Kehadiran Rm. Hartanta, yang masih muda, sebagai direktur dan tinggal bersama para rama tua di Domus Pacis Puren sungguh membawa hawa baru yang amat dinamis. Perhatiannya ke para rama tua satu per satu amat besar dan mendalam. Para rama yang sudah sulit untuk pergi-pergi mendapatkan kesempatan satu per satu diajak bepergian dengan menyertakan salah satu karyawan untuk mendampingi. Suasana makan bersama di kamar makan juga menjadi semarak karena ada hal-hal yang diomongkan dan diinformasikan. Terhadap para karyawanpun Rm. Hartanta juga sungguh perhatian dan amat akrab. Tidak sedikit hal baru mulai tampak.
Hal terakhir dalam hal dinamika terjadi dalam misa komunitas. Biasanya yang tampil dalam misa akan bergantian antara Rm. Yadi (Senin dan Kamis), Rm. Bambang (Selasa dan Jumat), dan Rm. Hartanta (Rabu dan Sabtu). Semua misa biasa terjadi pada sore hari. Tentu saja selain ada giliran rama yang tampil memimpin, ada lektor yang biasa juga dilakukan oleh ketiga rama itu secara bergantian. Dalam hal ini sudah beberapa hari terakhir Rm. Ria juga diaktifkan sebagai lektor. Dan perkembangan yang tampaknya amat bermakna terjadi ketika terjadi Misa Adven I pada Sabtu sore 28 November 2020. Selain ada 4 buah lilin khusus (3 ungu dan 1 merah), beberapa rama diberi bagian peran tugas. Rm. Hartanta yang memimpin misa minta Rm. Bambang dan Rm. Ria membaca untuk bacaan pertama dan kedua termasuk menyanyikan masmur tanggapan dan aleluia. Rm. Bambang memimpin nyanyian pembuka dan penutup. Satu hal yang amat istimewa adalah ditampilkannya Rm. Suntara untuk menyampaikan homili. Ternyata Rm. Suntara tampil dengan semangat bahkan dengan kata-kata yang membuat tertawa para rama, 2 orang karyawan, dan 2 orang ibu relawati yang ikut misa. Beliau mensharingkan peristiwa 60 tahun lalu ketika masih remaja dimana parokinya mengadakan kegiatan baru, yaitu lomba guwa natal keluarga. Bagi keluarga-keluarga parokinya di Promasan itu menjadi hal yang tidak mudah tetapi menggairahkan. Dari sini Rm. Suntara mengambil hikmahnya dengan mengajak semua yang ikut misa membangun gua natal di dalam diri masing-masing. Setiap pribadi menjadi gua natal dengan membangun sikap-sikap sebagaimana pesan bacaan-bacaan Kitab Suci: tobat (Bacaan I), syukur (Bacaan II), dan berjaga-jaga (Injil).
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment