diambil dari katakombe.org/para-kudus Hits: 4889 Diterbitkan: 07 Agustus 2013 Diperbaharui: 22 Februari 2017
- Perayaan16 April
- Lahir25 Maret 1748
- Kota asalAmettes, Boulogne, Perancis
- Wafat17 April 1783 di Roma, Italia
- Beatifikasi20 Mei 1860 oleh Paus Pius IX
- KanonisasiTahun 1883 oleh Paus Leo XIII
Santo Benediktus Yoseph Labre adalah seorang Peziarah Sejati. Ia dilahirkan pada tahun 1748 dan menempuh jalan hidup yang aneh. Ayahnya adalah seorang pemilik toko dan sejak kecil Benediktus dididik oleh pamannya yang adalah seorang imam. Ketika pamannya yang baik hati itu meninggal dunia, Benediktus memutuskan untuk mengikuti jejaknya dan masuk biara. Ia mencoba melamar ke biara Trappists, Carthusians, dan Cistercian tetapi ia ditolak karena masih terlalu muda, dan sering sakit-sakitan.
Ia pernah beberapa saaat hidup dalam biara Carthusians; dan jatuh cinta dengan kehidupan doa dan mati raga yang dipraktekkan oleh para biarawan. Namun Benediktus kemudian menjadi sakit-sakitan kurus dan lemah. Karena itu ia dinasehatkan agar pulang ke rumah dan hidup sebagai seorang awam Katolik yang baik.
Benediktus pulang dan perlahan-lahan kesehatannya pulih kembali. Namun kerinduannya untuk menjalani kehidupan sebagai seorang rahib tetap membara. Ia berdoa mohon bantuan Tuhan dan Tuhan menjawab doanya. Menurut tradisi ia kemudian bergabung dengan Ordo ketiga Biara Fransiskan (Kaum awam Fransiskan). Benediktus kemudian merasa bahwa ia dipanggil untuk menjadi seorang peziarah, seorang yang mengadakan perjalanan suci dengan berdoa dan bermati raga. Sebagai peziarah, Benediktus bertekad akan mengunjungi tempat-tempat suci yang di seluruh Eropa.
Dengan mengenakan jubah Fransiskan yang sudah lusuh, sebuah salib di dada dan rosario di pinggangnya, Benediktus memulai perjalanan Ziarahnya dengan berjalan kaki mengunjungi setiap Gereja dan tempat Perziarahan di seluruh Eropa. Ia akan bermalam di Gereja-gereja yang dikunjunginya; kadang Ia sering harus tidur di emperan jalan. Ia tidak membawa bekal makanan. Makanan yang disantapnya hanyalah yang diberikan orang-orang kepadanya. Jika ada yang memberinya uang, ia akan memberikannya kepada orang-orang miskin. “Ransel” untuk bekalnya hanyalah sebuah kantong yang di dalamnya ia menyimpan Kitab Suci, juga medali-medali kudus, skapulir, dan buku-buku rohani yang akan dibagikannya kepada orang lain. Keadaan ini sering membuatnya berhari-hari tidak makan. Namun ajaib, ia tidak lagi sakit-sakitan.
Dalam perjalanan ziarahnya; Perhatian St. Benediktus sama sekali tidak tertuju pada pemandangan indah di daerah-daerah yang ia kunjungi. Satu-satunya yang menarik baginya adalah gereja-gereja di mana Yesus tinggal rupa Sakramen Mahakudus dalam tabernakel.
Tahun-tahun berlalu dan Benediktus tetap melanjutkan perjalanan ziarahnya. Penampilannya semakin hari semakin menyedihkan. Pakaiannya compang-camping dan ia kelihatan menyerupai seorang pengemis. Di beberapa tempat, anak-anak kecil melemparinya dengan batu serta mengolok-oloknya. Ia akan membalas dengan tersenyum dan memberkati anak-anak itu. Orang-orang yang tidak mengenalnya cenderung menghindarinya.
Tahun-tahun berlalu dan Benediktus tetap melanjutkan perjalanan ziarahnya. Penampilannya semakin hari semakin menyedihkan. Pakaiannya compang-camping dan ia kelihatan menyerupai seorang pengemis. Di beberapa tempat, anak-anak kecil melemparinya dengan batu serta mengolok-oloknya. Ia akan membalas dengan tersenyum dan memberkati anak-anak itu. Orang-orang yang tidak mengenalnya cenderung menghindarinya.
Apabila Benediktus sudah bersujud di hadapan tabernakel pada setiap Gereja yang disinggahinya, ia akan demikian khusuk bagaikan patung. Wajahnya yang pucat dan kuyu menjadi bersinar-sinar. Ia akan berbicara kepada Yesus dan Bunda Maria. Ia berbisik, “Bunda Maria, o Bundaku!” dan airmata bahagia mengalir di pipinya. Ia sungguh sangat bahagia ketika bersujud pada Yesus dan Bunda Maria.
Keajaiban demi keajaiban terjadi pada pengembara suci ini. Diceriterakan saat ia tenggelam dalam doa dihadapan Sakramen Maha Kudus, ia sering terlihat mulai melayang, mengapung di udara (Levitasi). Orang-orang bersaksi melihat Benediktus ada di suatu tempat sementara pada saat yang sama pengemis suci ini sedang tenggelam dalam adorasi di sebuah Gereja (Bilokasi). Santo Benediktus menyembuhkan beberapa rekan pengemis, dan dilaporkan ia pernah membuat mujizat menggandakan roti untuk mereka.
Benediktus wafat pada tahun 1783 dalam usia tiga puluh lima tahun. Kesucian orang kudus ini segera tersebar luas. Perjalanannya telah selesai. Ziarahnya telah berakhir dan kini ia tinggal bersama Yesus dan Bunda Maria untuk selamanya. Biografinya yang ditulis oleh bapa pengakuannya Marconi, memaparkan 136 mujizat penyembuhan yang dikaitkan dengannya hanya dalam waktu tiga bulan setelah kematiannya.
Seabad setelah wafatnya, Benediktus Yoseph Labre dinyatakan kudus oleh Paus Leo XIII pada tahun 1883 dan dinyatakan sebagai Santo Pelindung para Peziarah.
0 comments:
Post a Comment