diambil dari katakombe.org/para-kudus Diterbitkan: 16 Oktober 2014 Diperbaharui: 15 Desember 2019 Hits: 6709
- Perayaan14 Desember
- LahirTahun 1808
- Kota asalHardine, Batrun, Ash Shamal, Lebanon
- Wafat
- 14 Desember 1858 di Kfifan, Batrun, Ash Shamal, Lebanon - Oleh sebab alamiah
Tubuhnya tetap utuh - Venerasi7 September 1989 oleh Paus Yohanes Paulus II
- Beatifikasi10 Mei 1998 oleh Paus Yohanes Paulus II
- Kanonisasi
- 16 Mei 2004 oleh Paus Yohanes Paulus II
Youssef Kassab al-hardini lahir pada tahun 1808. Ayahnya bernama Gewagis Kassab dan ibunya Maryam Raad. Dia masuk sekolah untuk para rahib St. Anthonios di Houb dari tahun 1816 hingga 1822. Pada bulan November 1828 ia masuk biara St. Anthonios Ishaia di Batrun Libanon dan mengambil nama biara Nimatullah. Selain belajar, tugasnya sehari-hari didalam biara adalah menjilid buku. Kaul pertamanya diucapkannya pada tanggal 14 November 1830 dan setelah menyelesaikan studi teologinya, ia ditahbiskan menjadi imam pada hari Natal 25 Desember 1833 oleh Uskup Seiman Zwain.
Pater Nimatullah menjalani hidup membiara dengan cara yang sangat suci. Ia adalah seorang pendoa, secara total “disemangati oleh Tuhan”. Siang dan malam dijalaninya dengan meditasi, doa dan adorasi kepada Ekaristi. Santa Perawan Maria menjadi suri teladannya dengan devosi Doa Rosario.
Pribadinya sangat sederhana, sabar dan penuh kerendahan hati. Ia sungguh menghayati kaul hidup membiara yaitu “ketaatan, kemurnian dan kemiskinan” demi kesempurnaan. Bahkan saat ia masih hidup, para rahib sahabatnya dan orang-orang yang mengenalnya selalu menyebutnya dengan sebutan “Mor Soliha” atau “Orang kudus”. Salah satu murid pater Nimatullah adalah Santo Charbel Makhlouf.
Mujizat-mujizat pater Nimatullah Kassab Al-Hardini.
Penglihatan akan masa depan
Pada suatu kesempatan ketika sedang mengajar dan menatap tembok tinggi di luar biara Kfifan, pater Nimatullah memperoleh firasat yang kuat bahwa tembok tersebut akan segera runtuh. Kemudian, ia memerintahkan para pelajar untuk menyingkir sebelum tembok itu runtuh, dan menyelamatkan semua yang hadir dari kecelakaan.
Pada kesempatan lain, Nimatullah secara ajaib memperingatkan bahwa kandang sapi milik Biara Kfifan sedang mengalami keruntuhan (sapi merupakan aset vital dari biara). Pater Nimatullah memerintahkan seorang rahib untuk memindahkan sapi-sapi tersebut. Awalnya rahib tersebut menolak, namun Nimatullah tetap meminta dan memaksanya. Setelah semua sapi dipindahkan, atap kandang runtuh dan tak satupun sapi yang tertimpa.
Penyembuhan Seorang Putera Altar
Suatu saat, pater Nimatullah akan merayakan misa harian tetapi putera altar yang biasa melayaninya dalam misa tidak hadir. Nimatullah kemudian mendatangi ruangan anak tersebut dan memintanya bangun untuk melayani misa. Putera altar tersebut tidak sanggup karena sedang mengalami demam tinggi. Pater Nimatullah kemudian memintanya untuk berdiri dan dengan penuh kuasa menghardik sakit demam itu: “Pergi darinya..!!”. Tiba-tiba, anak-anak tersebut sembuh dan pergi melayani misa harian seperti bisanya.
Lumbung
Pater Nimatullah sekali waktu pernah mendoakan dan memberkati lumbung (yang berisi gandum dan bahan makanan lainnya) pada biara El-Kattara yang tinggal sedikit. Tak lama kemudian lumbung tersebut terisi melimpah hingga membuncah. Setiap orang yang melihatnya takjub dan memuji Tuhan atas apa yang mereka lihat. Semasa hidupnya sahabat-sahabat sesama rahib dan orang-orang di sekitarnya sudah menyadari bahwa Pater Nimatullah adalah seorang kudus. Tak jarang mereka memintanya untuk mendoakan mereka dan bahkan memberkati air yang digunakan mereka untuk menyirami tanah dan cadangan mereka.
Penyembuhan mata Moussa Saliba
Setelah kematiannya, Tuhan menganugerahi banyak penyembuhan dan keajaiban melalui perantaraannya. Suatu penyembuhan semacam itu dianugerahkan kepada seorang pria Orthodox yang matanya buta, Moussa Saliba, yang berasal dari kota Btegrin (Al-Matin). Moussa Saliba mendatangi makam Pater Nimatullah, berdoa dan memohon berkatnya. Malam hari saat ia tertidur dengan nyenyak, Pater Nimatullah muncul di hadapan Moussa Saliba dan menyembuhkan matanya, membuatnya mampu melihat dengan jelas.
Menyembuhkan Mickael Kfoury
Mujizat yang lain terjadi pada seorang Katolik Melkite (Satu dari 22 Gereja Katolik Timur yang berada dalam persekutuan penuh dengan Roma juga), Mickael Kfoury dari kota Watta El-Mrouge. Suatu penyakit tak tersembuhkan menghinggapi kedua kakinya, membuat kedua kakinya mengering, kehilangan daging dan menjadikannya melengkung dan membuatnya pincang. Para dokter telah kehilangan harapan akan kesembuhannya. Setelah mendengar tentang mujizat-mujizat pater Nimatullah, dia memutuskan untuk berziarah ke makam Pater Nimatullah di Kfifan dan memohon kesembuhan. Malam hari saat ia tertidur dengan nyenyak di biara tersebut, seorang rahib tua muncul di hadapannya dan berkata: “Bangun dan pergilah membantu para rahib mengangkut anggur dari ladang.” Dia menjawab: ”Tidakkah engkau melihatku lumpuh, bagaimana mungkin aku berjalan dan mengangkut anggur?” Si rahib menjawab: ”Ambil sepatu ini pakailah dan berjalanlah. “ Mickael lalu memakai sepatu tersebut dan mencoba meluruskan kedua kakinya, dia terkejut karena dia mampu melakukannya. Dia bangun dan segera merasakan kedua kakinya sekarang terisi daging dan darah, dan setelah dia berdiri, dia menemukan kedua kakinya telah sembuh total.
Mujizat pada Andre Najm
Andre Najm, lahir pada 29 Oktober 1966 hidup dalam kesehatan prima selama 20 tahun pertama dari kehidupannya. Entah bagaimana pada bulan Juni 1986 dia mengalami kelelahan kronis kerusakan syaraf, hingga tidak mampu berjalan untuk jarak yang pendek. Banyak dokter di Lebanon dan dari luar negeri yang merawatnya tidak mampu menyembuhkannya. Dia menderita penyakit yang disebut sebagai “kanker darah” dan membutuhkan transfusi darah secara teratur.
Pada September 1987 Andre ditemani keluarga dan sahabat-sahabatnya mengunjungi Biara Kfifan dimana dia berdoa dengan meratap pada makam Pater Hardini. Orang-orang di sekitarnya mendengar dia berkata: ”Aku mohon kepadamu, Pater Al-Hardini, berikan aku setetes darah karena aku telah putus asa bahkan aku tidak mampu mengemis darah di jalanan.” Kemudian dia diminta untuk mengenakan jubah biara, dan dia berteriak, “Aku mengenakan jubah biara, aku sembuh, aku tidak butuh darah lagi.”
Andre tidak membutuhkan transfusi darah lagi sejak saat itu, dan di tahun 1991 dia menikahi Rola Salim Raad. Mereka dikaruniai dua orang anak, seorang anak laki-laki bernama Charbel dan seorang anak perempuan bernama Rafka. Hingga hari ini Andre dalam kesehatan prima.
Wafat dan kanonisasi
Pater Nimatullah meninggal di biara Kfifan pada 14 Desember 1858 dalam usia lima puluh tahun, setelah selama sepuluh hari menderita sakit demam tinggi. Ia meninggal sambil memegang gambar St. Perawan Maria, dan kalimat terakhirnya adalah : ”O Perawan Maria di dalam pelukanmu kuserahkan jiwaku.” Para saksi mata mengatakan bahwa cahaya surgawi memancar dari ruangannya dan bau harum semerbak berada di ruangan tersebut selama berhari-hari setelah kematian beliau.
Beberapa waktu kemudian para rahib membuka makam Pater Nimatullah dan menemukan jasadnya yang tidak mengalami pembusukan. Jasad pater Nimatullah kemudian ditempatkan di dalam sebuah peti di dekat gereja. Sejak tahun 1864 para peziarah diperbolehkan melihat jasad utuh pater Nimatullah hingga tahun 1927. Pada tahun yang sama dibentuklah Komite Pemeriksa yang menyusun penyelidikan terhadap Kasus Pater Nimatullah.
Setelah penyelidikan selesai, Jasad Pater Nimatullah kemudian dimakamkan kembali di dalam tembok kubah pada salah satu ruang biara, sebelum dipindahkan ke sebuah Kapel kecil tempat misa dirayakan untuk para peziarah. Selanjutnya Patriark Maronit Mar Nasrallah Boutros Kardinal Sfeir, memerintahkan supaya makam dibuka dan jasad dipindahkan ke makam baru pada 18 Mei 1996.
Santo Nimatullah al-Hardini di beatifikasi oleh Paus Yohanes Paulus II pada tanggal 10 Mei 1998 dan dikanonisasi pada tanggal 16 Mei 2004 oleh Paus yang sama.
0 comments:
Post a Comment