Minggu, 1 April
2018
Yohanes 20:1-9
20:1.
Pada hari pertama minggu itu, pagi-pagi benar ketika hari masih gelap, pergilah
Maria Magdalena ke kubur itu dan ia melihat bahwa batu telah diambil dari
kubur.
20:2
Ia berlari-lari mendapatkan Simon Petrus dan murid yang lain yang dikasihi
Yesus, dan berkata kepada mereka: "Tuhan telah diambil orang dari kuburnya
dan kami tidak tahu di mana Ia diletakkan."
20:3
Maka berangkatlah Petrus dan murid yang lain itu ke kubur.
20:4
Keduanya berlari bersama-sama, tetapi murid yang lain itu berlari lebih cepat
dari pada Petrus sehingga lebih dahulu sampai di kubur.
20:5
Ia menjenguk ke dalam, dan melihat kain kapan terletak di tanah; akan tetapi ia
tidak masuk ke dalam.
20:6
Maka datanglah Simon Petrus juga menyusul dia dan masuk ke dalam kubur itu. Ia
melihat kain kapan terletak di tanah,
20:7
sedang kain peluh yang tadinya ada di kepala Yesus tidak terletak dekat kain
kapan itu, tetapi agak di samping di tempat yang lain dan sudah tergulung.
20:8
Maka masuklah juga murid yang lain, yang lebih dahulu sampai di kubur itu dan
ia melihatnya dan percaya.
20:9
Sebab selama itu mereka belum mengerti isi Kitab Suci yang mengatakan, bahwa Ia
harus bangkit dari antara orang mati.
Butir-butir Permenungan
- Tampaknya, tidak sedikit orang beragama percaya bahwa Kitab Suci berisi rumus kata dan kalimat pegangan hidup. Itu bagaikan buku pegangan pokok seorang guru untuk mengajar murid-muridnya.
- Tampaknya, ada gambaran bahwa dengan makin banyak membaca bahkan menghafal kalimat-kalimat di dalam Kitab Suci orang makin dekat dengan yang ilahi. Dalam hal ini ada juga yang beranggapan bahwa orang akan baik dan benar kalau hidup persis seperti yang ada dalam tulisannya.
- Tetapi BISIK LUHUR berkata bahwa, bagi yang biasa bergaul dekat dengan kedalaman batin, seadi luhung apapun kata-kata dan perumusannya dalam kalimat-kalimat, kesejatian Kitab Suci di dalam agama bukan pada ungkapan-ungkapan lahiriahnya tetapi pada aura gaib di dalamnya yang menjadi cahaya kalbu seseorang untuk memahami karya-karya ilahi di tengah kehidupan kongkret. Dalam yang ilahi karena kemesraannya dengan gema relung hati orang melandaskan hidup pada Kitab Suci sebagai cahaya untuk memahami amanat yang bertahta dalam nurani.
Ah, bagaimanapun juga Kitab Suci adalah landasan
kekudusan karena jadi pegangan untuk menjalani hidup seperti yang dijalani
orang-orang kudus jaman pendiri agama.
0 comments:
Post a Comment