Kamis, 17 November 2016
Peringatan Wajib
St. Elisabet dr
Hungaria, Biarw
warna liturgi
Putih
Bacaan
Why. 5:1-10; Mzm.
149:1-2,3-4,5-6a,9b; Luk. 19:41-44. BcO Dan. 1:1-21
Lukas
19:41-44:

Renungan:
Yerusalem menjadi
ruang pengharapan sekaligus kepedihan bagi Yesus. Di Yerusalem Dia melambungkan
perjumpaan-Nya dengan Bapa. Di Yerusalem pula ia akan menghadapi kematian-Nya.
Ketika mendekati kota itu Ia pun bersedih. Ia pun menangisinya.
Setiap pribadi
menyimpan ruang kepedihannya. Kadang-kadang ada seseorang yang selalu
menghindari suatu tempat tertentu karena tempat tersebut mengingatkannya pada
peristiwa sedih. Ada pula yang menghindari seseorang, atau pun peristiwa
tertentu. Suasana itu terasa menghimpit hidupnya. Ia kesulitan menghadapinya.
Ia akan selalu berusaha menghindar.
Yesus tidak
menghindari ruang kepedihannya. Ia mendatanginya dan berdamai dengannya.
Bagi-Nya mendekati ruang itu sebagai lambang keteguhan-Nya melaksanakan
kehendak Bapa. Kiranya kita pun perlu berdamai dengan ruang kepedihan kita
masing-masing. Kita tidak perlu selalu berusaha menghindarinya. Kita lepaskan
rasa lelah kita dengan datang menemuinya.
Kontemplasi:
Pejamkan sejenak
matamu. Bayangkan kisah dalam Injil Luk. 19:41-44. Rasakan kepedihan yang
dialami Yesus.
Refleksi:
Bagaimana
mengatasi sesuatu yang menjadi trauma kita?
Doa:
Bapa, aku percaya
Engkau menghendakiku untuk berdamai dengan segala yang aku hadapi. Semoga aku
tidak dihantui oleh ketakutan akan kesedihanku. Amin.
Perutusan:
Aku akan datang
dan menyelesaikan ruang kepedihanku. -nasp-
0 comments:
Post a Comment