Hari Minggu Biasa XVIII
warna liturgi Hijau
Bacaan-bacaan:
Pkh. 1:2; 2:21-23; Mzm. 90:3-4,5-6,12-13,14,17; Kol. 3:1-5.9-11; Luk. 12:13-21.
BcO 1Raj. 19:1-21.
Bacaan Injil:
13 Seorang dari orang banyak itu berkata kepada Yesus: "Guru, katakanlah kepada saudaraku supaya ia berbagi warisan dengan aku." 14 Tetapi Yesus berkata kepadanya: "Saudara, siapakah yang telah mengangkat Aku menjadi hakim atau pengantara atas kamu?" 15 Kata-Nya lagi kepada mereka: "Berjaga-jagalah dan waspadalah terhadap segala ketamakan, sebab walaupun seorang berlimpah-limpah hartanya, hidupnya tidaklah tergantung dari pada kekayaannya itu." 16 Kemudian Ia mengatakan kepada mereka suatu perumpamaan, kata-Nya: "Ada seorang kaya, tanahnya berlimpah-limpah hasilnya. 17 Ia bertanya dalam hatinya: Apakah yang harus aku perbuat, sebab aku tidak mempunyai tempat di mana aku dapat menyimpan hasil tanahku. 18 Lalu katanya: Inilah yang akan aku perbuat; aku akan merombak lumbung-lumbungku dan aku akan mendirikan yang lebih besar dan aku akan menyimpan di dalamnya segala gandum dan barang-barangku. 19 Sesudah itu aku akan berkata kepada jiwaku: Jiwaku, ada padamu banyak barang, tertimbun untuk bertahun-tahun lamanya; beristirahatlah, makanlah, minumlah dan bersenang-senanglah! 20 Tetapi firman Allah kepadanya: Hai engkau orang bodoh, pada malam ini juga jiwamu akan diambil dari padamu, dan apa yang telah kausediakan, untuk siapakah itu nanti? 21 Demikianlah jadinya dengan orang yang mengumpulkan harta bagi dirinya sendiri, jikalau ia tidak kaya di hadapan Allah."
Memetik Inspirasi:
Di Jawa sawah-sawah mulai menyempit. Lahan pekarangan orang yang dulunya lebar-lebar pun terbagi kecil-kecil. Entah karena sudah dijual atau karena dibagi-bagi sejumlah keturunannya. Sudah sangat jarang sekali terlihat pekarangan atau pun petak sawah yang luas.
Membagi warisan tampaknya memang sudah menjadi sejarah yang panjang. Orang-orang jaman Yesus pun juga berbagi-bagi warisan. Malah ada yang meminta Yesus menjadi jaksa dan penengahnya.
Saya berpikir mengapa banyak orang kok mengandalkan warisan ya? Mengapa orang tidak berpikir kalau dulu orang tuaku bisa mempunyai warisan segitu, aku bisa seberapa ya? Atau minimal aku mengembangkan warisan orang tuaku. Mungkin baik kok kita mulai berpikir untuk tidak mengandalkan warisan orang tua, tapi berjuang membentuk warisan tersendiri.
Refleksi:
Apa yang aku lakukan dengan warisan orang tuaku?
Doa:
Tuhan semoga kami bukan menjadi orang yang hanya mengandalkan warisan orang tua apalagi menghamburkannya. Semoga bersama dengan-Mu kami bisa mengembangkan warisannya dengan sebaik-baiknya. Amin.
Mengandalkan Warisan?
MoGoeng
Wates
Bagi yg pingin audionya:
spoon.today/cast_568372
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment