Kamis, 13 Oktober 2016
Hari biasa
warna liturgi
Hijau
Bacaan
Ef. 1:1-10; Mzm.
98:1,2-3ab,3cd-4,5-6; Luk. 11:47-54. BcO Sir. 16:24-17:14
Lukas
11:47-54:

Renungan:
Orang sering
dituntut untuk berkata apa adanya. Bila ada suatu masalah kejujuran seseorang
sering diharapkan muncul. Dalam memegang tampuk pimpinan orang pun diminta
untuk jujur dalam kata maupun tindakan. Namun kala kejujuran dan sikap apa
adanya diberikan orang bisa terperangah dan mungkin akan memintanya untuk lebih
diplomatis.
Yesus
menyampaikan kritikan apa adanya kepada orang-orang Farisi dan ahli Taurat.
Orang-orang itupun kaget dan sakit hati. Mereka berusaha memancing Yesus dengan
aneka macam pertanyaan dan jebakan supaya bisa mepersalahkan-Nya dan
menangkap-Nya. Kritikan yang mereka terima membuat mereka marah dan
membangkitkan niat jahat untuk balas dendam.
Rasanya kejujuran
tetap mesti menjadi pegangan hidup kita. Kejujuran itu menjadi kunci menuju
pada hasil yang optimal, walau mungkin harus melalui jalan yang berat. Kritik
juga merupakan hal penting. Dengan kritik kita bisa mengevaluasi diri dan
melangkahkan hidup menuju perbaikan terus menerus.
Kontemplasi:
Bayangkan dirimu
bertemu dengan sahabat. Ia mengkritikmu dengan apa adanya.
Refleksi:
Bagaimana berani
berkata apa adanya dan menerima kritikan?
Doa:
Tuhan semoga aku
berani berkata apa adanya demi perbaikan hidup bersama. Semoga aku pun tidak
anti kritik. Amin.
Perutusan:
Aku akan menerima
kritikan sebagai bahan evaluasi diri. -nasp-
0 comments:
Post a Comment