Santo Yohanes Maria Vianney, Imam
Selasa, 4 Agustus 2020
Matius 15:1-2.10-14
1. Kemudian datanglah beberapa orang Farisi dan ahli Taurat dari Yerusalem kepada Yesus dan berkata: 2 "Mengapa murid-murid-Mu melanggar adat istiadat nenek moyang kita? Mereka tidak membasuh tangan sebelum makan." 10. Lalu Yesus memanggil orang banyak dan berkata kepada mereka: 11 "Dengar dan camkanlah: bukan yang masuk ke dalam mulut yang menajiskan orang, melainkan yang keluar dari mulut, itulah yang menajiskan orang." 12 Maka datanglah murid-murid-Nya dan bertanya kepada-Nya: "Engkau tahu bahwa perkataan-Mu itu telah menjadi batu sandungan bagi orang-orang Farisi?" 13 Jawab Yesus: "Setiap tanaman yang tidak ditanam oleh Bapa-Ku yang di sorga akan dicabut dengan akar-akarnya. 14 Biarkanlah mereka itu. Mereka orang buta yang menuntun orang buta. Jika orang buta menuntun orang buta, pasti keduanya jatuh ke dalam lobang."
Butir-butir Permenungan
- Tampaknya, di dalam hidup beragama yang dipandang pintar adalah yang banyak pengetahuan keagamaan. Dia memiliki banyak pemahaman tentang praktek-praktek umat dalam menghayati agama.
- Tampaknya, ada juga pandangan di dalam hidup beragama bahwa yang dipandang tokoh adalah yang dapat menjaga praktek-praktek yang sudah berurat akar dalam kehidupan umat. Itu adalah adat istiadat yang telah mengokohkan hidup agama.
- Tetapi BISIK LUHUR berkata bahwa, bagi yang biasa bergaul intim dengan kedalaman batin, sekalipun telah berurat akar dan menjadi identitas hidup beragama, segala kebiasaan praktek yang sudah jadi adat keagamaan dapat hilang kalau tidak mengungkapkan lagi nilai ilahi. Dalam yang ilahi karena kemesraannya dengan gema relung hati orang akan setia pada nilai-nilai rohani yang ungkapan keagamaannya akan disesuaikan dengan perkembangan situasi hidup dan budaya setempat.
Ah, praktek keagamaan yang mengubah kebiasaan yang sudah berjalan dari generasi ke generasi adalah kesesatan.
0 comments:
Post a Comment