diambil dari katakombe.org/para-kudus Hits: 3933 Diterbitkan: 02 Juni 2014 Diperbaharui: 11 Februari 2017
- Perayaan11 Februari
- LahirTahun 669
- Kota asalRoma - Italia
- Wafat11 Februari 731 di Roma, Italy - Oleh sebab alamiah
- KanonisasiPre-Congregation
Santo Paus Gregorius II adalah paus kita yang ke-89. Ia lahir di kota Roma pada tahun 669 dalam sebuah keluarga bangsawan. Ayahnya bernama Marcellus dan ibunya adalah Honesta. Dalam usia muda, Gregorius sudah terlibat dalam berbagai urusan Gereja. Selama masa kepausan Paus Sergius I (687-701), Ia bekerja dalam istana kepausan sebagai sacellarius (bendahara) Kepausan. Kemudian ia ditempatkan sebagai kepala perpustakaan kepausan. Ia adalah pustakawan pertama di Tahkta Suci.
Pada masa kepausan Paus Konstantinus (708-715), Gregorius diangkat menjadi sekretaris kepausan. Dan setelah kematian Paus Konstantinus pada tanggal 9 April 715, Gregorius terpilih menjadi paus, dan ditahbiskan pada tanggal 19 Mei 715.
Paus Gregorius II melakukan banyak hal luar biasa dalam memajukan misi gereja. Pada tahun 716, atas permintaan dari raja Theodorus, Paus Gregorius II mengirimkan sebuah delegasi misionaris ke Bavaria untuk menyebarkan iman Kristiani, membangun gereja dan mendirikan keuskupan di wilayah tersebut. Misi ini sangat sukses hingga dalam beberapa tahun kemudian Paus Gregorius II menunjuk Santo Corbinianus; seorang suci yang telah bertapa selama belasan tahun untuk menjadi Uskup di Keuskupan Agung Freising Bavaria. Awalnya Corbinianus menolak dan tidak mau meninggalkan pertapaannya karena telah terikat dengan kaul hidup monastik; namun melalui sebuah sinode, bapa suci berhasil meyakinkan Corbinianus untuk meninggalkan pertapaannya dan berangkat memenuhi panggilan barunya sebagai Uskup Agung Bavaria.
Kemudian Pada tahun 719, Paus Gregorius II mengutus Santo Bonafisius untuk mempertobatkan suku-suku di Jerman yang masih kafir. Santo Bonifasius berhasil dengan gemilang dalam misi tersebut hingga di tahun 722 Paus Gregorius mentabhiskannya menjadi Uskup pertama bagi bangsa Jerman. Kepada Uskup Bonafasius, bapa suci Gregorius II memberikan sepucuk surat rekomendasi untuk diserahkan kepada Raja Charles Martel, seorang Raja Katolik Prancis yang saat itu menjadi penguasa atas suku-suku Jerman. Karena permohonan Paus ini, Raja Charles memberikan jaminan perlindungan kepada sang Uskup dalam karyanya mempertobatkan suku-suku Jerman itu.
Meskipun ada banyak keberhasilan dalam kepemimpinannya sebagai Paus, Gregorius pun tidak luput dari berbagai tantangan. Kekuatan kaum Lombardia bangkit lagi dan menguasai Hongaria, Austria hingga Italia Utara. Hubungan baik antara Paus Gregorius dengan Liutprand, Raja Lombardia menjadi retak bahkan terputus ketika Liutprand memulai kampanye militernya untuk menguasai Italia. Ketika kota Cumae di wilayah Naples jatuh ke tangan bangsa Lombardia, Paus memberikan bantuan finansial kepada Duke Yohanes I dari Naples untuk dapat bangkit melawan Raja Lombardia Liutprand. Dengan bantuan dari Takhta Suci ini akhirnya Duke Yohanes I berhasil menghalau kaum Lombardia keluar dari Cumae.
Di tahun 725 orang-orang Lombardia kembali melancarkan kampanye militer untuk menguasai Italia utara. Mereka sempat berhasil menduduki kota Ravenna. Tetapi berkat bantuan Paus Gregorius II dan orang-orang Venesia, Kaisar dan bala tentaranya berhasil mengusir orang-orang Lombardia itu dari kota Ravenna.
Selain masalah dari luar, Paus Gregorius juga di hadapkan pada masalah internal Gereja yang pelik akibat konflik ICONOCLASM. Konflik ini sudah dimulai sejak awal abad kedelapan oleh hasutan orang muslim dari kalifah Ummayah di Damaskus. Kalifah ini pada tahun 722 mengeluarkan suatu peraturan yang melarang penghormatan gambar-gambar kudus di dalam gereja-gereja yang berada di wilayah yang telah ditaklukannya. Akibat peraturan ini, banyak gambar kudus dalam gereja-gereja yang dirusak; baik oleh orang-orang Islam maupun orang-orang Kristen sendiri.
Gerakan pengrusakan gambar-gambar kudus di dalam Gereja ini semakin meluas setelah didukung oleh Kaisar Romawi Timur, Leo III, dengan dekrit yang dikeluarkannya pada tahun 726. Paus Gregorius kemudian dengan gigih menentang dekrit ini. Bapa suci Gregorius II mengeluarkan suatu intruksi yang dengan tegas menentang dekrit tersebut. Akibatnya Kaisar Leo III menjadi gusar dan menyusun suatu rencana pembunuhan atas diri Paus Gregorius. Tetapi rencana ini gagal total karena tidak seorang pun di Italia yang bersedia melakukan pembunuhan pada paus. Orang-orang di Italia malah semakin mendukung Paus dan melancarkan perlawanan terhadap Kaisar di Konstantinopel.
Melalui sepucuk surat kepada Kaisar Leo III, Paus menerangkan tentang posisi Gereja dan tradisinya dalam hal penghormatan kepada gambar-gambar kudus. Ia pun mendesak Kaisar Leo III agar segera mencabut kembali dekrit itu sambil menegaskan agar hendaknya kaisar tidak lagi mencampuri urusan-urusan internal Gereja. Masalah gereja adalah urusan para pemimpin Gereja dan Kaisar sebaiknya memusatkan perhatiannya pada urusan-urusan kenegaraan saja. Kaisar Leo III, yang merasa mempunyai kekuasaan mutlak atas wilayah kekaisarannya, menolak mengikuti keinginan Paus. Karena itu, sekali lagi Paus menyurati Kaisar dan kembali menegaskan pandangan-pandangannya serta melarang kaisar untuk tetap ikut mencampuri urusan-urusan Gereja. Surat kedua yang dikirimkan kepada Kaisar itu ditutupnya dengan sebuah untaian doa bagi pertobatan Kiasar Leo III.
Ada juga sebuah legenda menarik tentang Paus Gregorius II dalam kisah kemenangan pasukan Kristen atas pasukan muslim dalam Pertempuran di Toulouse (721). Menurut catatan dalam Liber Pontificalis, pada tahun 720 Paus Gregorius mengirimkan "tiga keranjang roti" yang telah diberkati kepada raja Eudes Agung (Odo The Great), pemimpin pasukan Kristen. Sebelum pertempuran dimulai, Eudes membagikan porsi kecil dari roti-roti tersebut kepada pasukannya. Pasukan Kristen kemudian memenangkan pertempuran ini. Setelah itu dilaporkan bahwa tidak ada seorangpun dari anggota pasukan yang telah makan roti tersebut menjadi terluka atau terbunuh dalam pertempuran.
Paus Gregorius tutup usia pada tanggal 11 Februari 731, dan dimakamkan di Basilika Santo Petrus. Pestanya dirayakan pada setiap tanggal 11 Februari.
0 comments:
Post a Comment