Hari Kamis siang 10 April 2014 Mbak Tari berkata kepada Rama Bambang "Rama, kalau wau Rama Harto nelpon kula. Panjenenganipun ngersaaken dipun kintuni clana lan alat cukur jenggot" (Rama, tadi Rama Harto menelepon saya. Beliau minta dikirim celana dan alat pencukur jenggot). "Disiapke mawon. Mangke dititipke Mas Tukiran sepulang kerja" (Disiapkan saja. Nanti dititipkan ke Mas Tukiran kalau dia pulang kerja) jawab Rama Bambang. Dan pada sore hari ketika Mas Tukiran kebetulan masuk kamar Rama Bambang, Rama Bambang berkata "Mas, mangke saget mampir Panti Rapih ngasta clana lan cukur jenggot ngge Rama Harto, ta?" (Mas, nanti dapat mampir RS Panti Rapih membawa celana dan cukur jenggot untuk Rama Harto, ta?) yang langsung dijawab oleh Mas Tukiran "Siap, rama."
Rama Harto hingga hari ini Jumat 11 April 2014 masih opname di Rumah Sakit Panti Rapih. Pada Senin 7 April 2014 sejak pagi beliau mengalami diare berkali-kali. Hal ini diketahui oleh Rama Bambang karena ketika makan pagi beliau tidak tampak di ruang makan. Ketika Rama Bambang bertanya pada Mbak Tari, Mbak Tari menjelaskan kondisi diarenya. Rama Bambang mengatakan pada Mbak Tari siap untuk mengantar ke Panti Rapih. Ternyata kepada Rama Bambang Mbak Tari pada sekitar jam 10.00 berkata bahwa Rama Harto tidak mau dibawa ke rumah sakit. Beliau bilang kepada Mbak Tari "Aku mung masuk angin" (Aku hanya masuk angin). Namun pada saat makan siang Mbak Tari mengatakan bahwa diare Rama Harto terus terjadi berkali-kali dan kemudian beliau menjadi lemas. Pada sekitar jam 13.00 Rama Bambang mengirim SMS ke Rama Agoeng yang baru pergi tugas "Rama Harto gerah diare. Niki ajeng kula peksa dibekta teng Panti Rapih" (Rama Harto sakit diare. Saya akan memaksanya untuk mengantar ke Panti Rapih) yang dijawab oleh Rama Agoeng "Sarujuk" (Setuju). Rama Agoeng memang harus diberi tahu karena beliau penghuni yang sekaligus menjadi anggota pengurus Domus Pacis yang mendapat SK Uskup.
0 comments:
Post a Comment