Sekitar 2 minggu sebelum Minggu 20 November 2016 Rm. Bambang harus membuat keputusan untuk menata waktu kunjungan. Pada hari itu ada 3 kelompok pengunjung untuk para rama Domus Pacis. Sebenarnya para koordinator ketiga kelompok minta waktu pagi hari. Namun demikian, seandainya ketiga kelompok datang bersama, diperkirakan akan terjadi suasana terlalu padat dan dapat ruwet di dalam gedung induk Domus. Kepada kelompok Jatingaleh, Semarang, Rm. Bambang ketika dihubungan lewat telepon bertanya "Selain ke Domus Pacis, apakah ada tujuan lain yang akan didatangi?" Sang Koordinator menjawab "Kami juga akan ke Ganjuran, rama" yang kemudian ditanggapi oleh Rm. Bambang dengan usulan "Kalau begitu, bagaimana ke Ganjuran dan baru ke Domus Pacis." Usulan Rm. Bambang disetujui dan rombongan Jatingaleh akan datang sampai Domus Pacis di sore hari.
Salam dan Kebondalem
Ketika para tamu dari Salam sudah duduk di tikar dan baru sedikit omong-omong dengan Rm. Yadi, Rm. Tri Hartono, Rm. Harto, Rm. Tri Wahyono dan Rm. Bambang, datanglah rombongan dari Paroki Kebondalem, Semarang. Maka dua rombongan berbaur duduk bersama di atas tikar. Rombongan Kebondalem mengisi acara dengan nyanyi-nyanyi dan setelah beberapa lagu Rm. Bambang berseru "Saiki ganti Salam. Salam nyanyi Ndherek Dewi Maria" (Sekarang ganti rombongan Salam. Ayo nyanyi Ndherek Dewi Maria). Ketika lagu ini dinyanyikan dengan penuh semangat bersama rombongan Kebondalem, Rm. Tri Wahyono pun mengikuti dengan mulut berucap tanpa suara.

Jatingaleh
Rombongan umat Lingkungan Jatingaleh, Semarang, datang pada sore hari. Ketika makan pagi Senin 21 November 2016 Rm. Bambang, yang pada waktu itu pergi sehingga tidak ikut menyambut, bertanya "Wingi sidane dhateng jam pinten?" (Kemarin mereka datang jam berapa). Rm. Yahi menjawab "Sonten" (Sore) yang diteruskan oleh Rm. Harto "Jam gangsal" (Jam lima). Rm. Yadi dan Rm. Tri Hartono saling menjelaskan bahwa Jatingaleh termasuk Lingkungan di bawah Paroki Karanganyar.
0 comments:
Post a Comment