Setiap murid Kristus mendapatkan amanat Tuhan “Pergilah ke
seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk. “ (Mrk16:15) Kalau
dipadukan dengan dokumen Tentang Gereja
Dalam Dunia Modern (band GS 1),
amanat itu dapat menjadi nyanyian sebagai berikut :
1 = D 4/4
Bersemangat
____ ____
____
____ ____ ____
g | 1 . g 1 g 1 3 |
5 .
.
5 | 6
. 5 6 5 6 5 |
3 .
0
Per- gi
- lah ke slu-ruh du- nia war- ta
- kan ka-bar gembi - ra.
____
____ ____ ____ ____
____
g | 1 . g 1 g 1 3 |
5 .
.
5 | 6
. 5 3 5 3 2 |
1 .
0 ?
War-ta -
kan ka-bar gembi - ra
ke - pa - da
se - ga-la bangsa..
SELESAI
____ ____
____
____ ____ ____
0 | 3 . 3 2 3 2 1 | 3
. . 0 |
3 . 3 2 3 2 1 |
2 . . 0 |
Ki - ta tlah mene – ri-ma war -
ta ke – se- la-matan.
____ ____
____
____ ____ ____
0 | 3 . 3 2 3 2 1 | 3
. . 0 |
3 . 5 3 5 3 2 |
1 . . 0 ?
Un - tuk di - sampaikan ba
- gi se-mu - a o-rang.
Kembali sampai SELESAI
Dunia
Kita
Mewartakan kabar gembira ke seluruh
dunia tidak begitu saja sama dengan pergi ke berbagai negara dan bangsa. Kata
orang ahli ilmu misi ini adalah dunia dimana kita berpijak. Bagi saya ini juga
berarti kehidupan kongkret kita. Yang paling kongkret melekat dalam diri kita
adalah masa hidup sebagai kaum lanjut usia. Sebagai orang yang mau sungguh ikut
Tuhan Yesus Kristus kita dipanggil untuk selalu mengolah dan mengembangkan
keceriaan batin serta berjuang ikut mengembangkan iklim kegembiraan relung hati
siapapun yang kita jumpai.
Bersahabat
adalah Sikap Dasar
Pewartaan iman akan terjadi kalau kita
menjalani yang dikatakan oleh Tuhan “ajarlah mereka melakukan segala sesuatu
yang telah Kuperintahkan kepadamu.” (Mat 28:20) Perintah Yesus tak lain dan tak
bukan adalah seperti yang difirmankan-Nya “supaya kamu saling mengasihi,
seperti Aku telah mengasihi kamu.” (Yoh 15:12) Dan bagi Kristus “Tidak ada
kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk
sahabat-sahabatnya.” (Yoh 15:13)
Sekalipun
ada istilah “ajarlah” untuk melakukan kasih, hal ini tidak berarti perintah
untuk berbicara menjelaskan tentang apa dan bagaimana kasih itu. Bagi saya itu
berarti amanat agar siapapun yang menjadi murid Kristus adalah sosok dalam
menjalani kasih. Dan tindakan kasih yang paling berbobot adalah yang dilandasi
oleh sikap bersahabat. Dalam bersahabat orang akan mendudukkan orang lain
menjadi setara.
Persahabatan
Rohani Kaum Lansia
Menjadi sahabat rohani antar
kaum lansia termasuk bagian dari pewartaan iman. Satu hal yang harus disadari
adalah bahwa hal kerohanian tidak begitu saja dikaitkan dengan hidup keagamaan.
Persahabatan rohani amat terbuka dalam pergaulan dengan siapapun tanpa
sekat-sekat agama. Bahkan dapat dikatakan bahwa persahabatan rohani mengatasi
tataran keagamaan. Ini berkaitan dengan hati yang terbuka pada bimbingan Roh
Kudus yang karya-Nya menyentuh bahkan menerobos siapapun dan apapun. Bahkan Roh
Kudus adalah nafas ilahi yang dihembuskan oleh Allah dalam diri manusia, karena
“TUHAN Allah membentuk manusia itu dari debu tanah dan menghembuskan nafas
hidup ke dalam hidungnya; demikianlah manusia itu menjadi makhluk yang hidup.”
(Kej 2:7) Inilah yang menjadikan semua orang menjadi ciptaan sebagai gambaran
Allah (lih Kej 1:26-27). Dalam hal ini Santo Paulus menyebut bahwa setiap orang
beriman adalah bait Roh (band 1Kor 6:19).
Di dalam praktek ketika
menghadapi teman lansia termasuk yang tampaknya bermasalah, pada hemat saya ada
beberapa hal yang dapat menjadi pegangan :
1.
Mendengarkan
dalam Tuhan.
Bagi saya di sinilah peran dasar dari Neng
(kependekan meneng yang berarti diam)
dan Ning (kependekan wening yang berarti hening). Dengan Neng-Ning, kita bertindak diam
mendengarkan tetapi disertai sambung dengan Tuhan dalam hati. Dengan diam dalam
Tuhan, kita akan mampu mendengarkan dengan jernih apapun yang dikatakan oleh
teman lansia. Kita juga akan mengalami berbagai macam perasaan dan diri kita.
Berbagai hal juga muncul dalam benak kita. Dari satu sisi kita dapat menjadi
bingung karena kita tidak tahu harus omong apa menanggapi yang diomongkan
teman. Dari sisi lain kita bisa pula menemukan jawaban atau tanggapan atas yang
disampaikan oleh teman. Kita dapat meneguhkan atau megoreksi atau memberikan
penjelasan-penjelasan. Tetapi, apapun yang kita rasakan, kita dituntut untuk
diam dan sekali-sekali omong dengan Tuhan dalam hati.
2.
Menemukan yang
berharga.
Ini adalah buah dari sikap diam dalam Tuhan yang kita lakukan. Kita dapat
menemukan hal yang sungguh bernilai dalam diri teman. Dengan mendengarkan dalam
Tuhan secara alami kita mampu merendahkan diri dan dengan demikian melihat hal
yang mengagumkan dalam diri teman.
3.
Wawan hati. Lewat proses dua
langkah di atas saya yakin bahwa hawa atau udara rohani terjadi. Kita bisa
mulai omong dan kemudian menghayati omong-omong. Kita dapat sama-sama bingung,
dapat saling mengajukan pertanyaan, dapat saling memberi pertimbangan. Pokoknya
terjadi suasana sharing. Dan paling tidak dari pihak kita semuanya diletakkan
pada landasan sambung batin dengan Tuhan. Sehingga muncul iklim Ning.
Puren, 27 Oktober 2019
0 comments:
Post a Comment