
Itu adalah hari Sabtu 18 Juli 2020. Ketika jarum jam melewati angka 15.30, mbak Tri, Mas Abas, Mas Siswanto, dan Mas Hari datang di kamar Rm. Bambang. "
Rama, nadhinipun Rama Gito mboten wonten dhetakipun. Pancen taksih anget lan driji taksih obah-obah. Nanging napas sampun mboten wonten" (Rama, nadi Rm. Gito sudah tak ada detaknya. Memang masih hangat dan jari bergerak-gerak. Tetapi nafas sudah tidak ada) kata mbak Tri. Mereka adalah tenaga-tenaga di Domus Pacis Puren. Rm. Bambang langsung berkata "
Diundangke ambulans Panti Rapih" (Panggilkan ambulans dari Panti Rapih) Rm. Bambang langsung menyahut dan Mas Abas berkata "
Pun kula telponke" (Saya sudah menelpon). Rm. Bambangpun pergi ke kamar Rm. Gito dan beliau memang sudah tampak menghadap Tuhan. Uskup, Vikjen, dan Rm. Sapto langsung dikontak oleh Rm. Bambang.

Para karyawan tidak mengira Rm. Gito akan wafat hari itu. Pada siang sekitar jam 12.00 home care RS Panti Rapih datang mengontrol kesehatan para rama Domus. Tensi dan gula darah Rm. Gito bagus. Pada hari itu perawat home care mengganti sonde untuk alat bantu memasukkan asupan. Pada hari itu juga ambulans RS Panti Rapih membawa ke rumah duka ruang St. Michael. Jenasah Rm.Gito disemayamkan di ruang duka itu. Minggu 19 Juli 2020 jam 10.00 Uskup akan memimpin Misa Requiem streaming. Pelayatan diatur dengan protokol kesehatan mengingat masa pandemi Covid-19. Yang berusia 65 tahun ke atas diminta doa di rumah masing-masing. Maka pada Sabtu malam itu sekembali dari Panti Rapih Rm. Bambang mengumumkan para rama Domus tidak melayat karena sudah 65 tahun ke atas.
0 comments:
Post a Comment