diambil dari http://indonesia.ucanews.com Maret 6, 2015
Dalam audiensi umum pada Rabu, Paus Fransiskus mengecam masyarakat modern secara diam-diam mencampakkan para lansia, seraya mengatakan bahwa peradaban yang memandang mereka hanya sebagai beban adalah ‘sesat’ dan sakit.
“Ini adalah dosa berat bila mencampakkan orangtua kita. … Lansia bukanlah aneh. Kita ada karena mereka – dalam waktu singkat atau lama kita secara pasti ada karena mereka, meskipun di mata kita mereka tak berguna lagi,” kata Paus kepada para peziarah di Lapangan Santo Petrus.
“Sebuah masyarakat dimana lansia disingkirkan akan menyebarkan virus kematian,” katanya, dan memperingatkan bahwa “jika kita tidak belajar memperhatikan dan menghormati orangtua kita, kita akan diperlakukan dengan cara yang sama”.
Ia mengisahkan ketika ia mengunjungi panti jompo saat ia masih sebagai Uskup Agung Buenos Aires, Argentina, ia ingat selama kunjungan itu ia berhenti di depan salah satu lansia dan bertanya bagaimana anak-anaknya memperlakukan dia. Wanita lansia itu bingung untuk menjawab, Paus Fransiskus bertanya apakah mereka sering mengunjungi Anda.
Ia mengatakan “ya, selalu,” Paus bertanya lebih lanjut, kapan mereka terakhir datang menemui Anda? Wanita itu menjawab bahwa terakhir kali anak-anaknya datang saat “Natal. Setelah itu hingga Agustus ini mereka belum datang… Delapan bulan tanpa kunjungan dari anak-anaknya – ini adalah dosa berat”.
Refleksi Paus Fransiskus tentang lansia adalah bagian dari katekese tentang keluarga, yang dimulai musim gugur lalu sebagai persiapan untuk Sinode Para Uskup tentang keluarga pada Oktober mendatang. Minggu ini ia fokus pada peran lansia.
“Budaya konsumtif menganggap orangtua sebagai beban berat karena tidak berguna,” katanya kepada para peziarah.
Banyak lansia hidup dalam “ketakutan dengan situasi ini, tak berdaya dan ditinggalkan,” katanya, seraya menambahkan bahwa masyarakat “tanpa kepedulian adalah masyarakat yang sesat”.
Ia mengamati pada zaman sekarang orang cenderung berumur panjang berkat kemajuan di bidang kedokteran, tapi ia mengingatkan bahwa suasana hati manusia belum tentu memperpanjang umur manusia.
“Seringkali masyarakat kita tidak memberikan ruang bagi lansia, tapi bahkan menganggap mereka beban,” katanya.
Karena kerentanan dan kebutuhan khusus mereka, terutama mereka yang sakit atau sendirian, membutuhkan perhatian dan perawatan, katanya.
Namun, mereka bukan beban. Para lansia ini apa yang Alkitab sebut sebagai “gudang kebijaksanaan,” kata Paus, dan menunjuk bagaimana tradisi Gereja selalu menempatkan nilai besar pada lansia dan mendapat perhatian khusus selama sisa hidup mereka.
“Untuk itu mentalitas acuh tak acuh dan bahkan menghina lansia tidak dapat ditoleransi.”
Paus Fransiskus mendorong peserta untuk mengingat dengan baik bahwa “dimana lansia tidak dihormati, orang muda tidak memiliki masa depan,” dan menyerukan solidaritas yang lebih besar antara generasi.
Dia kemudian meminta mereka yang hadir untuk mengingat semua lansia yang sendirian, sakit, membutuhkan dan tergantung pada orang lain, berdoa bahwa mereka akan “merasakan sentuhan kasih Bapa melalui kebaikan dan kelembutan dari semua orang”.
Sumber: ucanews.com
0 comments:
Post a Comment