Pada Jumat 21 Februari 2020 Rama Kardinal Ignatius
Suharyo, Uskup Agung Jakarta, mengunjungi Wisma Domus Pacis Puren, rumah untuk
para rama praja tua Keuskupan Agung Semarang, dimana kami tinggal.
Kadang-kadang beliau memang mampir apabila sedang ada acara di Yogyakarta.
Sebelum menjadi Uskup Jakarta beliau adalah Uskup Keuskupan Agung Jakarta.
Dengan demikian tidak mengherankan kalau beliau cukup dekat dengan para rama lansia
yang ada Domus Pacis Puren termasuk saya. Barangkali Wisma Domus Pacis Puren
termasuk yang membekas di hati Rama Kardinal. Wisma ini dibangun atas dasar
kebijakan beliau untuk menyediakan tempat khusus bagi para rama yang sudah
tidak menjalani dinas resmi.
Dalam kunjungan itu Rama Kardinal Haryo mengunjungi
para rama di kamar masing-masing. Saya ikut menyertai di empat kamar. Ketika
sampai di salah satu rama yang berbicaranya masih lancar dan banyak ceritera,
Rama Kardinal dapat mendengarkan apa yang kini masih dapat diperbuat. Dan
ketika sampai pada omongan tentang kehidupan Domus yang banyak dihidupkan oleh
banyak umat yang jadi relawan, saya nyeletuk “Nanging benjang September kula sadaya sampun pindah Kentungan”
(Tetapi besok September kami sudah pindah ke Kentungan). Kata-kata itu saya
dasarkan pada informasi sekilas ketika mengikuti Misa Pemberkatan Jenasah Rm.
G. Utomo,Pr. pada 17 Februari 2020. Di situ dikatakan bahwa rumah untuk para
rama tua yang sedang dibangun di Kentungan akan diresmikan pada 1 Oktober 2020.
Maka dalam pikiran saya kami harus sudah masuk pada September 2020.
“Nanging
kamar-kamaripun wiyar mriki” (Tetapi kamar-kamar untuk rama luas di sini)
kata saya yang disambung dengan pertanyaan dari Rama Kardinal “Mriki pinten, ta?” (Di sini ada
berapa?). Saya menjawab “Mriki 6X6,
tigang dasa enem meter persegi. Benjang ing Kentungan 5X5, selangkung meter
persegi. Suda 11 meter persegi” (Di sini 6 kali 6 atau 36M2. Besok di
Kentungan 5 kali 5 atau 25M2. Berkurang 11M2). Ternyata rama yang dikunjungi di
kamar itu berkomentar “Nggih idhep-idhep
cecawis pengirangan tigalikur meter persegi” (Yah, itu sekalian membangun
kesiagaan diri untuk pengurangan 23M2). “Kok
nganten?” (Mengapa begitu?) sergah Rama Kardinal yang dijawabnya “Kan masih harus pindah ke jatah 2X1”.
Rama Kardinal tertawa mungkin terbayang area seberang depan bangunan tempat
banyak nisan para rama.
0 comments:
Post a Comment