Yohanes Eudes,
Ludiviklusm Ezekhiel Moreno, Guerikus, Yohanes Eudes
warna liturgi Hijau
Bacaan-bacaan:
Hak. 2:11-19; Mzm. 106:34-35,36-37,39-40,43ab,44; Mat. 19:16-22.
BcO Ef. 1:15-23.
Bacaan Injil:
16 Ada seorang datang kepada Yesus, dan berkata: "Guru, perbuatan baik apakah yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?" 17 Jawab Yesus: "Apakah sebabnya engkau bertanya kepada-Ku tentang apa yang baik? Hanya Satu yang baik. Tetapi jikalau engkau ingin masuk ke dalam hidup, turutilah segala perintah Allah." 18 Kata orang itu kepada-Nya: "Perintah yang mana?" Kata Yesus: "Jangan membunuh, jangan berzinah, jangan mencuri, jangan mengucapkan saksi dusta, 19 hormatilah ayahmu dan ibumu dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri." 20 Kata orang muda itu kepada-Nya: "Semuanya itu telah kuturuti, apa lagi yang masih kurang?" 21 Kata Yesus kepadanya: "Jikalau engkau hendak sempurna, pergilah, juallah segala milikmu dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di sorga, kemudian datanglah ke mari dan ikutlah Aku." 22 Ketika orang muda itu mendengar perkataan itu, pergilah ia dengan sedih, sebab banyak hartanya.
Memetik Inspirasi:
Perasaan diri sebagai yang paling benar bisa menjadi penghambat hadirnya rahmat yang lain. Mereka yang merasa diri benar biasanya menutup diri atas kebenaran lain. Bahkan kadang kala dirinya salah ia pun tidak akan mau mengakui kesalahannya, apalagi meminta maaf.
Seorang pemuda yang datang kepada Yesus merasa diri sebagai orang yang sudah melakukan perintah Tuhan. 10 perintah Allah pun ia yakini telah dituruti. Ia telah merasa berbuat baik dan hidup baik. Ketika Yesus meminta ia melakukan yang lebih optimal, ia pun mundur. Ia tidak mampu melihat dengan jernih permintaan Yesus karena merasa sudah melakukan yang terbaik.
Jebakan merasa diri sebagai yang terbaik bisa kena pada siapapun. Kita perlu sungguh waspada karena jebakan itu akan membuat kita merasa sebagai yang terhebat dan yang lain keliru dan layak dikritik. Selain itu jebakan itu bisa membuat kita anti kritik bahkan menganggap pembelaan orang lain sebagai serangan. Mari kita sadari bahwa ada banyak kebenaran, kebijakan, kemampuan yang mungkin belum menjadi milik kita.
Refleksi:
Bagaimana anda menerima pendapat orang lain atau pembelaan orang?
Doa:
Tuhan, masih banyak kebenaran, kebijakan dan kemampuan yang belum menjadi milik kami. Semoga pengakuan ini membawa kami terbuka pada segala sesuatu yang layak kami akui kebenarannya. Semoga kami tidak merasa yang paling benar. Amin.
Tak Merasa Paling Benar
MoGoeng
Wates
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment