Wednesday, December 6, 2017
WISAREK
Di Domus Pacis ada kelompok khusus yang mejadi relawan melayani setiap ada rombongan tamu. Mereka biasa mengurus pengadaan konsumsi dan kebutuhan lain seperti sound system. Kelompok ini juga melayani untuk kepentingan setiap Minggu Pertama Maret hingga November dalam program Novena Ekaristi Seminar. Uang seberapa pun dapat mereka belanjakan untuk snak dan santap makan karena mereka dapat menggunakannya seperti olahan dalam konsumsi keluarga sehari-hari. Model ini ternyata tidak terlalu membebani pengeluaran uang untuk para tamu. Untuk peserta Novena, mereka tidak ditarik beaya khusus dan kalau mau membantu mereka cukup ikut mengisi kolekte waktu misa. Uang kolekte inilah yang menjadi kekuatan pokok untuk pengadaan konsumsi bulan berikutnya. Bagi para tamu rombongan pengunjung khusus untuk rama-rama Domus, kelompok relawan khusus ini biasa mendapatkan pesanan untuk snak dan makan dengan harga yang menurut para tamu murah. Semua ini sungguh mendukung upaya Komunitas Rama Domus Pacis untuk menghadirkan wajah Gereja yang tak terkesan berbeaya mahal apalagi mata duwitan.
Satu hal yang terjadi sejak tahun 2013 adalah rekreasi setahun sekali sesudah menyelesaikan sembilan kali pelaksanaan Novena Domus. Ini dimulai ketika mereka dulu omong-omong dengan Rm. Agoeng. Acara rekreasi dapat terjadi dengan pergi ke tempat ziarah seperti Tengklik dan Mojosongo. Tetapi dapat juga hanya pergi bersama makan di warung atau rumah makan. Tetapi untuk tahun 2017 ini, acara yang terjadi cukup khusus. Dari omong-omong bersama, ketika acara berjalan, yang terjadi disebut WISAREK (Wisata Rekoleksi). Mereka yang ikut ternyata memang harus berurusan secara khusus karena harus meninggalkan beberapa pekerjaan atau tanggungjawab yang biasa dilakukan dan kemudian cari pengganti orang untuk melaksanakan. Ketika ditanya "Arep neng ngendi, ta?" (Kamu akan kemana?), tanpa membuat kesepakatan, banyak dari mereka yang menjawab "Arep rekoleksi" (Akan ikut rekoleksi). Padahal yang akan terjadi adalah pergi ke Kaliurang dan menginap Sabtu-Minggu 25-26 November 2017. Tetapi alasan "Pergi rekoleksi" itu ternyata juga sejalan dengan yang ada dalam benak Rm. Bambang. Rm. Bambang yang akan menyertai memang berpikir "Apa ya sing kudu kelakon supaya ana bobot rohanine?" (Apa yang harus terjadi agar ada bobot religiusitasnya?).
Penginapan yang ditempati adalah Hotel Wijaya 1. Hotel ini milik Bu Budi teman dekat Bu Rini. Maka ada pembicaraan khusus yang dilakukan oleh Bu Rini sehingga ada harga khusus untuk akomodasi dan komsumsi. Yang ikut adalah Bu Tatik Santo, Bu Sri Suharti, Bu Yanti Wardi, Bu Dini, Bu Madi, Bu Mardanu, Bu Mumun, Bu Rini, pasangan Mas Handoko-Mbak Sri dan ketiga anaknya (Anin, Reta, dan Ivan), dan Rm. Bambang. Setiba di penginapan, acara terisi dengan omong-omong sana-sini disertai kelakar bermacam-macam. Tetapi acara yang santai dan enteng itu ternyata membuat satu sama lain saling memperdalam pengenalan karena secara spontan saling berceritera tentang keluarga, kesibukan sekarang, dan bahkan latar belakang dan pengalaman-pengalaman masa lalu masing-masing. Tiba-tiba, ketika makan malam sedang berlangsung, Bu Sri Suharto mengalami muntah-muntah. Maka seusai makan semua, kecuali Rm. Bambang, mengantarnya periksa di RS Panti Nugroho, Pakem.
Pada pagi, 26 November 2017, acara dibuka dengan Misa. Bacaan Hari Raya Kristus Raja menjadi renungan khusus dalam bagian homili. Di sini terjadi sharing dari para peserta. Kemudian Rm. Bambang mengangkat pokok-pokok yang disharingkan untuk memperdalam cakrawala semakin mengikuti Tuhan Yesus Kristus dalam perkembangan situasi hidup dan budaya. Ternyata makan pagi pun menjadi ajang keakraban. Apalagi dengan kondisi Bu Sri Suharti yang sudah segar sehingga kerap menjadi bahan ejek mengejek. Sesudah makan pagi para peserta, yang diangkut dengan dua mobil sejak berangkat hari Sabtu, pergi ke dua tempat. Yang pertama ke Tlogi Putri. Rm. Bambang ditemani oleh Mas Handoko memang selalu menanti di dalam mobil. Lokasi wisata kedua yang dikunjungi adalah Gardu Pandang. Dengan kedua lokasi itu ternyata mereka mendapatkan keceriaan bukan main. Hal ini tampak dari suasana pembicaraan yang selalu menimbulkan canda tawa. Pada sekitar jam 11.30 semua kembali ke penginapan. Snak pun langsung disantap dan tak berapa lama disusul dengan santap siang. Ketika pulang masing-masing dari para peserta membawa oleh-oleh jadah tempe untuk orang-orang serumah. Bahkan Bu Titik Untung dan Bu Ninik Naryo, yang tidak ikut, juga mendapatkan bagian. Mereka berdua juga menjadi relawan khusus untuk kebutuhan-kebutuhan lain di Domus Pacis.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment