diambil dari https://ronawajah.wordpress.com/2012/03/19 Posted by sjafri mangkuprawira under Keluarga, Kemanusiaan, mental, Mutu
Secara alami ketika seseorang usianya makin lanjut
maka akan timbul pertanyaan apakah dia akan punya manfaat dalam
kehidupan ini. Sementara kondisi fisik dan mental akan semakin
berkurang. Mengapa demikian? Karena secara empirik ada hubungan usia
dengan produktifitas kerjanya. Semakin lanjut usia semakin tinggi
produktifitas namun ketika sampai usia tertentu produktifitasnya semakin
menurun. Pada usia lanjut akan terjadi berbagai kemunduran pada organ
tubuh seseorang. Kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri ataupun
mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya akan perlahan-lahan
menurun. Pada gilirannya sang manusia lanjut usia (manula) tidak dapat
bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang terjadi. Ketika
itu terjadi kondisi mental yang kerap muncul adalah perilaku pesimis.
Tentunya mereka seharusnya membutuhkan perhatian ekstra baik yang
dilakukan sendiri maupun oleh orang lain seperti keluarganya agar mereka
tetap optimis dalam menjalani hidup dan kehidupan.
Rasa optimis ada hubungannya dengan faktor
intrinsik dan ekstrinsik seorang manula. Faktor intrinsik yang utama
adalah cara pandang tentang hidup dan kehidupan. Semakin luas cara
pandang semakin terdorong untuk tetap berbuat sesuatu bagi kehidupan di
dunia ini. Faktor usia dianggap sebagai sunnatulah atau hukum alam. Dan
disadari tidak ada yang bisa menunda atau memercepat tambahan usia.
Karena itu biasanya manula seperti ini tidak merasa adanya sindroma
pascajabatan ketika memasuki usia pensiun. Yang ada di depannya adalah
apa yang terbaik yang bisa dilakukan agar hidupnya tetap bermanfaat.
Sementara faktor ekstrinsik adalah kondisi
lingkungan. Dalam hal ini adalah faktor peranan lingkungan keluarganya.
Suatu keluarga yang harmonis akan selalu dicirikan dengan kehidupan
interaksi sosial yang nyaman. Sekalipun orangtuanya memasuki usia
pensiun, mereka akan memahami dan selalu mendorong sang manula untuk
hidup rileks dan damai. Untuk itu biasanya sang keluarga semakin
memberikan perhatian yang ekstra, misalnya baik dalam hal makanan maupun
hiburan.
Manusia lanjut usia yang optimis dicirikan
oleh beberapa hal. Yang paling utama adalah adanya rasa syukur atas
nikmat usia yang diberikan Allah. Dia akan selalu bersabar, berikhlas,
dan bersyukur. Dengan demikian usia lanjut bukanlah sebagai fenomena
yang patut dikhawatirkan. Selain itu rasa optimis dicerminkan oleh
pengisian kesibukan sehari-hari. Sesuai dengan sumberdayanya, bisa dalam
bentuk kegiatan mencari nafkah, kegiatan lembaga-lembaga sosial, syiar
kebajikan, menulis, dan ikut memelihara keluarga. Pokoknya tiada hari
tanpa kesibukan. Karena itu manusia lanjut usia yang hidupnya penuh
optimis fisik dan wajahnya selalu tampak segar. Bagi mereka mengisi
kegiatan keseharian apalagi buat orang banyak merupakan bentuk ibadah
yang tak harus lekang dimakan usia.
0 comments:
Post a Comment