Ini tentang Rm. Ria. Beberapa hari ini hati Rm. Bambang amat tertarik akan beliau. Sebagai rama penghuni rumah tua Domus Pacis Puren, Rm. Ria termasuk yang sudah termasuk rentan untuk melayani dirinya sendiri. Usianya memang bukan yang tertua di antara para rama Domus. Dia masih berada di bawah Rm. Jaya, Rm. Yadi, dan Rm. Suntara. Kini Rm. Ria berusia 74 tahun. Tetapi dengan penyakit yang dideritanya, beliau sudah kerap mengalami disorientasi waktu dan hari. Daya ingatnya juga mengalami pelemahan. Beliau sudah sulit menilai perilaku orang sehingga disinyalir mudah mengalami akal bulus pengunjungnya. Beberapa barang berharga yang dimiliki raib tanpa tahu kemana. Rm. Ria memang termasuk yang harus dilayani secara khusus. Semula tenaga yang ada di Domus dipandang cukup untuk menjaga dan mengurus kebutuhan beliau. Tetapi dengan tambahnya penyakit, Rm. Bambang menambah pramurukti, tenaga terlatih untuk mendampingi pasien, khusus untuk Rm. Ria.
Mas Siswanto adalah pramurukti yang didatangkan berdasarkan kontrak dengan Paguyuban Pramurukti Panti Rini, Kalasan. Dia berasal dari Purwantoro, Wonogiri. Mas Sis siaga 24 jam untuk melayani Rm. Ria. Tidur pun pada sofa dalam satu kamar dengan Rm. Ria. Bagi Rm. Bambang kehadiran Mas Siswanto tampak membawa perkembangan bagi Rm. Ria. Setelah sekian tahun dalam mobilitas selalu duduk di kursi roda didorong oleh karyawan, kini ada hal baru terjadi ketika akan makan pagi. Dalam beberapa hari ini, untuk berangkat menuju kamar makan dari kamar tidur, Rm. Ria berjalan kaki sekalipun pelan-pelan. Rm. Bambang baru sekali melihatnya duduk di kursi roda didorong oleh Mas Sis. Ketika bertanya "Lho kok orang tindak?" (Mengapa tidak berjalan kaki), Rm. Bambang mendapat jawaban dari Mas Sis "Ngendikane sayah" (Katanya capek). Ketika berjalan, sambil memegang dan mendorong kursi roda dengan tangan kiri, tangan kanan Mas Sis memegang lengan kiri Rm. Ria. Tangan kanan Rm. Ria memegang tongkat untuk membantu topangan ketika berjalan.
0 comments:
Post a Comment