Dr. Tjin Willy bilang bahwa disorientasi “terjadi akibat penurunan
kesadaran seseorang yang ditandai dengan ketidakmampuan orang tersebut untuk
merespons terhadap lingkungan sekitar” (https://www.alodokter.com). Orang yang mengalami hal ini dapat tak mengenal
keadaan sekitar seperti orang, benda, waktu dan tempatnya. Dokter itu
menunjukkan deretan penyebab terjadinya disorientasi: stroke,
epilepsi, radang otak atau infeksi organ lainnya, demensia, penyakit alzheimer,
gagal ginjal, gagal hati,
penyakit jantung (misalnya gangguan irama jantung dan gagal jantung), penyakit
paru-paru, gangguan hormon tiroid, gangguan elektrolit.
Ketika memperhatikan tulisan dr. Tjin Willy,
saya teringat teman serumah. Kami terdiri dari beberapa orang lansia yang
tinggal di salah satu rumah tua. Salah satu teman tampaknya mengalami
disorientasi waktu. Pada sore hari dia dapat ribut bertanya apakah koran hari
itu sudah datang. “Tadi sudah dibaca, kan?” kata karyawan yang dijawabnya “Itu
koran kemarin. Yang pagi ini belum datang.” Beberapa teman tertawa karena saat
itu adalah sore hari. Setiap sore para penghuni kumpul doa bersama. Pada suatu
ketika dia berkata “Mengapa bacaannya beda dengan yang ada pada buku saya?”
Salah seorang teman melihat yang dia baca. Dia membuka halaman hari Rabu. Pada
saat itu hari Senin.
Yang saya tahu teman itu tidak mengalami stroke, epilepsi, demensia, alzheimer, gagal
ginjal, gagal hati, dan paru-paru. Apakah ada gangguan hormon atau elektrolit
atau radang otak? Iseng-iseng, ketika bersama saat makan, saya tanya “Mengapa
kamu sering mengalami disorientasi waktu? Sore kamu kira pagi. Tengah malam
kamu kira saat makan sore. Senin, Selasa, dan Rabu, kamu sering keliru.”
Ternyata dia menjawab dengan mantap “Soale
aku saiki wis ora mulang” (Sebab kini aku sudah tidak mengajar). “Oooo,
karena sudah tak punya jadual rutin” teman lain berkomentar.
Pada suatu ketika dia meminta agar ada papan
tulis untuk menata jadual memimpin doa bersama. Kemudian dia menulis hari-hari
berikut nama-nama siapa yang bertugas. Tetapi yang terjadi beda dengan yang
tertulis. Dia sering langsung memimpin pada hal hari itu adalah jadual orang
lain. Atau .... pada hari tugasnya, dia diam saja atau tidak datang. “Jaréné nèk ana jadual rutin ora bingung”
(Katanya kalau ada jadual rutin tidak akan mengalami kebingungan) komentar
salah satu teman. Dalam hal ini saya harus memberi penjelasan “Itu kalau dia mendapat jadual rutin. Tetapi bukan
kalau dia yang membuat jadual”.
0 comments:
Post a Comment