Selasa,
22 Agustus 2017
Matius 19:23-30
19:23. Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: "Aku
berkata kepadamu, sesungguhnya sukar sekali bagi seorang kaya untuk masuk ke
dalam Kerajaan Sorga.
19:24 Sekali lagi Aku berkata kepadamu, lebih mudah
seekor unta masuk melalui lobang jarum dari pada seorang kaya masuk ke dalam
Kerajaan Allah."
19:25 Ketika murid-murid mendengar itu, sangat
gemparlah mereka dan berkata: "Jika demikian, siapakah yang dapat
diselamatkan?"
19:26 Yesus memandang mereka dan berkata: "Bagi
manusia hal ini tidak mungkin, tetapi bagi Allah segala sesuatu mungkin."
19:27 Lalu Petrus menjawab dan berkata kepada Yesus:
"Kami ini telah meninggalkan segala sesuatu dan mengikut Engkau; jadi
apakah yang akan kami peroleh?"
19:28 Kata Yesus kepada mereka: "Aku berkata
kepadamu, sesungguhnya pada waktu penciptaan kembali, apabila Anak Manusia
bersemayam di takhta kemuliaan-Nya, kamu, yang telah mengikut Aku, akan duduk
juga di atas dua belas takhta untuk menghakimi kedua belas suku Israel.
19:29 Dan setiap orang yang karena nama-Ku
meninggalkan rumahnya, saudaranya laki-laki atau saudaranya perempuan, bapa
atau ibunya, anak-anak atau ladangnya, akan menerima kembali seratus kali lipat
dan akan memperoleh hidup yang kekal.
19:30 Tetapi banyak orang yang terdahulu akan menjadi
yang terakhir, dan yang terakhir akan menjadi yang terdahulu."
Butir-butir Permenungan
- Tampaknya, banyak yang yakin bahwa keluarga adalah harta yang paling berharga. Bahkan keluarga pun diyakini menjadi basis kehidupan.
- Tampaknya, untuk menghayati hidup keluarga dengan sejahtera orang harus berjuang mendapatkan kebutuhan dasar. Ada yang memandang kalau sudah mampu memiliki rumah sendiri, ini berarti keluarga sungguh sudah menjadi rumah tangga.
- Tetapi BISIK LUHUR berkata bahwa, bagi yang biasa bergaul intim dengan kedalaman batin, semegah apapun rumah dimiliki dan serukun apapun keluarga dihayati, kalau tidak hati-hati itu semua akan menjadi jeratan hidup yang memperbudak orang pada yang hanya lahiriah duniawi, karena kehidupan sejati terletak pada sikap tidak lekat pada harta bahkan keluarga dan sanak saudara yang justru menghadirkan kelimpahan jumlah saudara bahkan kesejahteraan. Dalam yang ilahi karena kemesraannya dengan gema relung hati orang akan tidak ada dalam kesendirian dan terjamin kesejahteraannya sekalipun sendiri tanpa sanak saudara.
Ah, tanpa keluarga hidup akan sungguh sepi.
0 comments:
Post a Comment