Pada suatu hari saya mengalami diare berupa air
berkali-kali dan kemudian disusul muntah-muntah juga berkali-kali. Saya yakin
pasti lebih dari tiga puluh kali karena ketika dibawa ke rumah sakit ingatan
saya hanya sampai masuk mobil pada sekitar jam 06.30. Sesudah itu saya tak
ingat apa-apa dan baru mulai sadar sedikit dan belum bisa berbicara pada
sekitar jam 12.00. Dan pada sekitar jam 15.00 saya masuk kamar opname.
Kebetulan pada malam hari salah satu orang serumah juga masuk opname di kamar
depan kamar saya. Dia juga diare tetapi tidak seberat saya. Meskipun demikian,
kalau saya hanya dua malam menjalani rawat inap, dia harus berada di rumah
sakit lebih dari sepuluh hari. Maklumlah, kondisi yang mulai pikun membuatnya
tidak dapat menata dan melayani diri.
Tetapi yang membuat saya terkesan atas peristiwa
opname itu bukanlah karena ada pengalaman di rumah sakit. Yang membuat saya
sungguh terkesan adalah terjadinya kehebohan dalam Face Book (FB). Di situ ada
situs yang memberitakan bahwa terjadi keracunan di rumah tua yang dihuni oleh para
rama lansia. Situs itu mendapatkan banyak komentar dan ucapan “Semoga lekas
sehat”. Beberapa umat penyedia masakan datang menjenguk saya dan bingung
bertanya menu apa yang membuat keracunan. Saya hanya menjawab “Kalau ada
masakan yang membuat keracunan seharusnya mayoritas orang serumah yang
berjumlah tujuh belas orang juga kena. Bukankah yang diare hanya dua
orang?” Dari sini kemudian ada komentar
yang menjelaskan bahwa berita keracukan itu tidak benar. Namun demikian
komentar duka cita karena keracunan menang mutlak karena situs itu sudah di-share
oleh beberapa orang.
Pada suatu hari saya berada di tengah umat yang sedang
mengadakan pesta ulang tahun Lingkungannya. Salah satu tokoh mendekati saya dan
berkata “Sehat, rama? Sudah bebas dari keracunan, ta?” Saya tertawa dan
menjawab “Penulis FB pertama tentang keracunan kamu, kan?” Dia dengan bangga
bilang “Saya kan peduli dengan para rama lansia”. Dan saya sambung “Sebenarnya
itu berita hoax. Tak ada keracunan. Kalau ada keracunan yang kena bukan hanya
dua orang”. Tampaknya dia menyesal dan berkata “Mengapa rama tidak meralat?
Rama kan rajin membuat berita rumah tua di FB”. Saya pun tersenyum dan
menenangkan dia dengan kata-kata “Tenang saja. Hoax yang tak sengaja kamu buat
itu telah menjadi karunia ilahi”. Dia terbengong-bengong dan muncul kata
“Maksudnya?” yang langsung saya sergap dengan kata-kata “Dengan hoax itu,
temanku yang amat jarang mendapatkan kunjungan mengalami banyak kunjungan dan
bahkan oleh-oleh”.
0 comments:
Post a Comment