnya sesungguhnya adalah bisikan hasil dialog dengan yang ada di
dalam relung batin dan buah tindakan kreativitasnya dapat mengakibatkan
perbedaan dengan pemahaman umum. Dalam yang ilahi karena kemesraannya dengan
gema relung hati orang akan mudah bersyukur dan makin rendah hati kalau
memiliki pemahaman baru.
Ah, pemahaman
baru selalu membuka keuntungan finansial baru.
Pada September 2015 para rama Domus Pacis diprihatinkan dengan beberapa kali peristiwa longsor tebing bagian barat bangunan induk yang berbatasan dengan Sungai Gajah Wong. Dengan peristiwa ini muncul bahaya besar akan runtuhnya kamar-kamar rama, karyawan, dan kamar makan yang berada di bagian barat. Dengan dibukanya rekening untuk menampung bantuan keuangan, banyak sekali warga Katolik dan beberapa warga agama/Gereja lain pembaca FB Rm. Bambang dan Blog Domus memberikan sumbangan uang. Hal ini tentu meringankan beban keuangan Keuskupan Agung Semarang untuk PEMBUATAN TALUD sepanjang 98,5M dan setinggi 13M. Pada pertengahan Maret 2016 program ini selesai. Ternyata dana uang masih tersisa sehingga dapat digunakan untuk proses mengganti kerpus bangunan induk yang sudah banyak pecah hingga membuat bocor atap-atap di banyak ruangan. Kolam penampungan air untuk kepentingan masa kemarau kini juga ada dalam proses penyelesaian.
Karena selesainya PEMBUATAN TALUD yang sungguh membuat tenang Komunitas Rama Domus Pacis, maka pada Minggu sore 24 April 2016 diadakan KENDURI bersama masyarakat sekitar warga RT 1 dan RT 2 dari kampung Puren serta tetangga yang tinggal berseberangan dengan Domus Pacis di sebelah barat Sungai Gajah Wong. Acara kenduri inilah yang membuat Domus Pacis mengalami kesibukan khusus.
A. Menyiapkan Paket Kenduri
Ini terjadi pada Sabtu malam 23 April 2016. Pada malam ini Bu Titik dari Ambarrukmo bersama Bu Didik dari Puren menyiapkan 2 meja dengan taplak khusus untuk sajian konsumsi bagi para undangan kenduri. Sementara itu di dalam bangunan induk Mas Puguh, Mas Handoko, Mbak Etik, Mbak Sri dan Bu Rini bersama karyawan Domus (Mas Heru, Mbak Tari dan Mas Abas) menyiapkan bahan-bahan sembako dan sebungkus roti dan memasukkan dalam tas sebagai paket kenduri. Paket kenduri itu terdiri dari 1 Kg beras, 1 Kg gula pasir, 2 bungkus mie instan, 1 bungkus teh,1 bungkus kopi, 1 lt. minyak goreng, 1 bungkus roti, dan 3 butir telur.
B. Acara Kenduri
Pada Minggu 24 April 2016 pada jam 16.00 para undangan kenduri mulai berdatangan. Acara dimulai pada jam 16.25 dengan proses sebagai berikut:
1. Pembuka: Rm. Agoeng yang menjadi MC membuka pertemuan kenduri.
2. Sambutan: Rm. Yadi mewakili para rama Domus Pacis menyampaikan sambutan. Beliau selain menyampaikan ujub syukur selesainya pembuatan talud juga meminta maaf kalau dalam beberapa bulan mengganggu tetangga karena kesibukan pembangunan.
3. Doa: Pak Takmir menyampaikan doa secara Islam dan Pak Prodiakon Paroki secara Katolik.
4. Pemotongan tumpeng: Rm. Bambang memotong tumpeng dan dalam 2 piring diserahkan pada 1 warga Timur Sungai dan 1 warga Barat Sungai.
5. Santap bersama: Semua yang hadir menyantap konsumsi yang disediakan dengan dilayani oleh ibu-ibu relawati Domus (Bu Mumun, Bu Titik Untung, Bu Sri, Mbak Sri, Bu Rini, Mbak Tari, Bu Mardanu, Bu Didik)
6. Penutup: Para undangan pulang dengan membawa paket kenduri. Beberapa juga membawa untuk tetangga yang tidak hadir.
15:18.
"Jikalau dunia membenci kamu, ingatlah bahwa ia telah lebih dahulu
membenci Aku dari pada kamu.
15:19
Sekiranya kamu dari dunia, tentulah dunia mengasihi kamu sebagai miliknya.
Tetapi karena kamu bukan dari dunia, melainkan Aku telah memilih kamu dari
dunia, sebab itulah dunia membenci kamu.
15:20
Ingatlah apa yang telah Kukatakan kepadamu: Seorang hamba tidaklah lebih tinggi
dari pada tuannya. Jikalau mereka telah menganiaya Aku, mereka juga akan
menganiaya kamu; jikalau mereka telah menuruti firman-Ku, mereka juga akan
menuruti perkataanmu.
15:21 Tetapi semuanya itu akan
mereka lakukan terhadap kamu karena nama-Ku, sebab mereka tidak mengenal Dia,
yang telah mengutus Aku.
Butir-butir
Permenungan
Katanya,
orang yang baik dan bijak adalah yang mampu dan mudah beradaptasi. Dalam
tradisi Jawa dikenal sifat bijak dengan kata-kata manjing ajur ajer mancala putra mancala putri (mampu masuk dalam
situasi dan kondisi apapun bersama siapapun dengan latar belakang apapun).
Katanya,
orang yang baik dan luhur mampu bergaul dengan siapapun. Dia akan diterima oleh
siapapun dengan segala latar belakangnya.
Tetapi BISIK
LUHUR berkata bahwa bagaimanapun juga orang-orang yang biasa bergaul dengan
kedalaman batin dan selalu ada dalam keeratan cinta dengan sosok gaib di relung
nurani akan mengalami berbagai penderitaan berhadapan dengan orang-orangyang hidupnya dikuasai oleh nafsu-nafsu dan
kegilaan akan kekuasaan dan kekayaan materi. Dalam yang ilahi karena
kemesraannya dengan gema relung hati orang akan siap berseberangan denga
siapapun yang terlena dengan kenikmatan kekuasaan dan materi.
Ah, pada
jaman sekarang materi amat penting sekali.
18 "Jikalau
dunia membenci kamu, ingatlah bahwa ia telah lebih dahulu membenci Aku dari
pada kamu. 19 Sekiranya kamu dari dunia, tentulah dunia mengasihi kamu sebagai
miliknya. Tetapi karena kamu bukan dari dunia, melainkan Aku telah memilih kamu
dari dunia, sebab itulah dunia membenci kamu. 20 Ingatlah apa yang telah
Kukatakan kepadamu: Seorang hamba tidaklah lebih tinggi dari pada tuannya.
Jikalau mereka telah menganiaya Aku, mereka juga akan menganiaya kamu; jikalau
mereka telah menuruti firman-Ku, mereka juga akan menuruti perkataanmu. 21 Tetapi semuanya itu akan mereka lakukan
terhadap kamu karena nama-Ku, sebab mereka tidak mengenal Dia, yang telah
mengutus Aku.
Renungan:
Dulu di seminari
ada teman yang sering dijuluki santo. Hidup rohaninya sungguh tertib. Kalau
berdoa dia betah banget. Kata-katanya pun selalu bijak. Tingkah lakunya lemah
lembut bak orang suci. Maka teman-teman pun menyebutnya santo. Dunia hidupnya
seakan berbeda dengan dunia yang lain.
Saat kurasakan
sekarang ini memang dunia doa sering membentuk karakter pribadi yang berbeda
dengan yang lain. Ketika seseorang mempunyai ketekunan dalam doa tingkah laku
dan kata-katanya pun berkesan beda. Kita yang bertemu dengan mereka pun akan
merasa tenang dan teduh.
Memang sering
terkesan gimana orang tersebut. Kala remaja mungkin kita kurang tertarik dengan
sikapnya bahkan mencibirnya. Dunia seakan kurang suka (bdk. Yoh 15:19). Namun
kala dewasa kita bisa menghargai sikap mereka bahkan sangat mungkin terimbas
oleh kemurnian hatinya. Maka marilah kita terus berusaha menyatu dalam doa.
Kontemplasi:
Bayangkan dirimu
tekun dalam doa. Lihatlah sikap orang-orang di sekitarmu.
Refleksi:
Tulislah
pengalamanmu hidup dalam doa sekalipun ada cibiran dari sekitarmu.
Doa:
Tuhan aku ingin
dekat denganMu. Aku ingin terus bertahan dalam kedekatan denganMu. Amin.
diambil dari http://www.mirifica.net By
A. Giantoon Jendela Alkitab, Mingguan
Rekan-rekan,
Pada hari Minggu Paskah VI tahun C ini dibacakan Yoh 14:23-29.
Petikan ini menutup pesan-pesan Yesus kepada para murid pada penutupan
perjamuan malam terakhir. Pembicaraan berikut ini agak lebih “teologis”
nadanya daripada ulasan-ulasan sebelumnya. Mohon kesabaran. Memang Injil
Yohanes itu Injil yang paling rohani dan baru mulai bisa dinikmati bila
kita akrabi dengan menghubungkannya dengan gerak-gerik Yang Ilahi yang
kita alami sendiri.
“MENURUTI FIRMANKU”
Kata-kata Yesus yang mengawali petikan hari ini menjawab pertanyaan
seorang murid yang hadir dalam perjamuan terakhir, yaitu Yudas yang lain
(yang bukan Yudas Iskariot yang baru saja meninggalkan kelompok itu)
mengapa Yesus akan menyatakan diri kepada mereka, yakni murid-murid itu,
dan bukan kepada dunia (ayat 22). Maksudnya, mengapa ada perbedaan
antara murid-murid dan “dunia”. Memang dalam Injil Yohanes kata “dunia”
menunjuk pada tempat kekuatan-kekuatan yang mau melawan Yang Ilahi.
Jawabannya, yakni ayat 23, memuat pemberitahuan bahwa Yesus dan Bapanya
akan tinggal bersama dengan orang yang menuruti firman Yesus dan
mendapat perkenan Yang Mahakuasa sendiri. Kedua hal ini sebetulnya cara
lain untuk mengatakan “mengasihi Yesus”. Awal ayat 24 mengatakan hal
yang sama tetapi dengan cara menyebut kebalikannya: yang tak
mengasihinya ialah orang yang tidak menuruti firmannya. Kemudian
ditegaskan pada bagian kedua ayat 24 itu bahwa firman tadi datang dari
Bapanya, yakni Yang Mahakuasa yang mengutus Yesus.
Apa yang dimaksud dengan “firman” dalam ayat 23-24 itu? Apakah semua
pengajaran yang telah diberikan Yesus kepada para murid? Memang
begitulah kesan pertama. Namun bila dipikirkan lebih lanjut, makin
terang yang dimaksudkan ialah perintah baru untuk saling mengasihi yang
diberikan dalam Yoh 13:34-35 yang dibacakan hari Minggu yang lalu.
Seperti diuraikan minggu lalu, inilah ajaran Yesus yang terbesar, ilmu
terdalam yang diturunkannya kepada para murid sebelum ia pergi. Dengan
demikian maka kata-kata bahwa firman itu berasal dari Bapa sendiri
menegaskan bahwa asalnya dari atas sana. Diwariskan untuk menghadirkan
Yang Mahakuasa sendiri di tengah para murid. Ini arti penegasan bahwa
Yesus dan Bapanya akan tinggal bersama mereka yang menghidupi ajaran
tadi.
Oleh karena itu perpisahan antara Yesus dengan murid-muridnya tidak
lagi perlu menjadi hal yang menggelisahkan. Bahkan seharusnyalah menjadi
alasan bersuka cita (ayat 28). Yesus akan berada dengan Bapanya yang
dikatakan “lebih besar daripadanya” (ayat 29), dan kedua-duanya akan ada
bersama manusia.
KEHADIRAN PENOLONG – APA ITU?
Kita boleh bertanya bagaimana pikiran-pikiran rohani itu di atas itu
berhubungan dengan dunia nyata. Kunci untuk itu diberikan dalam petikan
ini dengan bahasa rohani juga. Sang Penolong akan diutus dan
kehadirannya akan membuat kata-kata Yesus tadi menjadi hidup. Orang akan
teringat akan ajaran, akan “ilmu” yang diturunkan Yesus tadi. Dalam
bahasa Yunaninya, yang disebut Penolong itu ialah Parakleetos, arti
harfiahnya ialah dia yang dipanggil untuk mendampingi, untuk menolong,
untuk menjadi pembela di hadapan dunia. Penolong ini kekuatan yang makin
hadir di tengah-tengah kelompok orang yang percaya kepada kabar baik
Yesus. Bagaimana persisnya ini terjadi dan dihidupi tidak diceritakan
Yohanes lebih lanjut. Lukaslah yang mengisahkannya dalam seluruh Kisah
Para Rasul. Yohanes menghimbau orang-orang agar menyadari kehadiran
ilahi yang membuat manusia dapat berjalan terus di dunia yang sarat
kekuatan-kekuatan gelap.
Dalam arti itulah Injil Yohanes sebetulnya berbicara mengenai
kehidupan sehari-hari. Kehadiran Penolong ada dalam perjalanan
kehidupan. Seperti halnya para murid dulu mulai menemukan jalan-jalan
baru dalam masyarakat dan hidup mereka, begitu juga kini kita boleh
merasa dan percaya disertai Roh Tuhan yang menolong kita, yang selalu
bisa dimintai tolong dalam keadaan terjepit, bisa “disambat”. Itulah
arti Parakleetos – “para”, artinya dekat, “kleetos” yang dimintai
bantuan dalam keadaan mendesak. Perlu ditambahkan, yang memanggil, yang
“nyambat” ialah Yesus, bukan para murid, bukan kita, walau yang dibela
ialah para murid. Dan dalam arti ini jelas pula bahwa Penolong itu
memperhatikan gerak gerik kita tanpa selalu kita sadari. Dan bila
mendapati kita sedang butuh bantuan, ia akan datang sebelum kita sempat
memanggilnya – ia sudah “disambat” oleh dia yang perkataannya kita
turuti.
Ada satu hal lagi yang penting. Kehadiran Penolong itu ada bersama
dengan murid-murid, di tengah-tengah kita. Tidak dikatakan di dalam diri
masing-masing mereka meskipun tentunya akibatnya akan demikian.
Kehadirannya bukan “monopoli” orang yang lebih murah hati, yang lebih
mampu berbuat baik, yang lebih spiritual dari yang lain. Bukan inilah
yang hendak dikatakan. Penolong hadir di tengah-tengah umat, ada
bersama. Ia menghidupkan sekelompok orang. Dengan menekankan segi ini
Yohanes menunjukkan bahwa Roh itu tidaklah dapat disetir oleh
ambisi-ambisi perorangan atau dibangga-banggakan sebagai bahan kesaksian
sekalipun. Malah bisa dikatakan bila unsur ini tampil, orang boleh
mempertanyakan apa di situ betul hadir Penolong yang dijanjikan Yesus
tadi. Penolong, sang Parakleetos itu, datang di tengah-tengah himpunan
orang-orang yang mau percaya – di tengah-tengah ekklesia – kumpulan
orang yang terpanggil bersama itu. Tentang kedatangannya masih akan kita
dalami nanti pada hari raya Pentakosta. Kini cukup bila kita pahami
bahwa kehadirannya itu pertama-tama kehadiran di tengah-tengah kumpulan
orang beriman, bukan terutama di dalam diri masing-masing.
CATATAN MENGENAI Yoh 15-17
Akhir ayat 29 yang dibacakan hari ini menyebutkan “…marilah kita
pergi dari sini.” Dengan ini dikatakan bahwa pertemuan dalam perjamuan
terakhir itu telah selesai. Yesus dan murid-murid memasuki tahapan lain.
Namun demikian, setelah menyebutkan akhir perjamuan tadi, Yohanes masih
menuliskan tiga bab lagi, yakni Yoh 15, 16 dan 17, sebelum mulai
menceritakan penangkapan Yesus dan kisah sengsara. Hingga kini para ahli
tafsir belum dapat menerangkan secara memuaskan apakah tiga bab itu
termasuk kata-kata dalam perjamuan atau disampaikan dalam kesempatan
lain. Akan lebih berguna bila kita memandang ketiga bab itu seperti apa
adanya sambil mencari kaitan dengan hal-hal yang telah diutarakan dalam
perjamuan terakhir (Yoh 13-14). Akan tampak beberapa pokok yang
digarisbawahi dalam Yoh 15-17:
– Yesus itu pokok anggur yang benar (Yoh 15:1-8), artinya
orang bisa hidup bersemi bila menjadi ranting-ranting hidup darinya.
Bila terpotong darinya maka orang akan binasa. Ini memberi keterangan
lebih lanjut apa arti percaya kepadanya yang telah diutarakan dalam Yoh
14:1-14 selama perjamuan.
– Tetap bersama pokok anggur yang benar ini dapat terwujud
bila murid-murid saling mengasihi (Yoh 15:9-17), sebuah warisan rohani
yang telah diberikannya dalam Yoh 13:34-35 yang telah diulas dalam
tulisan sebelum ini. Inilah cara menghadapi kekuatan-kekuatan jahat dari
dunia ini. Sekaligus ditegaskan cara terbaik mempersaksikan kebenaran
ajaran Yesus (Yoh 15:18-26).
– Betul-betul akan datang Penolong yang menguatkan para murid
(Yoh 16:1-15), juga bila orang merasa ditinggalkan sendirian (Yoh
16:16-33), satu pokok yang diutarakan dalam perjamuan terakhir yang
dibacakan hari ini.
– Yesus berdoa agar Bapanya tetap melindungi murid-muridnya
(Yoh 17). Mereka ini seperti halnya Yesus adalah orang-orang yang diutus
mewartakan kehadiran Yang Ilahi di dunia yang dikungkung
kekuatan-kekuatan jahat. Ini memberi arah rohani bagi semua pembicaraan
dalam perjamuan terakhir.
Makin disimak makin kelihatan betapa besarnya kekayaan rohani yang
termuat dalam ketiga bab ini. Dengan demikian Yoh 15-17 itu juga
berperan seperti ringkasan Injil Yohanes yang sepatutnya didalami oleh
mereka yang mau menyampaikan homili atas dasar Injilnya.
MINUM TEH BERSAMA OOM HANS
GUS: Oom Hans, ada catatan menyangkut uraian di atas?
HANS: [Tersenyum.] You’re my interpreter! Good or bad – that’s what you’re hired for.
GUS: Soalnya sih, Injil Oom itu rasanya makin misterius, makin mistik.
HANS: Itu tuh kan kata orang. Aku hanya cerita pengalaman, mengingat-ingat.
GUS: Kalau kita ngertinya sebagian-sebagian apa ya masih benar?
HANS: [Alisnya tiba-tiba berdiri.] Pilatus-lah yang mempertanyakan
apa itu kebenaran di hadapan Sang Kebenaran sendiri (Yoh 18:38a). Bukan
aku! Si Pilatus yang ragu-ragu terus itu akhirnya malah memilih perkara
yang sebetulnya tidak dimauinya. Aku belajar dari pengalaman. Juga dari
Ma Miryam. Pegang yang sudah kau punyai sekarang, ikuti langkah
batinmu…!
GUS: Wah, wah, Oom ini makin gnostik nih! [Benar kata Luc: Oom Hans is at it again.]
HANS: Ehm! [Sambil nyruput teh kental panas bergula batu dan
memandangi juadah panggang. Lalu menyulut pipa cangklongnya.] By the
way, what did that Bishop of Hippo say in one of his sermons about my
letter?
GUS: “Dilige et quod vis fac!”
Saya kutip kata-kata “Telateni dan jalankan apa yang kauinginkan!”
dari Aurelius Augustinus, In epistolam Ioannis ad Parthos tractatus
decem, VII, 8 yang diucapkannya dalam kotbahnya kepada umat di Hippo dan
kepada para baptisan baru, pagi hari Sabtu Paskah th. 407. Sering
kutipan itu sering ditampilkan kembali sebagai “Ama et fac quod vis!”
Ketika saya sedang coba mengingat-ingat konteksnya, Oom Hans pergi
menghilang naik andong gaib. Memang ia sukanya pergi datang begitu saja.
Boleh jadi hanya bisa diikuti dengan langkah-langkah batin….
Salam hangat,
A. Gianto
=============
Kredit Foto: Teacher Comforting Victim Of Bullying In Playground,blog.prediss.com
12 Inilah
perintah-Ku, yaitu supaya kamu saling mengasihi, seperti Aku telah mengasihi
kamu. 13 Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang
memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya. 14 Kamu adalah sahabat-Ku,
jikalau kamu berbuat apa yang Kuperintahkan kepadamu. 15 Aku tidak menyebut
kamu lagi hamba, sebab hamba tidak tahu, apa yang diperbuat oleh tuannya,
tetapi Aku menyebut kamu sahabat, karena Aku telah memberitahukan kepada kamu
segala sesuatu yang telah Kudengar dari Bapa-Ku. 16 Bukan kamu yang memilih
Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu. Dan Aku telah menetapkan kamu, supaya kamu
pergi dan menghasilkan buah dan buahmu itu tetap, supaya apa yang kamu minta
kepada Bapa dalam nama-Ku, diberikan-Nya kepadamu. 17 Inilah perintah-Ku
kepadamu: Kasihilah seorang akan yang lain."
Renungan:
Persahabatan
seringkali menghadirkan decak kagum. Mereka yang bersahabat tampak erat sekali
berelasi. Keterlibatan kala sahabat lagi berduka tak bisa diragukan. Senyuman
kala sahabat berbahagia pun akan mengembang. Suka dan duka sahabat menjadi suka
dan duka dirinya. Situasi ini sering melebihi relasi intim dengan saudara
sendiri.
Tuhan memandang
kita sebagai sahabat. "Aku menyebut kamu sahabat, karena Aku telah
memberitahukan kepada kamu segala sesuatu yang telah Kudengar dari Bapa-Ku"
(Yoh 15:15). Kita dipercaya untuk mengerahui apa yang Dia ketahui dari Bapa.
Persahabatan
membuat yang jauh jadi dekat, yang dekat makin akrab. Ia mengeratkan relasi
setiap pribadi. Mari kita membangun persahabatan. Persahabatan yang kita bangun
akan memunculkan aneka kemungkinan yang mengembangkan dan menghidupkan.
Kontemplasi:
Dengarkan dan
resapkan sabda dalam Injil Yoh. 15:12-17. Rasakan keindahannya. Bayangkan
persahabatanmu.
Refleksi:
Apa arti
persahabatan bagimu?
Doa:
Terima kasih
Tuhan telah menjadikanku sebagai sahabatmu. Semoga jiwaku pun dipenuhi oleh
rasa persahabatan. Amin.
Perutusan:
Aku akan
menghadirkan relasi persahabatan yang hangat. -nasp-