diambil dari http://www.katolisitas.org
Istilah Misteri Paskah (Mysterium
paschale ) kerap digunakan dalam Konsili Vatikan II (1963-1965)
sebagai istilah yang mengacu kepada karya penebusan Kristus yang diwartakan dan
dilaksanakan di dalam liturgi.
Dalam
Konstitusi tentang Liturgi Suci, Sacrosanctum Concilium, Konsili
menjelaskannya sebagai berikut:
“Adapun
karya penebusan umat manusia dan permuliaan Allah yang sempurna itu telah
diawali dengan karya agung Allah di tengah umat Perjanjian Lama. Karya itu
diselesaikan oleh Kristus Tuhan, terutama dengan misteri Paska: sengsara-Nya
yang suci, kebangkitan-Nya dari alam maut, dan kenaikan-Nya dalam kemuliaan.
Dengan misteri itu Kristus “menghancurkan maut kita dengan wafat-Nya, dan
membangun kembali hidup kita dengan kebangkitan-Nya”.
Sebab dari lambung Kristus yang beradu di salib muncullah Sakramen seluruh
Gereja yang mengagumkan.” (SC 5, lih juga SC 10, 47,61)
Kata
“Paska” ini sendiri berasal dari kata Ibrani “Pesach” yang artinya passover,
‘dilewati/ diluputkan’ yang mengacu kepada pembebasan bangsa Israel dari
penjajahan Mesir, ketika malaikat maut melewati/ meluputkan rumah-rumah orang
Israel yang ditandai dengan darah anak domba (lih. Kej 12:21-24). Bangsa Israel
kemudian memperingati peristiwa ini dengan perjamuan anak domba, yang disebut
sebagai perjamuan paska. Bangsa Israel memperingati perjamuan paska ini setiap
tahun untuk memperingati perayaan penebusan, perjanjian Allah dengan mereka,
dari penjajahan perbudakan menuju kebebasan, dari kematian menuju kehidupan.
Nah bagi kita umat Kristen, peristiwa ini diperingati dan disempurnakan dalam
perayaan Paskah, di mana Kristuslah Sang Anak Domba Paska yang dikurbankan,
untuk membebaskan kita manusia dari penjajahan dosa. Ini merupakan perayaan
penebusan kita sebagai umat Kristiani. Dan karena Baptisan merupakan perayaan
disatukannya kita dengan kematian dan kebangkitan Kristus Sang Anak Domba Allah
yang oleh-Nya kita menerima penebusan dosa, maka dalam perayaan Paska, kita
juga memperingati Baptisan kita.
Menurut
Fr. Raniero Cantalamessa OFM Cap, pengkhotbah Kepausan, interpretasi misteri
Paska menurut para Bapa Gereja dapat disimpulkan mencakup empat dimensi
((Cantalamessa R. OFMCap, Introduction, in: Easter in the Early
Church, (1993) p. 2-3)):
1)
Sejarah. Kejadian-kejadian sejarah membentuk pondasi bagi misteri Paska dan
diperingati dalam liturgi Paska.
2)
Sakramen dan mistagogi. Kejadian-kejadian historis tentang wafat dan kebangkitan
Kristus dinyatakan di dalam diri umat sebagai jalan dari kematian menuju
kehidupan. Pertama-tama hal ini dicapai dalam Baptisan dan Ekaristi, tetapi
perayaan Paska sebagai keseluruhan, itu sendiri adalah sebuah sakramen, yaitu
sakramen Paska, paschale sacramentum.
3)
Moral dan kehidupan rohani. Paska merupakan peralihan- pemutusan hubungan
dengan kejahatan, pertobatan menuju kebaikan, dan kemajuan dalam kehidupan
rohani, sampai mencapai tempat peralihan abadi di Kerajaan Allah.
4)
Eskatologis. Di tahun-tahun awal Gereja merayakan Misteri Paskah dengan
pengharapan yang jelas akan kedatangan Kristus kembali. Namun lambat laun,
komunitas-komunitas Kristen telah memusatkan diri kepada kehadiran Kristus di
dalam Gereja sebagai antisipasi liturgis tentang Parousia (kedatangan Kristus
yang kedua di akhir zaman). Eskatologi Paskah juga mendorong kerinduan bagi
Paska surgawi, maka Misteri Paska menjadi janji akan kehidupan kekal.
Kata
“Misteri” berasal dari kata “mysterium (Latin)/ mysterion (Yunani)”,
artinya rahasia. Dari keempat dimensi di atas, nyatalah:
1)
Adanya suatu ‘rahasia’ rencana Allah, yang bekerja di sepanjang sejarah
manusia, yang mencapai puncaknya dalam pengorbanan Kristus di kayu salib,
kebangkitan-Nya dan kenaikan-Nya ke Surga.
2)
Demikian juga adalah suatu ‘rahasia’ rencana Allah yang terus berkarya dalam
sakramen-sakramen Gereja untuk menghadirkan kembali peristiwa pengorbanan,
kematian, kebangkitan dan kenaikan Kristus Putera-Nya ke Surga, terutama dalam
Baptisan dan Ekaristi.
Dan
oleh kuasa Roh Kudus-Nya peristiwa pengorbanan Kristus, wafat, kebangkitan dan
kenaikan-Nya ke Surga, dihadirkan kembali secara sakramental dalam perayaan
Ekaristi. Maka Ekaristi tidak menjadikan misteri Paska sebagai kenangan biasa.
Kehadiran Kristus yang nyata dalam Ekaristi merupakan kurnia-Nya yang terbesar
kepada Gereja. Dalam Ekaristi, Kristus menggenapi janji-Nya, “Akulah Roti Hidup
yang turun dari Surga. Barangsiapa makan roti ini, ia akan hidup… Ia yang makan
daging-Ku dan minum darah-Ku akan memperoleh hidup yang kekal… tinggallah di
dalam Aku dan Aku di dalam kamu…. (lih. Yoh 6:51,54,56)
Dalam
perayaan Ekaristi, kurban Kristus dihadirkan kembali, sebagai peringatan/
kenangan akan Tuhan Yesus yang berpesan, “Lakukanlah ini sebagai peringatan
akan Aku,” dan sebagai perjamuan kudus yang melaluinya kita dapat mengambil
bagian dalam kurban Paska dan memperbaharui perjanjian baru yang telah dibuat
oleh Allah dengan ditandai dengan darah Kristus (lih. Eucharisticum
Mysterium 3).
3)
Juga dalam kehidupan rohani seseorang, adanya misteri Paska, yang artinya
peralihan/ pertobatan, dari kehidupan lama ke kehidupan baru bersama Kristus,
tak jarang menyimpan misteri/ rahasia tersendiri, yaitu, bagaimana seseorang
dapat sungguh bertobat dari dosa yang telah lama mengikatnya. Sesuatu perubahan
yang tak terpikirkan dapat terjadi, sebagai bagian dari misteri/ rahasia karya
Allah dalam hidup kita masing-masing.
4)
Akhirnya, jika kita menyadari bahwa penggenapan rencana Allah akan tercapai
dengan sempurna di akhir zaman, kita juga akan melihat bahwa hal ini merupakan
misteri/ rahasia Allah yang belum dapat kita ketahui dengan pasti sekarang ini.
Sebab kita tidak tahu kapan saatnya akan tiba, dan seperti apakah kesempurnaan
Paska surgawi itu. Yang jelas akan ada persatuan/ persekutuan yang tak
terpisahkan antara kita dengan Allah, sebagaimana telah kita alami di dunia ini
dengan menyambut Kristus dalam Ekaristi.
Selanjutnya,
untuk menjelaskan makna yang lebih rinci tentang misteri/ ‘rahasia’ tersebut,
Katekismus Gereja Katolik mengajarkan demikian:
KGK
774 Kata Yunani “musterion” (rahasia) dijabarkan dalam
bahasa Latin dengan dua istilah: “mysterium” dan “sacramentum“.
Menurut tafsiran di kemudian hari istilah “sacramentum” lebih banyak
menonjolkan tanda kelihatan dari kenyataan keselamatan yang tak kelihatan,
sedangkan kenyataan tak kelihatan itu sendiri dimaksudkan dengan istilah “mysterium“.
Dalam arti ini Kristus sendiri adalah misteri keselamatan: “Misteri Allah tidak
lain dari Kristus sendiri” (Agustinus, cp. 187,11,34). Karya keselamatan dari
kodrat manusiawi-Nya yang kudus dan menguduskan adalah sakramen keselamatan
yang dinyatakan dalam Sakramen-sakramen Gereja (yang oleh Gereja-gereja Timur
juga disebut “misteri-misteri kudus”) dan bekerja di dalamnya. Ketujuh Sakramen
itu adalah tanda dan sarana, yang olehnya Roh Kudus menyebarluaskan rahmat
Kristus, yang adalah Kepala di dalam Gereja, Tubuh-Nya. Jadi, Gereja mengandung
dan menyampaikan rahmat yang tidak tampak, yang ia lambangkan. Dalam arti
analog ini, ia dinamakan “sakramen”.
Sebagai
rangkuman, Paus Yohanes Paulus II menghubungkan Misteri Paska dengan penciptaan
di awal mula dunia, puncak sejarah keselamatan (yaitu sengsara, wafat,
kebangkitan dan kenaikan Kristus ke Surga) dan penggenapan eskatologis di akhir
zaman:
“Misteri
Paska Kristus adalah pewahyuan penuh akan misteri asal usul dunia, puncak dari
sejarah keselamatan dan antisipasi dari penggenapan eskatologis tentang dunia.
Apa yang diselesaikan dalam Penciptaan dan ditempakan bagi umat-Nya dalam kitab
Keluaran, telah menemukan penggenapan yang sepenuhnya dalam Wafat Kristus dan
kebangkitan-Nya, meskipun penggenapannya secara definitif tidak akan datang
sampai saat Parousia, ketika Kristus datang kembali dengan mulia… (Dies
Domini, 18)
Akhirnya,
mari mengacu kepada surat Rasul Paulus yang telah mengajarkan betapa
rahasia/ musterion kehendak Allah telah ada sejak semula, dan
telah ditetapkan-Nya di dalam Kristus, sebagai persiapan akan penggenapannya di
akhir zaman kelak saat segala sesuatunya telah dipersatukan di dalam Kristus.
Demikian yang dikatakan oleh Rasul Paulus:
“Terpujilah Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus
yang dalam Kristus telah mengaruniakan kepada kita segala berkat rohani di
dalam sorga. Sebab di dalam Dia Allah telah memilih kita sebelum dunia
dijadikan, supaya kita kudus dan tak bercacat di hadapan-Nya. Dalam kasih
Ia telah menentukan kita dari semula oleh Yesus Kristus untuk menjadi
anak-anak-Nya, sesuai dengan kerelaan kehendak-Nya, supaya terpujilah kasih
karunia-Nya yang mulia, yang dikaruniakan-Nya kepada kita di dalam Dia, yang
dikasihi-Nya. Sebab di dalam Dia dan oleh darah-Nya kita beroleh penebusan,
yaitu pengampunan dosa, menurut kekayaan kasih karunia-Nya, yang
dilimpahkan-Nya kepada kita dalam segala hikmat dan pengertian. Sebab Ia
telah menyatakan rahasia (musterion) kehendak-Nya kepada
kita, sesuai dengan rencana kerelaan-Nya, yaitu rencana kerelaan yang dari
semula telah ditetapkan-Nya di dalam Kristus sebagai persiapan
kegenapan waktu untuk mempersatukan di dalam Kristus sebagai
Kepala segala sesuatu, baik yang di sorga maupun yang di bumi…” (Ef 1:3-10)
0 comments:
Post a Comment