diambil dari katakombe.org/para-kudus Hits: 1633 Diterbitkan: 19 Januari 2019 Diperbaharui:02 Februari 2019
- Perayaan28 Juni
20 September (Pesta Para Martir Korea) - LahirTahun 1767
- Kota asalSeoul Korea Selatan
- Wafat28 June 1795, di Seoul Korea Selatan | Martir.
Dipukuli sampai tewas dengan tubuh hancur dan tulang-tulangnya remuk - Venerasi7 Februari 2014 oleh Paus Fransiskus (decree on martyrdom)
- Beatifikasi15 Agustus 2014 oleh Paus Fransiskus
Sabas adalah seorang yang jujur dan rajin, yang mengabdikan hidupnya untuk melayani Tuhan dan Gereja-NYA. Ia bahkan bertekad untuk mempersembahkan hidupnya bagi Tuhan. Demi imannya akan Yesus Kristus, Sabas tidak pernah merasa takut menghadapi ancaman kemiskinan atau penderitaan.
Sejak tahun 1789, para pemimpin umat Katolik di Korea telah melakukan berbagai upaya untuk mendatangkan imam ke Korea. Pada masa itu, umat Katolik di Korea diperkirakan berjumlah sekitar empat ribu orang dengan tidak memiliki seorang imam pun selama puluhan tahun. Upaya pertama dilakukan pada tahun 1791 dengan mengirimkan utusan ke Beijing untuk meminta uskup Beijing mengirimkan imam bagi umat Katolik Korea. Upaya ini mengalami kegagalan karena penganiayaan yang terjadi pada akhir tahun itu. Pada Tahun 1793, umat Katolik Korea kembali berupaya mengirim utusan ke Beijing yang membawa permohonan umat Katolik Korea pada Uskup Beijing agar mengirimkan seorang imam bagi mereka. Paulus Yun Yu-il (yang pernah tinggal di Beijing), Sabas Ji dan Yohanes Pak terpilih sebagai utusan umat Katolik Korea untuk berangkat ke Beijing.
Para utusan ini berangkat secara rahasia dengan berjalan kaki menempuh jarak lebih dari 1200 KM dari Seoul Korea ke Beijing China. Mereka bersama-sama tiba di perbatasan Utara Korea – China. Untuk alasan yang tidak diketahui, Paulus Yun tetap tinggal di perbatasan sementara Sabas Ji Hwang dan Yohanes Pak menyeberangi Sungai Amnok dan meneruskan perjalanan ke Beijing. Ketika mereka tiba di Beijing, bapa Uskup Alexandre de Gouvea (Uskup Beijing sejak tahun 1782 sampai tahun 1808) sangat terkesan dengan kesalehan hidup dua katekis dari Seoul Korea ini. Dalam catatannya dan bapa uskup menulis tentang Sabas Ji-Hwang :
Walau jumlah imam Beijing masih sangat terbatas, namun bapa uskup bersedia membantu umat Korea dan mengutus seorang imam terbaiknya, Yakobus Zhou Wen-Mo untuk menjadi missionaris di semenanjung Korea. Sabas Ji-Hwang dan Pater Yakobus Zhou lalu mengatur waktu dan rute perjalanan dari Beijing menuju perbatasan. Mereka akan menempuh rute perjalanan yang berbeda menuju perbatasan karena adanya pengawasan yang sangat ketat bagi orang asing yang ingin memasuki wilayah Korea.
Setelah bertemu kembali di perbatasan, mereka harus berpisah lagi sambil menunggu datangnya musim dingin (Sungai Yalu akan membeku di musim dingin. Hal ini memungkinkan mereka untuk menyelundupkan pater Yakobus ke wilayah Korea secara diam-diam tanpa melewati pos pemeriksaan). Sabas Ji Hwang dan Yohanes Pak kembali ke Seoul sedangkan pater Yakobus Zhou mengisi waktunya dengan melayani umat Katolik di wilayah Liao-dong selama beberapa bulan.
Pada tengah malam tanggal 24 Desember (3 Desember pada penanggalan Lunar), Sabas Ji dan Yohanes Pak berhasil menyelundupkan pater Yakobus Zhou ke wilayah Korea lewat sungai Yalu yang tengah membeku. Mereka lalu melanjutkan perjalanan dan tiba di Seoul dua belas hari kemudian.
Di Kota Seoul, Pater Zhou tinggal di rumah Matias Choe In-gil, di wilayah Gyedong (Sekarang Gye-dong, Jongno-gu, Seoul). Dia mulai belajar bahasa Korea dan merayakan misa perdananya bersama umat Katolik Korea pada hari Minggu Paskah tahun 1795. Setelah beberapa waktu, keberadaannya diketahui oleh polisi Kerajaan dan mereka berupaya untuk menangkapnya. Dalam sebuah penggrebekkan Pater Yakobus Zhou berhasil meloloskan diri dan bersembunyi di rumah Kolumbanus Kang Wan-suk. Namun, Matias Choe In-gil (pemilik rumah), Paulus Yun Yu-il dan Sabas Ji-Hwang semuanya di tangkap.
Sabas Ji dan para sahabatnya dibawa ke Kantor Polisi dan harus menjalani hukuman berat. Mereka disiksa berulang-ulang agar menunjukkan keberadaan pater Yakobus Zhou, namun mereka semua menolak untuk mengkhianatinya. Walaupun mereka terus disiksa, namun kebahagiaan surgawi memenuhi hati mereka. Para penganiaya kemudian menyadari bahwa Sabas Ji tidak akan mengkhianati pater Yakobus Zhou. Mereka lalu memukuli katekis ini sampai tubuhnya hancur dan tulang-tulangnya remuk. Sabas Ji-Hwang tewas sebagai martir Kristus yang jaya pada tanggal 28 Juni 1795 dalam usia 28 tahun.
Uskup Alexandre Gouvea, yang mendengar kisah kemartiran mereka melalui seorang utusan, menulis tentang kepahlawanan Sabas Ji dan para sahabatnya :
0 comments:
Post a Comment