Tuesday, October 31, 2017
Ternyata Ada Rumah Untuk Rama Tua
"Rama, pripun nek tempat makan kaya wau dalu niku didadekke tradisi?" (Rama, bagaimana kalau penempatan acara makan seperti tadi malam dijadikan kebiasaan?) tanya Mas Handoko, salah satu relawan Domus Pacis, kepada Rm. Bambang pada Minggu 29 Oktober 2017. Menanggapi pertanyaan itu Rm. Bambang berkata "Sing ngatur Bu Ninik kok. Jan-jane maune arep diseting neng njero. Aku terus njaluk tulung Bu Ninik supaya nunggoni le tata-tata amarga sing arep melu misa satus rongpuluhan" (Yang mengatur Bu Ninik. Sebetulnya semula akan ditata di dalam. Kemudian aku minta tolong Bu Ninik agar menunggu sebab yang akan menjadi peserta misa berjumlah 120an). "Wah, Bu Ninik nika pancen tegas lan pinter ngrembugi wong" (Bu Ninik memang tegas dan pandai untuk berembug dengan orang lain) sahut Mas Handoko.
Pembicaraan itu terjadi berkaitan dengan peristiwa malam sebelumnya, Sabtu 28 Oktober 2017. Keluarga Bapak Moses, salah satu anggota relawan masak untuk Domus Pacis, mengadakan peringatan seribu hari wafat ibu Pak Moses. Keluarga ini meminjam kapel Domus. Sejauh ditangkap oleh Rm. Bambang, pada mulanya dikatakan bahwa yang akan menjadi peseserta berjumlah sekitar 30-40an orang. Tetapi beberapa hari sebelum pelaksanaan Rm. Bambang mendapat informasi bahwa yang akan datang berjumlah 120an orang. "Yang tua-tua biar ada di dalam kapel, dan yang lain duduk dengan kursi diluar sekitar kapel" kata Pak Moses kepada Rm. Bambang. Karena yang menjadi penghubung adalah Bu Ninik, yang bersama suaminya juga menjadi relawan Domus, Rm. Bambang selalu menginformasikan segalanya kepada beliau.
Semua rama Domus Pacis tentu termasuk yang mendapatkan undangan Misa Peringatan Arwah malam itu yang dipimpin oleh Rm. Hadiyanto, pastor Paroki Pringwulung yang juga mendapatkan SK Keuskupan menjadi misnister Domus Pacis. Acara yang tertera dalam undangan menunjukkan bahwa jam 18.30 ada doa rosario dan baru pada jam 19.00 misa dimulai. Karena biasa makan malam pada jam 18.30, Rm. Bambang mengumumkan kepada para rama Domus bahwa makan malam untuk saat itu disediakan pada jam 18.00. Tetapi para rama yang ikut misa pada malam itu hanyalah Rm. Harto, Rm. Ria, Rm. Tri Hartono, dan Rm. Gito yang kini tinggal di pastoran Pringwulung. Rm. Kardi sudah ikut misa Sabtu pagi. Rm. Tri Wahyono karena kondisinya biasa berada di dalam kamar. Sedang Rm. Wito, Rm. Yadi, dan Rm. Bambang pergi pelayanan luar.
Ketika pulang pada jam 22.00, Rm. Bambang masih menjumpai Bu Ninik dan Pak Naryo, suaminya, serta Mas Handoko yang masih menunggu beberapa orang yang bersih-bersih. Bapak dan Ibu Moses pun juga masih ada. Mas Handoko dan Bu Ninik berceritera tentang Domus yang penuh orang. Selain yang duduk di kapel, para umat dari Lingkungan Maria Karmel Kolombo, tempat tinggal Keluarga Moses, banyak berdatangan. Kursi ditata dari samping selatan kapel, ke barat, dan terus ke utara hingga depan kamar makan Domus. Karena ada tiga rumah komunitas suster, banyak suster ikut datang bahkan menjadi anggota kor. Acara makan sesudah misa ditata di ruang serbaguna sebelah utara bangunan induk Domus. Katanya kursi ditata berhadap-hadapan bagus sekali. Semua yang dijumpai oleh Rm. Bambang tampak ceria dan Bapak Ibu Moses berkali-kali mengucapkan terima kasih. Dari semua yang terdengar oleh Rm. Bambang, ada kata-kata Bu Ninik kepada Pak Naryo, Mas Handoko, dan Rm. Bambang yang membuat tertawa "Tadi ada suster yang heran dan berkata 'Ternyata di sini ada rumah untuk para rama tua, ta?'", karena katanya suster itu telah berada di Paroki Pringwulung lebih dari enam bulan.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment