warna liturgi Putih
Bacaan-bacaan:
Kis. 3:13-15,17-19; Mzm. 4:2,4,7,9; 1Yoh. 2:1-5a; Luk. 24:35-48. BcO Kis. 8:4-25.
Kis. 3:13-15,17-19; Mzm. 4:2,4,7,9; 1Yoh. 2:1-5a; Luk. 24:35-48. BcO Kis. 8:4-25.
Nas Injil:
35 Lalu kedua orang itupun menceriterakan apa yang terjadi di tengah jalan dan bagaimana mereka mengenal Dia pada waktu Ia memecah-mecahkan roti. 36 Dan sementara mereka bercakap-cakap tentang hal-hal itu, Yesus tiba-tiba berdiri di tengah-tengah mereka dan berkata kepada mereka: “Damai sejahtera bagi kamu!” 37 Mereka terkejut dan takut dan menyangka bahwa mereka melihat hantu. 38 Akan tetapi Ia berkata kepada mereka: “Mengapa kamu terkejut dan apa sebabnya timbul keragu-raguan di dalam hati kamu? 39 Lihatlah tangan-Ku dan kaki-Ku: Aku sendirilah ini; rabalah Aku dan lihatlah, karena hantu tidak ada daging dan tulangnya, seperti yang kamu lihat ada pada-Ku.” 40 Sambil berkata demikian, Ia memperlihatkan tangan dan kaki-Nya kepada mereka. 41 Dan ketika mereka belum percaya karena girangnya dan masih heran, berkatalah Ia kepada mereka: “Adakah padamu makanan di sini?” 42 Lalu mereka memberikan kepada-Nya sepotong ikan goreng. 43 Ia mengambilnya dan memakannya di depan mata mereka. 44 Ia berkata kepada mereka: “Inilah perkataan-Ku, yang telah Kukatakan kepadamu ketika Aku masih bersama-sama dengan kamu, yakni bahwa harus digenapi semua yang ada tertulis tentang Aku dalam kitab Taurat Musa dan kitab nabi-nabi dan kitab Mazmur.” 45 Lalu Ia membuka pikiran mereka, sehingga mereka mengerti Kitab Suci. 46 Kata-Nya kepada mereka: “Ada tertulis demikian: Mesias harus menderita dan bangkit dari antara orang mati pada hari yang ketiga, 47 dan lagi: dalam nama-Nya berita tentang pertobatan dan pengampunan dosa harus disampaikan kepada segala bangsa, mulai dari Yerusalem. 48 Kamu adalah saksi dari semuanya ini.
35 Lalu kedua orang itupun menceriterakan apa yang terjadi di tengah jalan dan bagaimana mereka mengenal Dia pada waktu Ia memecah-mecahkan roti. 36 Dan sementara mereka bercakap-cakap tentang hal-hal itu, Yesus tiba-tiba berdiri di tengah-tengah mereka dan berkata kepada mereka: “Damai sejahtera bagi kamu!” 37 Mereka terkejut dan takut dan menyangka bahwa mereka melihat hantu. 38 Akan tetapi Ia berkata kepada mereka: “Mengapa kamu terkejut dan apa sebabnya timbul keragu-raguan di dalam hati kamu? 39 Lihatlah tangan-Ku dan kaki-Ku: Aku sendirilah ini; rabalah Aku dan lihatlah, karena hantu tidak ada daging dan tulangnya, seperti yang kamu lihat ada pada-Ku.” 40 Sambil berkata demikian, Ia memperlihatkan tangan dan kaki-Nya kepada mereka. 41 Dan ketika mereka belum percaya karena girangnya dan masih heran, berkatalah Ia kepada mereka: “Adakah padamu makanan di sini?” 42 Lalu mereka memberikan kepada-Nya sepotong ikan goreng. 43 Ia mengambilnya dan memakannya di depan mata mereka. 44 Ia berkata kepada mereka: “Inilah perkataan-Ku, yang telah Kukatakan kepadamu ketika Aku masih bersama-sama dengan kamu, yakni bahwa harus digenapi semua yang ada tertulis tentang Aku dalam kitab Taurat Musa dan kitab nabi-nabi dan kitab Mazmur.” 45 Lalu Ia membuka pikiran mereka, sehingga mereka mengerti Kitab Suci. 46 Kata-Nya kepada mereka: “Ada tertulis demikian: Mesias harus menderita dan bangkit dari antara orang mati pada hari yang ketiga, 47 dan lagi: dalam nama-Nya berita tentang pertobatan dan pengampunan dosa harus disampaikan kepada segala bangsa, mulai dari Yerusalem. 48 Kamu adalah saksi dari semuanya ini.
Percikan Nas
Suasana sedih, bingung dan heran melingkupi para murid. Kematian dan tidak ditemukannya jasad Yesus di makam membuat mereka sedih dan bingung. Mungkin mereka pun bertanya-tanya apa yang sebenarnya terjadi. Kesaksian sahabat-sahabat tentang kabar Yesus bangkit membuat mereka heran. Rasa ini bercampur sedemikian hebat dalam diri mereka sampai Yesus pun mendatangi mereka sendiri. Ternyata saat Ia mendatangi pun mereka masih heran dan belum percaya.
Mungkin kita pun pernah mengalami situasi seperti itu. Kita memberi kabar dan tidak dipercaya atau kita menerima kabar dan tidak percaya. Kala kita memberi kabar dan tidak dipercaya mungkin kita merasa jengkel dan tidak tahu harus bagaimana membuat orang percaya pada kita. Saat kita tidak percaya pada kabar yang kita terima kita menyimpan banyak pertanyaan dan rasa tidak mungkin.
Memang untuk meyakinkan orang agar percaya atas kabar yang dianggap janggal secara nalar tidaklah mudah. Sebaliknya untuk menerima kabar seperti itu pun tidaklah mudah. Banyak hal yang secara nalar tidak mungkin tapi benar-benar terjadi. Pada saat-saat seperti itu dibutuhkan ketenangan batin yang dalam dan keikhlasan hati untuk menerima yang belum kita mengerti.
Suasana sedih, bingung dan heran melingkupi para murid. Kematian dan tidak ditemukannya jasad Yesus di makam membuat mereka sedih dan bingung. Mungkin mereka pun bertanya-tanya apa yang sebenarnya terjadi. Kesaksian sahabat-sahabat tentang kabar Yesus bangkit membuat mereka heran. Rasa ini bercampur sedemikian hebat dalam diri mereka sampai Yesus pun mendatangi mereka sendiri. Ternyata saat Ia mendatangi pun mereka masih heran dan belum percaya.
Mungkin kita pun pernah mengalami situasi seperti itu. Kita memberi kabar dan tidak dipercaya atau kita menerima kabar dan tidak percaya. Kala kita memberi kabar dan tidak dipercaya mungkin kita merasa jengkel dan tidak tahu harus bagaimana membuat orang percaya pada kita. Saat kita tidak percaya pada kabar yang kita terima kita menyimpan banyak pertanyaan dan rasa tidak mungkin.
Memang untuk meyakinkan orang agar percaya atas kabar yang dianggap janggal secara nalar tidaklah mudah. Sebaliknya untuk menerima kabar seperti itu pun tidaklah mudah. Banyak hal yang secara nalar tidak mungkin tapi benar-benar terjadi. Pada saat-saat seperti itu dibutuhkan ketenangan batin yang dalam dan keikhlasan hati untuk menerima yang belum kita mengerti.
Doa:
Tuhan peristiwa yang Kaualami sering berada di luar jangkauan budi kami. Budi kami tidak mampu menangkap dengan jelas. Namun Engkau menguatkan iman kami untuk mengakuinya. Kami percaya akan karya-Mu walau budi kami belum bisa menangkap dengan baik. Amin.
Tuhan peristiwa yang Kaualami sering berada di luar jangkauan budi kami. Budi kami tidak mampu menangkap dengan jelas. Namun Engkau menguatkan iman kami untuk mengakuinya. Kami percaya akan karya-Mu walau budi kami belum bisa menangkap dengan baik. Amin.
Menerima yang belum dimengerti.
(goeng)
(goeng)
0 comments:
Post a Comment