Sirilius dari Alexandria,
Tomas darri Orvieto
warna liturgi Hijau
Bacaan-bacaan:
Kej. 16:1-12,15-16; Mzm. 106:1-2,3-4a,4b-5; Mat. 7:21-29.
BcO 1Sam. 2:22-36.
Bacaan Injil:
21 Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga. 22 Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi nama-Mu, dan mengusir setan demi nama-Mu, dan mengadakan banyak mujizat demi nama-Mu juga? 23 Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!" 24 "Setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan melakukannya, ia sama dengan orang yang bijaksana, yang mendirikan rumahnya di atas batu. 25 Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, tetapi rumah itu tidak rubuh sebab didirikan di atas batu. 26 Tetapi setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan tidak melakukannya, ia sama dengan orang yang bodoh, yang mendirikan rumahnya di atas pasir. 27 Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, sehingga rubuhlah rumah itu dan hebatlah kerusakannya." 28 Dan setelah Yesus mengakhiri perkataan ini, takjublah orang banyak itu mendengar pengajaran-Nya, 29 sebab Ia mengajar mereka sebagai orang yang berkuasa, tidak seperti ahli-ahli Taurat mereka.
Memetik Inspirasi:
Suatu kali ada orang yang menceritakan pengalaman hidupnya. Tutur katanya terdengar sangat dalam. Orang-orang yang mendengarkannya pun diam terpukau. Tampak mereka begitu terpesona dengan kisahnya. Apa yang dia katakan terasa hidup bagi para pendengarnya karena ia melakukan apa yang dikatakan.
Kata yang berangkat dari pengalaman akan menggetarkan mereka yang mendengar. Tidak cukup orang hanya berkata, namun katanya mesti terwujud dalam tindakannya. Orang pun terpesona dengan sabda Yesus. Kata-kata Yesus bukanlah sebuah bualan. Kata itu muncul dari pengalaman yang telah dilakukannya. Maka kata-katanya mengandung kuasa. “Dan setelah Yesus mengakhiri perkataan ini, takjublah orang banyak itu mendengar pengajaran-Nya, sebab Ia mengajar mereka sebagai orang yang berkuasa” (Mat 7: 28-29).
Mungkin di antara kita ada yang pandai berkata-kata. Keahlian ini tentu sangat berguna. Namun kata itu akan berdaya kuat kalau merupakan ungkapan pengalaman hidup kita. Kesaksian yang jujur akan menggerakkan mereka yang mendengarkan. Kita semua punya pengalaman. Kita juga mampu berkata. Maka mari kita katakan pengalaman kita agar bermakna dan menghadirkan kuasa atas hidup.
Refleksi:
Bagaimana kata-kata yang kaukatakan, apakah ada dayanya?
Doa:
Tuhan sabda-Mu sungguh menghadirkan kuasamu. Semoga kami yang mampu berkata dan menpunyai pengalaman bisa merangkai kalimat yang berdaya. Amin.
Kata berdaya.
MoGoeng
Wates
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment