Thursday, March 8, 2018
Frater Jogja Utara
"Kami adalah para frater Keuskupan Agung Semarang dari Kevikepan Jogja Utara, yaitu paroki-paroki yang berada di utara rel kereta api" salah satu frater berdiri menyampaikan kata-kata pembuka yang disela oleh Rm. Bambang "Yang pastorannya di utara rel" dan diiyakan oleh Sang Frater. Frater itu juga menyampaikan urutan acara: 1) Doa; 2) Perkenalan dari frater; 3) Perkenalan para rama; 4) Para frater mohon nasihat dalam menghayati perjalanan panggilan untuk menjadi seorang imam. Dan acara pun dimulai dengan doa oleh frater lain. Inilah permulaan dari peristiwa kunjungan frater-frater dari Seminari Tinggi Kentungan, Yogyakarta pada hari Minggu 4 Maret 2018. Ketika jam hampir menunjuk angka 05.00 sore, para frater sudah datang. Mereka langsung disambut oleh Bu Rini, Bu Mardanu, Bu Sri Suharti, Bu Madi, Bu Sri Handoko dan Bu Mumun, para relawan Domus yang ikut datang sore itu. Mas Handoko, relawan lain, menyusul di tengah acara karena sedang mengambil pesanan konsumsi untuk santap malam. Rm. Yadi, Rm. Harto, Rm. Ria, Rm. Tri Hartono, Rm. Tri Wahyono, dan Rm. Bambang adalah para rama Domus yang juga siap menerima kunjungan itu. Para karyawan yang ikut duduk adalah Pak Tukiran, Mas Abas, dan Mas Ardy. Sebelum acara doa sebetulnya sudah acara lain, yaitu menikmati teh dan beberapa macam snak.
Acara perkenalan ternyata membuat suasana sungguh segar karena setiap penyebutan nama dan tempat tinggal asal kerap muncul komentar-komentar lucu. Ketika sampai pada pihak Domus Pacis, sesudah giliran pertama dari para frater, Rm. Bambang membuka dengan berkata: "Kami akan memperkenalkan Domus Pacis sebagai komunitas. Kehidupan Domus Pacis tidak hanya berkaitan dengan para rama. Di sini ada para karyawan dan warga Katolik yang biasa siaga berada di Domus Pacis untuk kepentingan dan kebutuhan baik dalam program terencana maupun dalam kondisi mendadak. Maka perkenalan dari Komunitas Domus Pacis akan dimulai dari para rama, dilanjutkan oleh para karyawan, dan yang terakhir adalah para relawan yang kini hadir." Perkenalan dari Domus Pacis juga menjadi semacam pertunjukkan banyolan sehingga sekalipun cukup lama tetap membuat suasana segar dan tak membosankan. Seusai acara perkenalan para frater meminta beberapa nasihat untuk menjalani proses menghayati panggilan. Di sini Rm. Yadi memberikan sharing pengalaman ketika masih menjadi mahasiswa di Seminari Tinggi, yang kalau disimpulkan menjalani sikap "tulus seperti merpati tetapi cerdik seperti ular". Kemudian Rm. Bambang menghadirkan prinsip menjaga dinamika pengembangan pastoral dan semangat berbagi sebagai imam sejauh dialami hingga kini. Kunjungan para frater ini ditutup dengan makan malam bersama dengan menu nasi goreng dan bakmi (godog dan goreng).
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment