Thursday, August 17, 2017
Menengok Ayah Rm. Agoeng
"Kala wingi sadaya sami ngedab. Bapak menggeh-menggeh lan sampun mboten saget sambung. Kesupen kaliyan sadaya" (Kemarin kami semua merasa amat khawatir. Napas bapak tersengal-sengal. Beliau sudah tak dapat sambung dengan semua. Lupa pada kami) kata Mas Tri, kakak Rm. Agoeng, pada Minggu 13 Agustus 2017 sekitar jam 11.10 di RS Cakra Husada, Klaten. "Niki sinten, pak?" (Siapa ini, pak) tanya istri Mas Tri kepada Pak Tukiman, ayah Rm. Agoeng yang terbaring di ruang Wijaya rumah sakit itu. Ketika Pak Tukiman menjawab "Rama Bambang" Bu Tukiman langsung menyahut "Sakmenika sampun kemutan lan mboten menggeh-menggeh" (Sekarang sudah dapat mengingat dan tidak lagi tersengal-sengal).
Menanggapi ceritera itu Rm. Bambang berkata "Kala wau kula sakmobil nggih sempat ngedab. Rikala mlebet Kampung Blateran lan dumugi mergi lurus tumuju nggriya, sadaya kaget amargi nyipati wonten tendha dipun pasang ing ngajeng nggriya" (Tadi kami semobil juga sempat terkejut penuh kekhawatiran. Ketika masuk Kampung Blateran dan sampai jalan lurus langsung ke rumah, kami semua kaget karena melihat ada tenda dipasang di depan rumah). Mendengar kata-kata Rm. Bambang, semua tertawa karena itu berarti Rm. Bambang mengira ada peristiwa kematian. Ternyata di depan rumah Pak Tukiman sedang ada lomba tujuh belasan Agustus untuk anak-anak. Pada hari itu Rm. Bambang diantar oleh Mas Handoko, Mbak Sri dan Bu Rini pergi ke Klaten untuk menengok Pak Tukiman yang sedang sakit. Rombongan Rm. Bambang sempat menuju rumah beliau untuk bertanya Pak Tukiman opname di mana. Di RS Cakra Husada beliau ditemani oleh Bu Tukiman dan mas Tri beserta istri. "Rama Agoeng nembe teler" (Rm. Agoeng sedang flu berat) kata Mas Tri.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment