Kolom "Pastoral Ketuaan" akan menyajikan tulisan tentang bagaimana menata hidup
batin. Tulisan ini ditulis oleh Henri J.M. Nouwen dalam buku Tarian Kehidupan yang diterjemahkan
secara anonim dan tidak dinyatakan dari penerbit dan percetakan apa.
Orang-orang Asing di Rumah Kita

Kalau benar bahwa dalam banyak contoh kita telah menjadi korban pasif dari suatu proses pendidikan yang dampaknya bagi kita hampir-hampir tidak dapat kita hargai, haruslah kita bertanya apa tepatnya yang telah terjadi pada kita. Sebagai pengamatan umumku yang pertama aku memperkirakan bahwa terlalu sering kita kehilangan hubungan dengan sumber keberadaan kita sendiri dan menjadi orang-orang asing di dalam rumah kita sendiri. Kita cenderung untuk berlari-larian ke sana ke mari mencoba menyelesaikan problim-problim duania sambil dengan cemas menghindari berhadapan dengan realitas itu di dalam mana problim-problim kita memperoleh akarnya yang terdalam: yaitu diri kita sendiri. Dalam banyak hal kita seperti seorang yang sibuk yang menghampiri sekuntum bunga yang indah dan berkata: "Demi Allah, apa yang sedang kauperbuat di sini? Tidak dapatkah engkau menyibukkan diri?" dan kemudian mendapatkan dirinya tak mampu memahami jawaban bunga itu: "Maaf, tuan, aku hanya ada di sini untuk keindahan."

Bagaimana kita juga sampai kepada kebijaksanaan bunga bahwa keberadaan lebih penting daripada berbuat? Bagaimana kita dapat berhubungan secara kreatif dengan kehidupan kita sendiri yang membumi? Hanya melalui seorang guru yang dapat membimbing kepada sumber keberadaan kita dengan menunjukkan siapakah kita ini serta karenanya apa yang harus kita perbuat. ...... Kita hanya akan mampu menjadi penerima yang kreatif dan menerobos ke luar dari tali-temali ketaatan akademis yang memenjarakan ketika kita berhadapan muka dengan kondisi fundamental manusiawi kita, mengalami hal itu sepenuhnya sebagai landasan dari semua pembelajaran di dalam mana guru dan murid kedua-duanya saling berbagi realitas yang sama - yaitu, mereka berdua telanjang, tak punya kekuasaan, ditakdirkan untuk mati, dan dalam analisis terakhir, mereka sama sekali sendirian dan tak mampu saling menyelamatkan atau menyelamatkan siapapun saja. Suatu penemuan yang memalukan dari solidaritas dalam kelemahan dan dalam kebutuhan yang mendesak untuk dibebaskan dari perbudakan. Suatu pengakuan bahwa mereka berdua hidup dalam dunia yang dipenuhi oleh ketidak-realistisan dan bahwa mereka membiarkan diri mereka dikemudikan oleh keinginan-keinginan paling sepele serta ambisi-ambisi yang paling memuakkan.

Hanya jikalau murid dan guru mau menghadapi realitas yang menyakitkan ini maka mereka dapat memerdekakan diri mereka untuk pembelajaran yang sejati. Karena hanya di kedalaman kesepiannya, ketika ia tidak merasa kehilangan lagi dan tidak berpagut lagi kepada hidup sebagai milik yang tak terpisahkan, maka manusia menjadi sensitif akan apa yang sebenarnya terjadi di dalam dunianya dan mampu mendekatinya tanpa rasa takut.
dari Creative Ministry
0 comments:
Post a Comment