Rabu, 1 November 2017
Matius 5:1-12a
5:1.
Ketika Yesus melihat orang banyak itu, naiklah Ia ke atas bukit dan setelah Ia
duduk, datanglah murid-murid-Nya kepada-Nya.
5:2
Maka Yesuspun mulai berbicara dan mengajar mereka, kata-Nya:
5:3.
"Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang
empunya Kerajaan Sorga.
5:4
Berbahagialah orang yang berdukacita, karena mereka akan dihibur.
5:5
Berbahagialah orang yang lemah lembut, karena mereka akan memiliki bumi.
5:6
Berbahagialah orang yang lapar dan haus akan kebenaran, karena mereka akan
dipuaskan.
5:7
Berbahagialah orang yang murah hatinya, karena mereka akan beroleh kemurahan.
5:8
Berbahagialah orang yang suci hatinya, karena mereka akan melihat Allah.
5:9
Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak
Allah.
5:10
Berbahagialah orang yang dianiaya oleh sebab kebenaran, karena merekalah yang
empunya Kerajaan Sorga.
5:11
Berbahagialah kamu, jika karena Aku kamu dicela dan dianiaya dan kepadamu
difitnahkan segala yang jahat.
5:12 Bersukacita dan bergembiralah,
karena upahmu besar di sorga,
Butir-butir Permenungan
- Tampaknya, tak ada seorangpun yang tak ingin bahagia. Orang biasa merindukan kebahagiaan sebagai keadaan tanpa penderitaan.
- Tampaknya, dengan mendapatkan kebahagiaan orang berada dalam kondisi terpenuhi segala yang diinginkan. Orang Jawa menyebut tata tentrem karta raharja yang katanya bermakna “suatu keadaan wilayah yang tertib, tentram, serta sejahtera dan berkecukupan segala sesuatunya” (lihat http://artikatadari.blogspot.co.id/2017/03).
- Tetapi BISIK LUHUR berkata bahwa, bagi yang biasa bergaul intim dengan kedalaman batin, sekalipun mengalami hidup tanpa tantangan dan ancaman serta segala kebutuhan dan keinginan tercukupi, orang belum tentu sungguh mengalami kebahagiaan yang sejatinya merupakan buah kesatuannya dengan yang ilahi yang di tengah kehidupan kongkret biasa dihayati dalam jalan susah derita. Dalam yang ilahi karena kemesraannya dengan gema relung hati orang menghayati segala susah derita penuh pengorbanan justru sebagai jalan raya hidup bahagia sebagai tanda kekudusan.
Ah, hanya orang tak waras yang tak menyingkiri
ancaman.
0 comments:
Post a Comment